Home / Agama / Kajian / Fir’aunisme Modern

Fir’aunisme Modern

Oleh: Ahmad Sastra*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Thomas Carlyle mengatakan bahwa the history of the world is but the biography of great man, sejarah tak lebih merupakan kumpulan biografi orang-orang besar, katanya. Sejarah adalah manusia.

Sementara menurut Sayyid Quthb, sejarah adalah interpretasi peristiwa yang memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat. Sejarah adalah interpretasi. Sejarah adalah hikmah dan pembelajaran.

Imam As-Suyuthi mendeskripsikan sejarah sebagai pertarungan potensi kejahatan manusia dan potensi kebaikan manusia, keduanya akan dicatat sebagai sejarah. Ekspresi potensi jahat akan dicatat sebagai sejarah kelam, ekspresi potensi kebaikan akan dicatat sebagai sejarah gemilang.

Itulah mengapa, dalam sejarah selalu ada pertarungan antara manusia penegak kebenaran dan manusia kebatilan. Saat hadir Musa, maka hadir pula Fir’aun. Saat hadir Rasulullah Muhammad SAW, hadir pula Abu Jahal dan seterusnya.

Al-Qur’an memaparkan rentetan sejarah Nabi-nabi terdahulu, sebagaimana diungkap oleh Sayyid Quthb adalah untuk diambil pelajaran melalui analisis interpretasi atas berbagai peristiwa yang melingkupi kita hari ini.

Target pembelajaran sejarah adalah agar kita bisa mengambil peran sebagai penegak kebenaran Islam (penolong agama Allah) sebagaimana para Nabi telah mencontohkan. Sebaliknya, jangan sampai kita menjadi pecundang yang justru memusuhi dan atau menghalangi tegaknya agama Allah.

لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ ۞

“Sungguh, pada kisah mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat. (Al-Qur’an) bukanlah cerita yang dibuat-buat, melainkan merupakan pembenar (kitab-kitab) yang sebelumnya, memerinci segala sesuatu, sebagai petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111).

Kita ambil salah satu paparan sejarah dalam Al-Qur’an yakni kehadiran Musa yang Fir’aun. Istilah Fir’aun tidak merujuk kepada nama, namun kepada sistem dan kondisi politik kekuasaan. Sebab raja Fir’aun tidak selalu bernama Fir’aun, namun menunjukkan indikator kekuasaan yang dzalim dan diktator.

Karena itu, interpretasi sejarah yang diulang oleh Allah dalam setiap zaman harus bisa kita baca secara cerdas, agar kita bisa mengambil peran yang benar. Setidaknya, ada sepuluh karakter kekuasaan politik rezim Fir’aun dalam al-Qur’an.

1. Kufur dan Mendustakan Agama

فَاَرٰىهُ الْاٰيَةَ الْكُبْرٰىۖ ۞ فَكَذَّبَ وَعَصٰىۖ ۞ ثُمَّ اَدْبَرَ يَسْعٰىۖ ۞ فَحَشَرَ فَنَادٰىۖ ۞ فَقَالَ اَنَا۠ رَبُّكُمُ الْاَعْلٰىۖ ۞ فَاَخَذَهُ اللّٰهُ نَكَالَ الْاٰخِرَةِ وَالْاُوْلٰىۗ ۞ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّمَنْ يَّخْشٰى ۗ ࣖ ۞

Lalu, dia (Musa) memperlihatkan mukjizat yang besar kepadanya (20). Akan tetapi, dia (Fir‘aun) mendustakan (kerasulan) dan mendurhakai (Allah) (21). Kemudian, dia berpaling seraya berusaha (menantang Musa) (22). Maka, dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru (memanggil kaumnya) (23). Dia berkata, “Akulah Tuhanmu yang paling tinggi.” (24). Maka, Allah menghukumnya dengan azab di akhirat dan (siksaan) di dunia (25). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah) (26).” (QS. An-Nazi’at [79]: 20-26).

2. Sombong, Sok Kuasa dan Merasa Pemilik Mutlak Negara

وَنَادٰى فِرْعَوْنُ فِيْ قَوْمِهٖ قَالَ يٰقَوْمِ اَلَيْسَ لِيْ مُلْكُ مِصْرَ وَهٰذِهِ الْاَنْهٰرُ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِيْۚ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَۗ ۞ اَمْ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْ هٰذَا الَّذِيْ هُوَ مَهِيْنٌ ەۙ وَّلَا يَكَادُ يُبِيْنُ ۞ فَلَوْلَآ اُلْقِيَ عَلَيْهِ اَسْوِرَةٌ مِّنْ ذَهَبٍ اَوْ جَاۤءَ مَعَهُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ مُقْتَرِنِيْنَ ۞ فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهٗ فَاَطَاعُوْهُ ۗاِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا فٰسِقِيْنَ ۞

Fir‘aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku, bukankah Kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai itu mengalir di bawah (istana-istana)-ku. Apakah kamu tidak melihat? (51). Bahkan, bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini (Musa) yang hampir-hampir tidak dapat menjelaskan (maksud perkataannya)? (52). Maka, mengapa tidak dipakaikan kepadanya (Musa) gelang dari emas atau malaikat datang bersama dia mengiringinya?” (53). Maka, dia (Fir‘aun) telah memengaruhi kaumnya sehingga mereka patuh kepadanya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik (54). (QS. Az-Zukhruf [43]: 51-54)

3. Dikelilingi Oleh Penasehat dan Pembisik Jahat

وَقَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ اَتَذَرُ مُوْسٰى وَقَوْمَهٗ لِيُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ وَيَذَرَكَ وَاٰلِهَتَكَۗ قَالَ سَنُقَتِّلُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَنَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْۚ وَاِنَّا فَوْقَهُمْ قٰهِرُوْنَ ۞

Para pemuka dari kaum Fir‘aun berkata, “Apakah engkau akan membiarkan Musa dan kaumnya sehingga mereka berbuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan dia (Musa) meninggalkanmu dan tuhan-tuhanmu?” (Fir‘aun) menjawab, “Akan kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka.” (QS. Al-A’raf [7]: 127).

4. Hobbi Mengancam dan Memfitnah

قَالَ لَىِٕنِ اتَّخَذْتَ اِلٰهًا غَيْرِيْ لَاَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُوْنِيْنَ ۞

“Dia (Fir‘aun) berkata, “Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selainku, niscaya aku benar-benar akan menjadikanmu termasuk orang-orang yang dipenjarakan.” (QS. Asy-Syu’arã [26]: 29)

قَالَ لِلْمَلَاِ حَوْلَهٗٓ اِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ عَلِيْمٌ ۙ ۞

“Dia (Fir‘aun) berkata kepada para pemuka di sekitarnya, “Sesungguhnya dia (Musa) ini benar-benar seorang penyihir yang sangat pandai.” (QS. Asy-Syu’arã [26]: 34)

قَالَ اٰمَنْتُمْ لَهٗ قَبْلَ اَنْ اٰذَنَ لَكُمْۚ اِنَّهٗ لَكَبِيْرُكُمُ الَّذِيْ عَلَّمَكُمُ السِّحْرَۚ فَلَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَ ەۗ لَاُقَطِّعَنَّ اَيْدِيَكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ مِّنْ خِلَافٍ وَّلَاُصَلِّبَنَّكُمْ اَجْمَعِيْنَۚ ۞

“Dia (Fir‘aun) berkata, “Apakah kamu sekalian beriman kepadanya (Musa) sebelum aku mengizinkanmu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka, kamu tentu akan tahu (akibat perbuatanmu). Pasti kupotong tangan dan kakimu secara bersilang dan benar-benar akan kusalib kamu semua.” (QS. Asy-Syu’arã [26]: 49)

5. Pragmatis Transaksional

فَلَمَّا جَاۤءَ السَّحَرَةُ قَالُوْا لِفِرْعَوْنَ اَىِٕنَّ لَنَا لَاَجْرًا اِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغٰلِبِيْنَ ۞ قَالَ نَعَمْ وَاِنَّكُمْ اِذًا لَّمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ ۞

“Maka, ketika para penyihir datang, mereka berkata kepada Fir‘aun, “Apakah kami benar-benar akan memperoleh imbalan besar jika kami yang menjadi pemenang?” (41). Dia (Fir‘aun) menjawab, “Ya, bahkan kamu pasti akan menjadi orang-orang yang dekat (kepadaku).” (42)” (QS. Asy-Syu’arã [26]: 41-42)

6. Anti Kritik dan Menolak Dakwah Islam

ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ مُّوْسٰى وَهٰرُوْنَ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ بِاٰيٰتِنَا فَاسْتَكْبَرُوْا وَكَانُوْا قَوْمًا مُّجْرِمِيْنَ ۞ فَلَمَّا جَاۤءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوْٓا اِنَّ هٰذَا لَسِحْرٌ مُّبِيْنٌ ۞ قَالَ مُوْسٰٓى اَتَقُوْلُوْنَ لِلْحَقِّ لَمَّا جَاۤءَكُمْ ۗ اَسِحْرٌ هٰذَاۗ وَلَا يُفْلِحُ السّٰحِرُوْنَ ۞ قَالُوْٓا اَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا وَتَكُوْنَ لَكُمَا الْكِبْرِيَاۤءُ فِى الْاَرْضِۗ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِيْنَ ۞

Kemudian, setelah mereka Kami mengutus Musa dan Harun kepada Fir‘aun dan para pemuka kaumnya, dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami. Lalu, mereka menyombongkan diri dan mereka adalah kaum pendurhaka. (75). Ketika telah datang kepada mereka kebenaran (mukjizat) dari sisi Kami, mereka berkata, “Sesungguhnya ini benar-benar sihir yang nyata.” (76). Musa berkata, “Apakah (pantas) kamu mengatakan terhadap kebenaran (mukjizat) ketika ia datang kepadamu, ‘sihirkah ini?’ Padahal, para penyihir itu tidaklah mendapat kemenangan.” (77). Mereka berkata, “Apakah engkau (Musa) datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (menyembah berhala), dan agar kamu berdua (Musa dan Harun) mempunyai kekuasaan di bumi (negeri Mesir)? Kami tidak akan beriman kepada kamu berdua.” (78)”. (QS. Yunus [10]: 75-78)

7. Persekusi, Kriminalisasi, Islamophobia dan Kapitalistik

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَا وَسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍۙ ۞ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَقَارُوْنَ فَقَالُوْا سٰحِرٌ كَذَّابٌ ۞ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوْٓا اَبْنَاۤءَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ وَاسْتَحْيُوْا نِسَاۤءَهُمْ ۗوَمَا كَيْدُ الْكٰفِرِيْنَ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ ۞ وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُوْنِيْٓ اَقْتُلْ مُوْسٰى وَلْيَدْعُ رَبَّهٗ ۚاِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يُّبَدِّلَ دِيْنَكُمْ اَوْ اَنْ يُّظْهِرَ فِى الْاَرْضِ الْفَسَادَ ۞

Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan (membawa) ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata (23), kepada Fir‘aun, Haman, dan Qarun. Lalu, mereka berkata, “(Musa) itu seorang penyihir lagi pendusta.” (24). Ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa kebenaran dari Kami, mereka berkata, “Bunuhlah anak laki-laki orang-orang yang beriman bersama dia dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka.” Tidaklah tipu daya orang-orang kafir itu kecuali sia-sia belaka. (25). Fir‘aun berkata (kepada pembesar-pembesarnya), “Biar aku yang membunuh Musa dan suruh dia memohon kepada Tuhannya. Sesungguhnya aku khawatir (bahwa) dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di bumi.” (26).” (QS. Al-Mukmin/Ghafir [40]: 23-26)

8. Dzalim Kepada Rakyatnya dan Sekularistik

قَالُوْٓا اُوْذِيْنَا مِنْ قَبْلِ اَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْۢ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا ۗقَالَ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِى الْاَرْضِ فَيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ ࣖ ۞

“Mereka (kaum Musa) berkata, “Kami telah ditindas (oleh Fir‘aun) sebelum engkau datang kepada kami dan setelah engkau datang.” (Musa) menjawab, “Mudah-mudahan Tuhanmu membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu penguasa di bumi lalu Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu.” (QS. Al-A’raf [7]: 129).

قَالُوْا لَنْ نُّؤْثِرَكَ عَلٰى مَا جَاۤءَنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالَّذِيْ فَطَرَنَا فَاقْضِ مَآ اَنْتَ قَاضٍۗ اِنَّمَا تَقْضِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا ۗ ۞

“Mereka (para penyihir) berkata, “Kami tidak akan mengutamakanmu daripada bukti-bukti nyata (mukjizat) yang telah datang kepada kami (melalui Musa) dan daripada (Allah) yang telah menciptakan kami. Putuskanlah apa yang hendak engkau putuskan! Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan (perkara) dalam kehidupan dunia ini.” (QS. Thãhã [20]: 72).

9. Membanggakan Infrastruktur dan Bermental Hipokrit

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرِيْۚ فَاَوْقِدْ لِيْ يٰهَامٰنُ عَلَى الطِّيْنِ فَاجْعَلْ لِّيْ صَرْحًا لَّعَلِّيْٓ اَطَّلِعُ اِلٰٓى اِلٰهِ مُوْسٰىۙ وَاِنِّيْ لَاَظُنُّهٗ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ ۞

“Firʻaun berkata, “Wahai para pembesar, aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selainku. Wahai Haman, bakarlah tanah liat untukku (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa! Sesungguhnya aku yakin bahwa dia termasuk para pendusta.” (QS. Al-Qashash [28]: 38).

فَلَمَّا جَاۤءَتْهُمْ اٰيٰتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ ۚ ۞ وَجَحَدُوْا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَآ اَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَّعُلُوًّاۗ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ ࣖ ۞

“Ketika mukjizat-mukjizat Kami yang terang itu sampai kepada mereka, mereka berkata, “Ini sihir yang nyata. (13). Mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)-nya. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (14)” (QS. An-Naml [27]: 13-14).

10. Bermulut Besar dengan Tuduhan Keji

قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ ۞ قَالَ رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَاۗ اِنْ كُنْتُمْ مُّوْقِنِيْنَ ۞ قَالَ لِمَنْ حَوْلَهٗٓ اَلَا تَسْتَمِعُوْنَ ۞ قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ اٰبَاۤىِٕكُمُ الْاَوَّلِيْنَ ۞ قَالَ اِنَّ رَسُوْلَكُمُ الَّذِيْٓ اُرْسِلَ اِلَيْكُمْ لَمَجْنُوْنٌ ۞ قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَاۗ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ ۞

“Fir‘aun berkata, “Siapa Tuhan semesta alam itu?” (23). Dia (Musa) menjawab, “Tuhan (pencipta dan pemelihara) langit, bumi, dan segala yang ada di antaranya jika kamu orang-orang yang yakin.” (24). Dia (Fir‘aun) berkata kepada orang-orang di sekitarnya, “Tidakkah kamu mendengar (apa yang dikatakannya)?” (25). Dia (Musa) berkata, “(Dia) Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu terdahulu.” (26). Dia (Fir‘aun) berkata, “Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepadamu benar-benar gila.” (27). Dia (Musa) berkata, “(Dia) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat serta segala yang ada di antaranya jika kamu mempergunakan akal.” (28).” (QS. Asy-Syua’rã [26]: 23-28).

Nah, dengan paparan ayat-ayat Allah SWT di atas, secara gamblang nampak indikator dan karakteristik kekuasaan Fir’aun. Dari sini muncul pertanyaan, apakah ada kekuasaan yang memenuhi indikator di atas? Jika ada, maka tentukan peran kita sebagai muslim pejuang yang melawan rezim jahat, apapun resikonya. Jadilah seperti Nabi Muhammad SAW yang berjuang melawan Abu Jahal, atau jadilah seperti Nabi Musa AS yang berjuang melawan Fir’aun.

Di zaman modern seperti sekarang ini, siapapun dia, ketika jiwanya mengusung kebenaran Rasulullah SAW, maka ia akan diperhadapkan oleh Allah SWT dengan lawan tanding seperti yang dihadapi para Nabi sepanjang sejarah untuk menguji kualitas iman dan konsistensi dalam berpegang teguh pada kebenaran Ilahi.

Wallãhu A’lamu bish-Shawãb

 

About admin

Check Also

Lebaran dan Kaum Kebatinan

“Tradisi lebaran yang konon hanya ada di Nusantara adalah sepotong waktu yang dapat menaikkan atau ...