“Kebaikan kepada yatim yang dipuji Rasulullah SAW dan sebab Islamnya Rahib Majusi”
Oleh: Admin*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Pernah dalam suatu perjalanan haji, setelah selesai shalat, Abdullah ibnul Mubarak tertidur di dekat Hijir Ismail. Di dalam tidurnya, dia bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dan ketika itu, beliau datang dengan wajah berseri-seri dan bersabda kepada Ibnul Mubarak.
“Wahai Abdullah kembalilah ke Baghdad, temui olehmu Bahramal Majusi (Rahib Majusi) dan sampaikan salamku kepadanya dan katakanlah Allah meridhainya.”
Seketika Abdullah terbangun. Ia terkejut Dan menganggap mimpi itu datang dari setan. Namun, sepanjang mengerjakan Haji, mimpi yang sama datang tiga kali berturut-turut di dalam tidurnya.
Barulah Abdullah meyakini bahwa mimpi itu benar, karena dia mengetahui bahwa setan tidak dapat menyerupai Rasulullah SAW walaupun dia dalam mimpi.
Akhirnya, setelah menunaikan hajinya, Abdullah segera pulang ke Baghdad dan terus mencari Rahib Majusi itu. Dia ingin menyampaikan pesan dalam mimpi itu sekaligus ingin mengetahui apa keistimewaan si Majusi itu, sampai-sampai Rasulullah SAW berkirim salam kepadanya.
Setelah bertanya-tanya Ibnul Mubarak bertemu dengan laki-laki yang di maksud itu. Dia pun langsung bertanya kepada Rahib Majusi itu.
“Wahai, Bahramal Majusi, bolehkah aku tahu apa kebaikan yang pernah engkau lakukan?” tanya Abdullah menyelidiki kebaikan si Majusi.
“Baru tadi aku meminjamkan uang kepada seseorang dengan sedikit bunga,” kata Majusi itu.
“Itu haram hukumnya bagi kami,” kata Abdullah.
“Adakah yang lain?” Tanya Abdullah lagi.
“Ya, aku memiliki empat anak laki-laki dan empat anak perempuan. Maka aku telah mengawinkannya sesama mereka dan sebagai tanda syukur, aku rayakan mereka itu dalam satu pesta yang besar lagi meriah.” kata Majusi.
“Hal itu juga haram bagi kami, adakah yang lainnya?”
“Ya, aku memiliki seorang putri yang kecantikannya tidak ada tandingannya di daerah ini. Itulah sebabnya, aku sendiri yang menikahinya dan merayakan perkawinan kami dengan pesta yang besarnya lebih dari seribu orang majusi menghadiri pestaku itu.”
“Demi Allah, itu juga sesuatu yang haram. Apakah ada lagi kebaikan yang pernah engkau lakukan wahai Majusi? Abdullah ibnul Mubarak hampir putus asa, karena tidak dapat menjumpai keistimewaan dari Majusi itu.
“Oh iya, baru aku teringat, seminggu yang lalu, pada suatu malam, ketika aku sedang tidur bersama anakku, datanglah seorang wanita yang seagama denganmu. Dia datang dan pergi beberapa kali. Aku menduga dia akan mencuri sesuatu, maka aku mengikutinya dari belakang. Sesampainya di rumah, bersama wanita tersebut terlihat ada empat anak perempuannya yang masih kecil-kecil sedang kelaparan.
Anaknya itu bertanya. “Wahai ibu, adakah makanan untuk kami malam ini?”
Ibunya lalu menjawab. “Bersabarlah, anakku. Aku malu untuk meminta kepada selain Allah. Apalagi kepada musuh Allah, orang Majusi itu”, sambil meneteskan air mata.
Mendengar percakapan itu, Majusi itu mengaku tidak tega melihat keadaan mereka. Pada saat itulah ia segera pulang dan kembali dengan membawa banyak makanan ke rumah Ibu tadi.
“Semua makanan itu kuserahkan kepada wanita malang itu, sehingga pada malam itu anak-anaknya makan dengan lahap. Mereka sangat gembira dan aku merasa puas”. Tutur Bahramal Majusi itu kepada Ibnul Mubarak.
Mendengar cerita itu, Abdullah menceritakan, “wahai Majusi, tahukah engkau? Inilah kebaikan yang telah engkau lakukan hingga aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Beliau berpesan kepadaku agar menyampaikan salam kepadamu. Beliau juga memberitahu bahwa Allah telah ridha kepadamu?” Kata Abdullah sedangkan hatinya masih ragu walaupun dengan kebaikan dan kemuliaan hatinya itu, apakah layak Allah meridhainya sedangkan dia bukan seorang Muslim.
Majusi itu merasa terkejut mendengar penjelasan Abdullah. Baginya, mimpi tersebut suatu kemuliaan baginya, karena Rasulullah SAW adalah insan yang sangat dihormati dan dikagumi kawan dan lawan.
Dengan izin Allah, akhirnya Rahib Majusi itu mengucapkan kalimat syahadat di hadapan Abdullah. Hatinya begitu bahagia telah terbuka untuk memeluk Islam. Namun, karena begitu bahagianya dia dengan keislamannya, sehingga setelah mengucapkan kalimat syahadat Rahib Majusi itu tersungkur dan menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam keadaan sebagai muslim yang diridhai Allah dan Rasul-Nya.
Abdullah ibnul Mubarak tidak pernah menyangka sebelumnya tentang mengapa Rasulullah SAW memerintahkannya untuk menemui seorang Rahib Majusi yang notabene dipastikan sesat. Apalagi diperintahkan untuk menyampaikan kabar tentang perbuatannya yang diridhai Allah SWT. Kebingungan tersebut pada akhirnya terjawab dengan meyakinkan, yakni wafatnya si Majusi dalam keadaan setelah bersyahadat, alias sudah menjadi Muslim.
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini adalah sikap kehati-hatian kita agar tidak mudah memberikan vonis ‘ahli neraka’ kepada siapapun. Karena kita tidak tahu dan tidak mengerti kapan Allah SWT membalikkan hati seseorang dari kafir menjadi iman, dari sesat menjadi muslim atau dari ahli maksiat menjadi ahli taat.
Wallãhu A’lamu bish-Shawãb
___________
* Source: Ihram.Co.Id