Home / Relaksasi / Renungan / Jangan Sombong dengan Amal Ibadahmu

Jangan Sombong dengan Amal Ibadahmu

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.

Saudaraku, inilah hadits Rasulullah yang kukutip dari Kitab Duuratun Nashihin. Sebuah hadits yang membuat kita terhenyak dari kesombongan kita yang selalu membanggakan diri dengan peribadatan kita. Kita lihat betapa banyaknya orang mengejek peribadatan orang lain sesama Muslim bahkan peribadatan orang lain yang berbeda agama. Seolah ibadah kita lah yang paling sempurna.

Setelah membaca hadits ini maka kita akan menyadari kesalahan kita tersebut. Rasulullah saw bersabda,

“Jibril baru saja tadi keluar dari tempatku, dan ia berkata, “Yaa Muhammad saw, demi Dzat yang mengutusmu dengan hak menjadi Nabi, bahwasanya ada seorang manusia yang beribadah kepada Allah sejak 500 tahun di atas sebuah bukit yang dilingkari oleh laut”.

“Baginya telah disediakan oleh Allah sebuah mata air tawar yang sejuk di kaki bukit, dan sebuah pohon delima yang setiap hari berbuah, satu buah. Setiap sore hari ia turun ke mata air itu, berwudlu, sekaligus memetik buah delima dan memakannya. Selanjutnya ia shalat dan berdo’a memohon kepada Allah agar ia mati dalam keadaan bersujud, dengan tubuh tidak tersentuh oleh bumi ataupun lainnya, sampai kemudian ia dibangkitkan dari kubur-pun masih dalam keadaan bersujud”.

“Dan do’anya pun kemudian dikabulkan oleh Allah swt”.

“Hal seperti itu dibuktikan pula oleh Jibril as. dengan katanya, “Kami melintasinya di saat naik ataupun turun ia tetap dalam keadaan seperti itu (bersujud), dan kami dapati ia di hari kiamat dibangkitkan berhenti di hadapan Allah swt”.

Lalu Allah Ta’ala berfirman, “Masukkanlah hambaKu ini ke dalam surga berkat rahmatKu!”

Namun seorang abid itu berkata, “Tetapi berkat amal taatku sendiri…”

Lalu kemudian Allah ta’ala menyuruh para malaikat supaya menimbang amal taatnya dengan karunia ni’mat Allah kepadanya. Ternyata dengan karunia ni’mat Allah berupa pandangan mata saja, amal ibadah yang selama 500 tahun belum dapat memadai, apalagi dengan karunia nikmat Allah lainnya, yang berarti ia banyak menikmati karunia Allah tanpa diimbangi amal taat kepadaNya.

Maka Allah Ta’ala berfirman, “Wahai para malaikat, masukkanlah ia ke dalam neraka.”

Jibril as. berkata, “mereka pun kemudian melemparkannya ke dalam neraka.”

Dengan demikian ia pun menyadari akan kelemahannya, lalu ia menyeru dan memanggil seraya berkata, “Dengan rahmatMu, yaa Allah,”.

“Masukkanlah hamba ke surga…”

Akhirnya para malaikat disuruh mengembalikannya ke hadapan Allah swt. Dan Allah swt kemudian berfirman,

“Wahai hambaKu, siapakah yang menciptakanmu, sebelum engkau ada?”

Ia menjawab, “Engkau Ya Rabbku”

“Lalu, penciptaan atas dirimu itu dengan amal perbuatanmu ataukah berkat rahmat-Ku?”

Ia menjawab,… “Bahkan dengan rahmatMu, Ya Rabbku”

“Lalu siapakah yang menguatkan engkau beribadah selama 500 tahun itu? Dan yang menempatkanmu di atas bukit yang dilingkari oleh laut? Dan yang memancarkan mata air tawar di tengah-tengah air laut yang asin? Dan yang mengeluarkan buah delima setiap petangnya, padahal menurut umumnya musim berbuahnya hanya sekali dalam setahun? Dan yang mencabut ruhmu, padahal engkau dalam keadaan sujud?”. Ia menjawab,“Semua itu Engkau yang menciptakan ,Yaa Rabbku”.

Allah Ta’ala kemudian berfirman, “Semua itu adalah dengan berkat rahmat-Ku, dan berkat rahmatKu pula masuklah kamu ke surga.”.

(Durratun Nasihin)

About admin

Check Also

Makna Bashirah dan Tingkatannya

“Syaikh Ahmad ibn ‘Athaillah Assakandary dalam al-Hikamnya membagi bashîrah dalam tiga tingkatan; Syu’ãul bashîrah, ‘Ainul bashîrah ...