Home / Agama / Kajian / Imam al-Qusyairi, Sufi yang Prihatin atas Penyimpangan Tasawuf

Imam al-Qusyairi, Sufi yang Prihatin atas Penyimpangan Tasawuf

Oleh: Nur Hasan

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.

Imam al-Qusyairi adalah salah satu ulama besar dunia tasawuf yang pemikiran dan karya-karyanya menjadi rujukan dalam kajian tasawuf di dunia. Ia bernama lengkap  Abul Qasim ‘Abdul Karim bin Hawazin bin ‘Abdul Malik bin Talhah bin Muhammad al-Qusyairi an-Naisaburi asy-Syaf’i, lahir di kota Ustuwa, Naisabur pada 376 H/986 M.

Karir intelektual Al-Qusyairi dimulai dengan belajar kepada para ulama Naisabur, yang mana kota tersebut pada waktu itu menjadi pusat keilmuwan dan kebudayaan di kawasannya. Beberapa ulama besar yang pernah menjadi guru Al-Qusyairi adalah Abul Qasim al-Yamani, Abu Bakar Muhammad at-Thusi, al-Asfarayini, Abu Bakar al-Baqilani, Abu Ali ad-Daqqaq dan lain sebagainya.

Dari gurunya yang bernama Abu Ali ad-Daqqaq lah, Al-Qusyairi banyak mempelajari ilmu yang berkaitan dengan tasawuf. Tetapi, Al-Qusyairi tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang hanya berkaitan dengan urusan batin manusia, beliau juga mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan zahir manusia. Dan kemudian apa yang beliau pelajari, membawanya untuk menyatukan dua kutub besar dalam Islam yaitu syariat dan hakikat, yang mana pada masa Al-Qusyairi banyak para sufi yang menyimpang dalam pengamalan ajaran tasawuf.

Al-Qusyairi adalah ulama besar tasawuf, yang mengembalikan tasawuf kepada landasan doktrin Ahlus Sunnah wal Jama’ah, hal ini sebagaimana pernyataannya yang ada dalam kitab Risalatul Qusyairih fi Ilmit Tasawuf. Beliau mengatakan; “Ketahuilah! Para tokoh aliran ini (para sufi) membina prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid yang benar, sehingga doktrin mereka terpelihara dari penyimpangan”.

Banyaknya amalan-amalan tasawuf yang dipraktikkan secara berlebihan, menjadikan Al-Qusyairi sedih terhadap apa yang menimpa jalan tasawuf pada waktu itu. Al-Qusyairi mengecam para sufi yang melakukan zuhud berlebihan, yang membuat mereka keluar dari arti zuhud yang sebenarnya. Mereka mengamalkan zuhud dengan meninggalkan total hal-hal yang berbau dunia, karena bagi mereka berhubungan dengan hal-hal yang bersifat duniawi akan menghambat jalan untuk menuju sang pencipta.

Al-Qusyairi mengkritik para sufi yang mengamalkan zuhud secara totalitas, seperti perbuatan puasa terus menerus dan tidak berbuka. Memakai pakaian yang kotor, dan tidak memperhatikan kebersihan. Al-Qusyairi mengkritik para sufi yang mengamalkan tasawuf, tetapi meninggalkan aspek-aspek yang ada di lain tasawuf, seperti fikih dan lain sebagainya. Al-Qusyairi juga mengecam para sufi yang menggunakan pakaian selayaknya orang miskin, tetapi tindakan mereka bertentangan dengan pakaian mereka. Karena hal-hal tersebut akan membawa pada riya’ dalam diri manusia.

Dari kegalauannya terhadap para sufi yang berlebihan itulah, ia mengarang kitab yang bernama Ar-Risalatul Qusyairiyah. Salah satu alasan beliau mengarang kitab tersebut adalah untuk meluruskan jalan tasawuf telah menyimpang, yang pada waktu itu tercemari dengan perbuatan-peruatan yang mengandung kurafat.

Selain itu, ia juga dikenal sebagai ulama pembela paham Asy’ariyah dari serangan Mu’tazilah, bahkan pernah dipenjara karena membela paham Asy’ariyah, dan melawan ulama-ulama Mu’tazilah, yang waktu itu dekat dengan pemerintah.

Sebagai ulama besar tasawuf, Al-Qusyairi mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan dan pemahaman tasawuf setelahnya. Bahkan Abu Wafa al-Ganimi at-Taftazani, menempatkan al-Qusyairi dalam posisi penting di dunia tasawuf abad ke-5 Hijriah. Peran penting al-Qusyairi dalam dunia tasawuf ditunjukkan dengan berbagai macam karyanya tentang tasawuf, salah satunya adalah Ar-Risalatul Qusyairiyah yang menjadi kitab induk dalam kajian-kajian tasawuf di dunia.

Beberapa murid Al-Qusyairi yang terkenal diantaranya adalah Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit al-Khatib al-Baghdady, Abu Muhammad Ismail bin Abul Qasim al-Ghazy an-Naisaburi, Abu Abdullah Muhammad ibnu Fadhl bin Ahmad al-Farawy. Adapun karya-karyanya yang terkenal adalah tafsir Latha’if al-Isyarat, ar-Risalah al-Qusyairiyah fi Ilmi Tasawuf, al-Fatawa, Syikayah Ahlus Sunnah, at-Taisir fi Ilmi Tafsir, Adab Shufiyyah dan lain sebagainya.

Ia wafat di Naisabur pada 465 H/1072 M, dengan meninggalkan berbagai deretan khazanah keilmuwan Islam khususnya dalam bidang tasawuf.

Source: Alif.Id

About admin

Check Also

Mengapa Harus Bulan Ramadhan?

”Mengapa Allah SWT menurunkan perintah berpuasa kepada orang-orang beriman jatuh di bulan Ramadhan?”. Oleh: Admin ...