“Jika engkau tidak bisa berbuat kebaikan sama sekali, maka tahanlah tangan dan lisanmu dari menyakiti. Setidaknya itu menjadi sedekah untuk dirimu. (Mbah Maimoen Zubair)”
Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
KH. Maimoen Zubair atau yang biasa disapa akrab dengan Mbah Moen adalah putra pertama dari pasangan Kiyai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Beliau dilahirkan di Karang Mangu Sarang, hari Kamis Legi bulan Sya’ban tahun 1347 H atau 28 Oktober 1928 M.
Dari jalur silsilah kakek, nasab Mbah Moen sampai kepada Sunan Giri. Berikut adalah jalur silsilah nasab Mbah Moen, KH. Zubair bin Mbah Dahlan bin Mbah Carik Waridjo bin Mbah Munandar bin Puteh Podang (desa Lajo Singgahan Tuban) bin Imam Qomaruddin (dari Blongsong Baureno Bojonegoro) bin Muhammad (Macan Putih Gresik) bin Ali bin Husen (desa Mentaras Dukun Gresik) bin Abdulloh (desa Karang Jarak Gresik) bin pangeran Pakabunan bin panembahan Kulon bin sunan Giri.
Sedangkan dari jalur silsilah Nenek yaitu, Nyai Hasanah binti Kiyai Syu’aib bin Mbah Ghozali bin Mbah Maulana (Mbah Lanah seorang bangsawan Madura yang bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro).
Ayahanda Mbah Moen, Kiyai Zubair, adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky. Kedua guru tersebut adalah sosok ulama yang tersohor di Yaman.
KH. Maimoen Zubair wafat pada tahun 2019 saat menunaikan ibadah haji. Tepatnya pada hari Selasa, 6 Agustus 2019 pagi. Beliau dimakamkan di pemakaman Ma’la, di Mekkah, Arab Saudi. Beliau tutup usia genap dalam umur 90 tahun.
KH. Maimoen Zubair |
KH. Maimoen Zubair (almaghfûrlah), tetap dikenang. Petuah dan pesan-pesan untuk kehidupan tetap tertanam di hati para santri. Tertanam di hati masyarakat dan umat Islam di Indonesia.
Beliau adalah seorang ulama yang sangat shaleh, berakhlak mulia dan berilmu tinggi. Guna mengenang sosoknya yang banyak keutamaan, ada baiknya kita mengingat wasiat beliau bagi kehidupan kita. Berikut enam pesan-pesan KH. Maimoen Zubair, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang Rembang, Jawa Tengah.
Tentu saja, pesan-pesan ini menjadi menarik bila direnungkan dalam konteks sekarang. Cukup mendebarkan terasa.
1. “Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa mengganggu jalannya kaum muslimin, maka singkirkanlah. Barangkali itu menjadi penyebab dimudahkannya jalanmu menuju surga”.
2. “Jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air, maka angkat dan tolonglah. Barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akhirat”.
3. “Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya, maka ambil dan susulkan kepada induknya. Semoga itu menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga”.
4. “Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan, maka antarkanlah dia. Barangkali itu menjadi sebab kelapangan rezekimu di dunia”.
5. “Jika engkau bukanlah seorang yang menguasai banyak ilmu agama, maka ajarkanlah alif, ba’, dan ta’ kepada anak-anakmu. Setidaknya itu menjadi amal jariyah untukmu yang tidak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu”.
6. “Jika engkau tidak bisa berbuat kebaikan sama sekali, maka tahanlah tangan dan lisanmu dari menyakiti. Setidaknya itu menjadi sedekah untuk dirimu”.
Berikut wasiat tambahan dari Mbah Moen dalam bentuk audio visual:
Demikianlah pesan-pesan penting tentang kehidupan dari sosok kiyai yang sangat alim dan tawadhu’ yakni KH. Maimoen Zubair. Semoga Allah SWT memancarkan cahaya rahmat dan barakah-Nya kepada kita semua melalui wasilah keshalehan Mbah Moen, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn. Alfãtihah…
_________
* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita