Home / Agama / Kajian / Allah Memperkenalkan Diri-Nya Bukan Karena Amal Perbuatanmu

Allah Memperkenalkan Diri-Nya Bukan Karena Amal Perbuatanmu

“Jika Tuhan membukakan untukmu pintu makrifat, jangan kau pertanyakan amalmu yang sedikit…”

Oleh: H. Derajat*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Mursyid kami dalam bertarekat Abah Guru Sekumpul berkalam bahwa Ilmu Agama yang hukumnya Fardlu Ain adalah Makrifat Allah dan itulah semulia-mulianya ilmu.

Telah berkalam mursyid kami Syekh Ibnu ‘Athaillah dalam kitabnya Al Hikam, Hikmah ke-8 :

“Makrifat Allah Tidak Ada Kaitannya Dengan Amalmu”

إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةٌ مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ مَعَهَا إِنْ قَلَّ عَمَلُكَ، فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ إِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ، أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ، وَالْأَعْمَالَ أَنْتَ مُهْدِيْهَا إِلَيْهِ! وَأَيْنَ مَا أَنْتَ تُهْدِيْهِ إِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ؟

“Jika Tuhan membukakan untukmu pintu makrifat, jangan kau pertanyakan amalmu yang sedikit. Karena Dia tidak akan membukakan pintu makrifat, kecuali karena ingin memperkenalkan Diri-Nya kepadamu. Tahukah kau bahwa makrifat merupakan anugerah-Nya untukmu, sedangkan amalmu adalah persembahan untuk-Nya. Tentu, persembahanmu takkan sebanding dengan anugerah-Nya.”

Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:

Dalam perjalanan menuju Tuhannya, seorang salik harus memperbanyak amal untuk menekan dorongan-dorongan nafsu syahwat sehingga ia bisa sampai kepada Allah Ta’ala. Di sisi lain, seorang salik dituntut juga untuk ber-mujãhadah dalam waktu lama.

Namun demikian, tidak menutup kemungkinan di sela-sela itu ia merasa malas melakukan sebagian ibadah dan wirid yang diharuskan. Sehingga ia pun diterpa kegalauan dan frustasi, bahkan mungkin pula tergerak untuk meninggalkan semuanya. Padahal, di saat yang sama, ia telah sampai pada satu tahapan makrifatullah.

Oleh karena itu, Syaikh Ibnu ‘Athãillãh menasehatinya bahwa jika Allah Ta’ala membukakan untuknya satu dari sekian pintu makrifat —seperti merasakan kehadiran dan pengawasan Allah Ta’ala atau menyadari bahwa pelaku ibadah sesungguhnya adalah Allah Ta’ala dan menyadari dirinya hanyalah objek penampakan perbuatan-Nya— maka saat itu ia tidak perlu lagi merasa heran dan bertanya-tanya mengapa itu bisa terjadi sementara amal yang dilakukannya baru sedikit? Karena tujuan dari semua amal adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Dibukakannya pintu makrifat adalah bukti bahwa Allah Ta’ala mengasihi dan menyayanginya. Bisa jadi, seseorang sedikit melakukan amal karena memang ia sedang sakit. Jika orang ini mendapatkan makrifat, misalnya dengan mengetahui bahwa sakit baginya lebih baik ketimbang sehat dan bahwa Allah Ta’ala Maha Melakukan apa yang Dikehendaki-Nya, saat itu ia tidak perlu lagi mempertanyakan sedikit amalnya.

Allah Ta’ala membukakan untukmu pintu makrifat karena Dia ingin memperkenalkan Diri-Nya kepadamu, memberimu karunia-Nya, mendekatimu, dan menampakkan sifat-sifat dan asma-Nya untukmu. Tentu saja makrifat adalah karunia yang lebih besar dan agung untukmu dibandingkan dengan amalan-amalan lahirmu untuk-Nya.

Hadiah dari seorang budak, walaupun bernilai tinggi, tetap hina dan kecil dibandingkan dengan hadiah dari seorang tuan walaupun itu sedikit. Hadiah dari seorang budak manfaatnya hanya akan dirasakan oleh dirinya sendiri, bukan tuannya.

Kesimpulannya, amal ibadah yang sedikit namun diiringi makrifat, lebih baik daripada amal ibadah yang banyak tanpa makrifat. Jika seorang salik mendapatkan makrifat, ia harus segera menghadapkan hatinya kepada Tuhannya agar karunia makrifat dari Tuhannya itu ditambah. Ia juga harus lebih mempedulikan makrifat tersebut ketimbang amalan-amalan lahir yang dilakukannya.

Oleh sebab itu, amalan lahir para ‘arif yang dilakukan di akhir usia mereka cenderung menurun. Mereka selalu merindukan masa-masa dahulu ketika mereka mendapat banyak cahaya karena banyaknya amal yang mereka lakukan.

Wallãhu A’lamu bish-Shawãb

____________

* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

 

About admin

Check Also

Lebaran dan Kaum Kebatinan

“Tradisi lebaran yang konon hanya ada di Nusantara adalah sepotong waktu yang dapat menaikkan atau ...