Home / Agama / Kajian / Menyikapi Rasa Syukur Atas Pemberian Orang Lain

Menyikapi Rasa Syukur Atas Pemberian Orang Lain

“Termasuk diantaranya ketika engkau diberi amanah jabatan, ketika anak dan istrimu menjadi penyejuk qalbumu, ketika ada orang yang memberimu sesuatu yang membahagiakanmu, ketika engkau dipercaya sebagai guru, ustadz atau kedudukan apapun yang membuatmu bangga dan bahagia.”

Oleh: H. Derajat*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Risalah Akhir Zaman

Saudaraku yang sangat aku kasihi, sudah beberapa artikel yang ku persembahkan selalu mengajak kita semua untuk sama-sama mengenal Allah di dunia ini karena hal ini adalah sebagai kewajiban utama bagi setiap mukmin dan muslim.

Kehidupan surga merupakan suatu harapan yang didamba-dambakan oleh setiap manusia. Bayang-bayang kenikmatan surga banyak digambarkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai balasan bagi siapa saja yang iman dan patuh kepada-Nya. Namun, ada sebagian kecil manusia yang cinta dan patuh kepada-Nya tidak lagi mendambakan surga, melainkan suatu nikmat yang lebih besar dari itu, yaitu “melihat Allah” (ru’yatullãh).

Salah satunya adalah Rabi’ah al-Adawiyah (W 135 H), seorang wanita yang terkenal taat dalam beribadah, dalam syairnya ia berkata :

أُحِبُّكَ حُبَّيْنِ حُبَّ الْهَوَى ۞ وَحُبًّا لِأَنَّكَ أَهْلٌ ِلذَاكَا
فَأَمَّا الَّذِيْ هُوَ حُبُّ الْهَوَى ۞ فَشُغْلِيْ بِذِكْرِكَ عَمَّنْ سِوَاكَا
وَأَمَّا الَّذِيْ أنْتَ أَهْلٌ لَهُ ۞ فَكَشْفُكَ لِيَ الْحُجْبَ حَتَّى أَرَاكَا
فَلَا اْلحَمْدُ فِي ذَا وَلَا ذَاكَ لِيْ ۞ ولَكِنْ لَكَ الْحَمْدُ فِي ذَا وَذَاكَا

Aku mencintai-Mu dengan dua cinta, cinta karena rindu dan cinta karena diri-Mu
Cinta karena rindu adalah kesibukanku yang senantiasa mengingati-Mu
Dan cinta karena diri-Mu adalah keadaan-Mu menyingkap tabir hingga kulihat-Mu.
(Pujianku) ini-itu, bukanlah untukku melainkan semua pujian tersanjung untuk-Mu.

Untuk lebih memperjelas tentang Melihat Tuhan, kami menyajikan sebuah ilustrasi dari datangnya sebuah pemberian sesama manusia kepada kita yang mana kita wajib melihatnya sebagai pemberian Tuhan.

Telah berkirim Surat Mursyid kami Syaikh Ibnu ‘Atha’illah untuk mengingatkan Sahabatnya yang sebagiannya tercantum pada bagian ke 12:

“Dalam Menyikapi Pemberian, Orang ‘Arif Tidak Membedakan antara Bersyukur kepada Allah dan Berterima Kasih kepada Makhluk”

إِنْ كَانَتْ عَيْنَ الْقَلْبِ تَنْظُرُ أَنَّ اللّٰهَ وَاحِدٌ فِي مِنَتِهِ فَالشَّرِيْعَةُ تَقْتَضِيْ أَنَّهُ لَابُدَّ مِنْ شُكْرِ خَلِيْقَتِهِ .

“Mata hati memandang bahwa yang memberi segala karunia hanyalah Allah. Namun, syari’at menyuruh berterima kasih kepada sesama makhluk.”

Dalam pandangan mata hati, yang memberi segala karunia dan nikmat adalah Allah Ta’ala semata. Namun demikian, syari’at menuntut untuk berterima kasih kepada sesama makhluk.

Bagaimana kita mensikapi pemberian orang lain

Jika Tuhan memberimu nikmat melalui tangan seorang manusia, baik berupa nikmat agama, seperti ilmu dan makrifat, maupun berupa nikmat duniawi, dalam hal ini, kau harus memperhatikan hakikatnya. Kau harus melihat bahwa nikmat tersebut semata-mata dari Allah Ta’ala. Orang yang memberimu dengan tangannya hanyalah manusia lemah dan dikendalikan Allah Ta’ala. Oleh karena itu, kau harus memuji Allah Ta’ala atas nikmat tersebut.

Namun, syari’at menuntunmu agar kau juga berterima kasih kepada orang yang memberimu nikmat itu melalui tangannya. Kau harus mendoakan dan memujinya sebagai pelaksanaan terhadap perintah Allah Ta’ala dan pelaksanaan terhadap tuntutan syari’at. Selain itu, kau harus memuji Allah Ta’ala karena Allah Ta’ala lah yang memberinya secara khusus, yaitu dengan menjadikannya pemilik nikmat tersebut.

Dalam hadits disebutkan, “Siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak berterima kasih kepada Allah”.

Hal demikian telah dikatakan oleh Mursyid kami dalam bertarekat, Abah Guru Sekumpul yang telah berkalam di dalam kanal youtubenya :

وَمَنْ لاَيَشْكُرِ النَّاسَ لاَيَشْكُرِ اللهَ

Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah.” [H.R Ahmad dan Baihaqi].

وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ لِيَكُوْنَ نَظَرِيْ إِلَى حَوْلِكَ وَقُوَّتِكَ إِذَا أَدْخَلْتَنِى وَاسْتِسْلَامِيْ وَانْقِيَادِيْ إِلَيْكَ إِذَا أَخْرَجْتَنِيْ .

“Katakanlah, “Tuhanku, masukkanlah aku melalui pintu kebenaran dan keluarkanlah aku melalui pintu kebenaran pula supaya pandanganku tetap bulat pada kekuasaan dan kekuatan-Mu ketika Kau memasukkanku, demikian pula kepasrahan dan ketundukanku selalu kepada-Mu ketika Kau mengeluarkanku.”

Semoga Allah merahmati dan memberkahi kita semua dengan terus menurunkan IlmuNya agar kita tidak tergelincir dalam ‘aqidah keimanan kita. Ãmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

Wallãhu A’lamu bish-Shawãb

____________

* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

About admin

Check Also

Amalan Nisfu Sya’ban Berjama’ah

“Salah satu amalan yang sudah mentradisi di Indonesia adalah membaca Surat Yasin tiga kali pada ...