Home / Agama / Kajian / Tahukah Kamu, Mengapa Dinamakan Hari Tasyriq?

Tahukah Kamu, Mengapa Dinamakan Hari Tasyriq?

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Saudaraku terkasih, setelah hari raya ‘Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijah, umat Muslim mengenal istilah hari tasyriq, yaitu hari-hari yang jatuh pada 11, 12, dan 13 Dzulhijah dalam penanggalan Hijriyah.

Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi menjelaskan, “Disebut tasyriq karena kebiasaan masyarakat mendendeng atau menjemur daging hasil qurban di terik matahari. Dalam hadits disebutkan, hari tasyrik adalah hari untuk memperbanyak zikir, takbir, dan lainnya.”

Dari Nubaisyah al-Hudzali, ia berkata bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda;

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلّٰهِ ۞

“Hari-hari tasyriq adalah hari-hari (waktunya) makan dan minum dan berzikir kepada Allah”. (HR. Muslim)

Asal-usul

Dalam Lisânul ‘Arab, Ibnu Manzhur, dengan mengutip Abu Ubaid al-Qasim bin Salam mengatakan, ada dua pendapat ulama tentang alasan penamaan hari-hari tersebut dengan hari tasyriq.

Pertama, dinamakan hari tasyriq karena kaum Muslimin pada hari itu menjemur daging kurban untuk dibuat dendeng. Kedua, karena kegiatan berqurban, tidak dilakukan, kecuali setelah terbit matahari.

Ibnu Rajab dalam Lathâif al-Ma’ârif menerangkan, di hari tasyriq, umat Islam dilarang berpuasa. Sebabnya adalah kebiasaan orang-orang yang bertamu ke Baitullah dengan melalui perjalanan panjang dan mereka pun beristirahat dan tinggal di Mina karena kelelahan.

Mereka memakan daging sembelihan qurban dan Allah pun menjadikan hari tasyriq sebagai hari makan dan minum demi membantu para jemaah haji agar bergiat mengingat Allah dan mengerjakan ibadah lainnya.

Ada pula yang berpendapat bahwa tasyriq berasal dari kata “syaraqa”, yang berarti matahari terbit. Hal itu disandarkan pada pelaksanaan shalat ‘Idul Adha yang berlangsung saat matahari terbit. Penyebutan nama itu juga lantaran hewan qurban tidak disembelih hingga terbit matahari.

Tasyrik juga merupakan 3 hari yang berbilang dalam QS. al-Baqarah: 203.

وَاذْكُرُوا اللّٰهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ لِمَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ ۞

“Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.”

Keutamaan dan Amalan

Sebagai hari-hari yang mengiringi Hari Raya ‘Idul Adha, hari tasyriq termasuk hari yang istimewa. Di hari tasyriq, umat Islam disarankan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT, serta meningkatkan amal saleh melalui berbagai bentuk ibadah lainnya.

Pertama, anjuran memperbanyak dzikir.

Allah SWT berfirman:

وَاذْكُرُوا اللّٰهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ ۚ

“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203)

Dalam Lathâiful Ma’ârif dijelaskan, keutamaan hari tasyriq bisa diisi dengan dzikir dan takbir setiap selesai shalat wajib. Hal ini, sebagaimana yang dilakukan para sahabat Nabi SAW., Umar bin Khattab bertakbir setelah shalat Shubuh pada tanggal 9 Dzulhijah sampai setelah Dzuhur pada 13 Dzulhijah.

Begitu pula Ali bin Abi Thalib, beliau bertakbir setelah shalat Shubuh pada 9 Dzulhijah sampai Ashar tanggal 13 Dzulhijah. Ali juga bertakbir setelah Ashar.

Berdzikir atau mengingat Allah SWT juga bisa dilakukan dengan membaca basmalah sebelum makan dan hamdalah setelah makan. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللّٰهَ عَزَّ وَجَلَّ يَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدُهُ عَلَيْهَا، وَيَشْرَبُ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدُهُ عَلَيْهَا ۞

Sesungguhnya Allah ridha terhadap hamba yang makan sesuap makanan kemudian memuji Allah, atau minum seteguk air dan memuji Allah karenanya.” (HR. Muslim)

Kedua, memperbanyak berdoa.

Masih dari Lathâiful Ma’ârif, doa yang biasa dibacakan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat di antaranya adalah;

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ۞

Rabbanâ âtinâ fiddunyâ hasanah wa fil âkhirati hasanah wa qinâ adzâban nâr

“Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”

Keterangan itu diambil dari hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik; “Doa yang paling banyak dilantunkan oleh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah ‘Rabbanâ âtinâ fiddunyâ hasanah wa fil âkhirati hasanah wa qinâ adzâban nâr” (HR. Bukhari)

__________________

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Syarh Shahih Muslim karya Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf (Imam Nawawi), Mu’jam Lisân Al-‘Arab fi Al-Lugha karya Muhammad bin Mukrim bin Ali Abu Al-Fadhl Jamaluddin Ibnu Manzhur, serta Lathâiful Ma’ârif karya Abdurahman ibn Syihab Ad-Din Ahmad Ibnu Rajab.

 

About admin

Check Also

Lebaran dan Kaum Kebatinan

“Tradisi lebaran yang konon hanya ada di Nusantara adalah sepotong waktu yang dapat menaikkan atau ...