Home / Sains / Biologi & Anatomi / Evolusi tangan dan kecerdasan

Evolusi tangan dan kecerdasan

Tangan dengan jari-jarinya pada manusia, merupakan anggota tubuh yang sepertinya memang harus ada. Tidak terbayangkan, jika manusia harus hidup tanpa tangan dan jarinya. Akan tetapi jari tangan manusia, yang pada kondisi normal berjumlah 10, bukan merupakan keharusan.

Para pakar evolusi meyakini, 10 jari pada tangan manusia adalah hasil evolusi optimal selama ratusan juta tahun. Bandingan jari tangan manusia dengan sirip di kiri kanan mamalia laut, seperti lumba-lumba atau paus. Kelihatannya berbeda jauh, tapi pada prinsipnya sama yakni memiliki 10 jari. Dalam evolusinya, mamalia yang kembali ke laut, baik terpaksa atau secara lingkungan memang paling menguntungkan, menyesuaikan diri dengan habitatnya. Lumba-lumba atau paus misalnya, membuang tungkai anggota badannya, dan menyesuaikan lima jari tangannya dengan kebutuhan berenang. Walaupun memiliki lima jari tangan, akan tetapi wujudnya pada lumba-lumba hanyalah berupa sebuah sirip.

Berbeda dengan manusia, dalam evolusinya jari tangan manusia terus berkembang menjadi peralatan paling efektif. Mula-mula jari tangan pada nenek moyang manusia, hanya berfungsi sebagai alat untuk memegang dahan, ketika bergantungan dari pohon ke pohon. Perubahan lingkungan ekstrim memaksa manusia berjalan tegak. Perubahan ekstrim dari makhluk yang merangkak, menjadi makhluk yang berjalan tegak, menyebabkan jari tangan berubah fungsi menjadi alat bantu. Pakar evolusi paling terkemuka, Charles Darwin sudah mengenali perubahan drastis dari Hominid, sebagai salah satu terobosan terpenting dalam evolusi. Dengan terbebasnya tangan dari fungsi sebagai alat bergerak, terjadi perkembangan mengagumkan.

Nenek moyang manusia dari ras Hominid mulai mengembangkan peralatan. Baik untuk berburu maupun untuk kebutuhan sehari-hari. Disinilah terjadi interaksi rumit namun amat menentukan, dari perkembangan fungsi tangan dan jari jemarinya, dengan perkembangan kecerdasan. Fungsi motorik di otak manusia berkembang dengan amat pesat, mengalahkan perkembangan pada mamalia lain yang menjadi saingannya. Terjadi co-evolusi yang saling berkaitan.

Evolusi fungsi tangan mendorong otak mengembangkan fungsinya, dan sebaliknya otak yang terus berkembang, membuat gerak motorik semakin terkendali. Gerak jari tangan menjadi alat komunikasi terpenting sebelum bahasa ditemukan. Bahkan dengan fungsi jari tangan yang terus berkembang, manusia menemukan sesuatu yang sebelumnya abstrak, yakni berhitung. Manusia purba diduga bisa mengenali jumlah seperti juga monyet atau lumba-lumba, yakni berhitung sampai tiga setelah itu semua bilangan di atas tiga dikategorikan sebagai banyak. Karena jari tangan jumlahnya 10, manusia mengembangkan ilmu berhitung atau matematika dengan basis sepuluhan atau pecahannya.

Cara berhitung manusia purba, oleh para ahli dibandingkan dengan cara berhitung anak-anak yang baru masuk sekolah. Hitungan dibuat dengan menjumlahkan atau mengurangi jari tangan. Para ahli evolusi memperkirakan, lingkungan di sekitar tidak mendesak manusia untuk mengembangkan sistem hitungan yang abstrak. Sebab mamalia lain, yang juga berevolusi bersama dengan manusia, tidak mengembangkan sistem hitungan.

Misalnya saja lingkungan hidup lumba-lumba, sama rumitnya dengan lingkungan hidup manusia. Akan tetapi otak lumba-lumba, yang jauh lebih besar dibanding otak manusia tidak mengembangkan sistem berhitung. Juga lumba-lumba tidak lebih cerdas dari manusia. Padahal sarana untuk mengembangkan kecerdasan ataupun berbicara, juga tersedia pada nenek moyang lumba-lumba. Memang lumba-lumba dapat berkomunikasi, melalui jeritan atau bunyi-bunyian tertentu, yang dikenali oleh kelompoknya. Tetapi tidak lebih dari itu.

Juga berbeda dengan binatang, manusia relatif tidak dilengkapi senjata untuk membela diri atau membunuh mangsanya. Manusia tidak memiliki kulit tebal, atau gigi taring runcing atau juga tanduk tajam. Senjata satu-satunya untuk tetap memenangkan persaingan evolusi adalah tangan dan otaknya. Karena itulah, Marco Wehr ahli fisika dan filsafat dari Tbingen dan Martin Weinmann, pakar kedokteran dari bagian radio-onkologi Universitas Erberhard-Karls di Tbingen, menyebutkan tangan manusia sebagai alat bantu otak.

Pada awal perkembangan evolusinya, manusia purba hanya mampu membuat peralatan kasar dan sederhana dari batu. Akan tetapi sekitar 1,6 juta tahun lalu, manusia purba dari ras Hominid sudah dapat membuat kapak batu yang halus dan tajam. Jari tangan juga mengalami evolusi lebih lanjut, untuk dapat lebih baik menggenggam peralatan berburu. Dengan kapak batu yang lebih halus dan tajam, manusia dapat menguliti binatang buruannya, memotong daging atau juga memecahkan kepala buruannya baik binatang atau manusia purba lain. Semakin modern nenek moyang manusia, semakin halus dan kecil senjata atau peralatan yang dibuat dari batu. Juga manusia menjadi semakin cerdas. Ras manusia lebih modern, seperti homo habilis mulai menggunakan senjata yang dilemparkan. Jadi bahaya diseruduk binatang buruan menjadi lebih kecil, karena mangsa dapat dibunuh dari jarak jauh.

Pekerjaan utama manusia lebih modern, yakni berburu, kini menuntut pengembangan strategi, artinya otak dipicu bekerja lebih keras. Terjadi pengaruh saling menguntungkan antara tangan dan otak. Semakin besar kebutuhan energi otak, semakin pintar manusia berburu makanan. Semakin banyak kebutuhan pangan, artinya semakin banyak tuntutan untuk mengembangkan strategi bersama kelompok, agar dapat membunuh binatang buruan lebih banyak lagi. Untuk itu diperlukan komunikasi antar kelompok. Kembali tangan memainkan peranan penting.

Mula-mula bahasa yang digunakan adalah bahasa isyarat. Akan tetapi ketika kebutuhan komunikasi menjadi semakin kompleks, bahasa pertama mungkin berkembang dari kebutuhan itu. Perkembangan ke arah pembentukan sistem berbahasa, juga tidak lepas dari evolusi fungsi tangan. Untuk dapat mengerti bahasa isyarat tangan, diperlukan semakin banyak hubungan antara saraf dengan otak. Karena itu gerak tanagan dan bahasa diduga memiliki kaitan erat. Demikian teori yang dikembangkan Ullin Place, pakar antropologi dari Universitas Leeds di Inggris. Alasannya, mamalia yang paling maju dan berkembang bahasa isyaratnya, adalah juga yang paling maju dan berkembang bahasanya.

Kenyataan lain yang menguatkan teori Place adalah, bagian otak yang mengendalikan gerak tangan sama dengan yang mengendalikan pembicaraan. Selaras dengan perkembangan bicara dan gerak tangan, adalah logis jika kemampuan menulis dan membaca, tidak hanya tergantung dari kecerdasan berbicara, namun juga dari gerak motorik tangan dan mata. Fungsi mata pada manusia menjadi amat penting, karena fungsi gerak motorik tangan dalam fase evolusi, juga memerlukan kemampuan untuk menaksir jarak. Karena itulah mata manusia juga berkembang optimal, sementara penciuman dan pendengaran tidak dikembangkan optimal.

Berbeda dengan binatang, manusia mencari pasangan dengan mengandalkan mata, tangan dan kecerdasan berbicara. Sementara binatang lebih tergantung pada penciuman dan pendengaran. Manusia menjadi cerdas, karena dalam evolusinya semua fungsi orang tubuh berkembang saling mendukung, untuk semakin memajukan fungsi otak.(muj)

About admin

Check Also

Mengenang Perlawanan Siti Fadilah Supari Galang Dukungan Internasional Terhadap WHO (Bagian II)

  Penulis : Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI) Pada 2005 dunia kesehatan Indonesia ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *