Home / Ensiklopedia / Sejarah / Perintah Penyembelihan Karena Sebab Tertidur, Kajian Kitab Risalah Al-Qusyairiyah

Perintah Penyembelihan Karena Sebab Tertidur, Kajian Kitab Risalah Al-Qusyairiyah

Oleh: Alhafiz Kurniawan

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.

Ibadah kurban yang dikenal sampai saat ini tidak dapat dilepaskan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail (sebagian riwayat menyebut Nabi Ishak). Ibadah kurban berawal dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS.

Riwayat keduanya dapat ditemukan pada Surat As-Shaffat ayat 102. Riwayat tersebut menceritakan ungkapan Nabi Ibrahim AS kepada Ismail AS atas mimpinya selama tiga malam terakhir.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ   ۞

“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”

Apa yang terjadi dalam mimpi Ibrahim AS dipahami oleh dirinya dan Ismail AS sebagai perintah Allah SWT. Pasalnya, mimpi para nabi, kata Ibnu Abbas RA, adalah wahyu ilahi. Muhammad bin Ka’ab mengatakan, wahyu ilahi mendatangi para nabi saat mereka terjaga dan tertidur. Oleh karena itu, keduanya memiliki pengertian yang sama atas takwil mimpi Ibrahim AS.

“Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” jawab Ismail AS.

Abu Ali Ad-Daqaq mengisahkan ulang perintah kurban yang melibatkan Ibrahim AS dan Ismail AS dari kajian tasawuf. Menurutnya, perintah kurban berkaitan erat dengan kewajiban untuk berjaga agar tidak tertidur.

Tidur bagi sebagian orang saleh adalah sebuah kesalahan karena orang yang tidur adalah orang yang lalai kepada Allah. Sedangkan Ibrahim AS dengan sedih menceritakan mimpinya kepada Ismail AS.

“Bapakku, inilah balasan orang yang tidur melalaikan Kekasihnya (Allah). Seandainya bapak tidak tidur, niscaya bapak tidak diperintahkan untuk menyembelih anak sendiri,” jawab Ismail. (Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 210).

Tidur malam hari (semalam suntuk) bagi sebagian orang saleh pada tingkat tertentu merupakan sebuah kesalahan sebagaimana kaidah “Hasanatul abrār sayyi’ātul muqarrabīn” atau kebaikan bagi mereka di maqam abrār adalah kesalahan bagi muqarrabīn.

حَسَنُ الْأَبْرَارِ سَيِّئَةُ الْمُقَرَّبِيْنَ

Oleh karena itu, ulama tasawuf membuat syair sebagai berikut, “Sungguh aneh mereka yang mengaku para pecinta (Allah). Bagaimana mereka dapat tertidur nyenyak? Padahal tidur bagi para pecinta diharamkan.” (Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 210). Wallahu a’lam.

Source: Nu.Or.Id

About admin

Check Also

DNA Yahudi pada Orang Indonesia

Oleh: Hendaru Tri Hanggoro Farida Yuniar membaca empat lembar kertas hasil tes DNA. Salah satu ...