Oleh: Ustadz Ahmad Muntaha AM.*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Umumnya orang menganggap makhluk yang paling buruk di langit dan di bumi adalah Iblis. Demikian pula Fir’aun adalah manusia paling jahat sedunia.
Iblis membangkang dari perintah Tuhan untuk bersujud memberi penghormatan kepada Nabi Adam AS, sehingga dilaknat selama-lamanya.
Fir’aun tak mau kalah, justru mengaku-ngaku sebagai Tuhan dan membunuh bayi laki-laki sezamannya yang dikhawatirkan menjadi pesaingnya.
Namun demikian, ternyata masih ada makhluk yang lebih buruk dan lebih jahat daripada Iblis dan Fir’aun. Siapa dia?
Dihikayatkan, bahwa suatu ketika Iblis bertandang ke istana Fir’aun dan segera mengetuk pintu.
“Siapa itu,” tanya Fir’aun dari dalam.
“Aku Iblis. Kalau kamu benar-benar Tuhan, mestinya kamu tahu siapa aku,” jawab Iblis ketus dari luar.
“Masuk, hei makhluk terlaknat,” kata Fir’aun tak kalah keras.
Setelah Iblis masuk, Fir’aun segera menguji kecerdasan Iblis: “Kamu tahu nggak, orang yang lebih buruk daripada dirimu dan diriku di muka bumi ini?”
“Tahu dong,” jawab Iblis penuh percaya diri.
“Siapa?” sergah Fir’aun.
“Orang yang hasad (yang menginginkan hilangnya kenikmatan dan kebahagiaan orang lain). Karena hasad inilah aku dilaknat oleh Tuhan sampai sekarang,” jawab Iblis penuh ketegasan.
Iblis melanjutkan omongannya: “Aku punya tetangga yang selalu memenuhi ajakan kejahatanku. Lalu kukatakan kepadanya: ‘Sungguh aku wajib memenuhi hak (permintaan) darimu (karena kesetiaanmu padaku), maka mintalah hajat atau kebutuhanmu kepadaku.’
Si Tetangga segera menjawab: “Iblis, aku ada tetangga yang punya seekor sapi. Bunuhlah sapi itu.”
Lalu segera kujawab: “Aku tak mampu (tak tega) melakukannya. Bagaimana kalau kuberi untukmu 10 ekor sapi sebagai gantinya?”
“Tidak. Aku hanya ingin kau bunuh sapi tetanggaku itu,” jawab si tetangga tetap bersikukuh atas permintaannya.
“Nah, di sini aku baru tahu, bahwa orang yang hasad, yang menginginkan hilangnya kenikmatan orang lain, lebih buruk dari pada aku dan kamu, Fir’aun”, pungkas Iblis masih penuh keheranan.
Kisah selengkapnya dapat dibaca di kitab al-Jawãhir al-Lu’lu’iyyah karya Syekh Muhammad al-Jurdani. (Muhammad bin Abdillah al-Jurdani ad-Dimyathi, al-JawWallãhu A’lamu bish-Shawãbhir al-Lu’lu’iyah Syarhul Arba’in an-Nawawiyah, [Manshurah, Maktabah al-Iman], halaman 298-299).
Demikianlah, ternyata masih ada makhluk yang lebih buruk dan lebih jahat daripada Iblis dan Fir’aun, yaitu orang hasad yang menginginkan hilangnya kenikmatan dan kebahagiaan orang lain.
Karenanya, Rasulullah SAW mewasiatkan kepada umatnya agar menghindari penyakit hati ini:
اِياَّ كُم وَالحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُ الحَطَبَ
”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (HR. Abu Dawud)
Masihkah kita mau menyimpan sifat hasad, sehingga menjadi lebih jahat daripada Iblis dan Fir’aun? Na’ûdzu billãhi min dzãlikal ‘amal
Wallãhu A’lamu bish-Shawãb
_________
* Founder Aswaja Muda dan Redaktur Keislaman NU Online
* Source: NUOnline