Home / Downloads / Adab Menuntut Ilmu; Telaah Kitab Syeikh al-Zarnuji

Adab Menuntut Ilmu; Telaah Kitab Syeikh al-Zarnuji

Pendidikan merupakan suatu hal yang tak asing dibicarakan dimana-mana. Dan tidak asing lagi di telinga kita tentang tujuan pendidikan yaitu untuk memanusiakan manusia. Namun pendidikan yang kita kenal selama ini sangatlah identik dengan suatu lembaga yang disebut dengan sekolah. Namun pendidikan pada hakekatnya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Salah satu tempat untuk pendidikan selain sekolah adalah pesantren.

Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki banyak pesantren did dalamnya. Di dalam pesantren, peserta didik diberi bimbingan dan pelajaran mengenai ilmu agama dan juga ilmu-ilmu lain yang dapat berguna bagi kehidupan. Salah satu media yang digunakan adalah kitab. Kitab yang telah banyak digunakan di pesantren-pesantren salah satunya adalah kitab Ta’limul Muta’alim. Kitab ini mencakup adab yang harus diketahui sebelum mencari ilmu. Banyak peserta didik di pesantren atau orang-orang umum yang mengetahui tentang kitab Ta’limul Muta’alim namun sedikit dari mereka yang mengetahui tentang si pencipta kitab ini.

Dikenal sebagai seorang Syekh Az-Zarnuji, beliau memiliki nama lengkap Syaih Al-Nu’man bin Ibrahim bin Ismail bin Khalil Az-Zarnuji sesuai dengan yang tertera pada sampul buku Az-Zarnuji. Abd Al-Qadir Ahmad menyatakan bahwa Az-Zardmuji berasal dari suatu daerah yang saat ini disebut atau dikenal sebagai Afganistan.

Hingga saat ini belum ada kepastian mengenai tanggal kelahiran Az-Zarnuji, sedangkan mengenai waktu wafatnya, terdapat dua pendapat. Pendapat pertama yaitu bahwa beliau wafat pada tahun 591 Hijriah atau 1195 Masehi. Pendapat kedua yaitu bahwa Az-Zarnuji wafat pada tahun 840 Hijriah atau 1234 Masehi.

Dikenal dengan pengarang kitab Ta’lim Muta’alim yang banyak digunakan pesantren-pesantren, beliau juga memiliki karya-karya lain yang namun sayangnya dinyatakan menghilang dan karya yang masih tersisa keberadaannya adalah kitab Ta’lim Muta’alim yang membahas tentang adab sebelum ilmu. Kitab Ta’limul Muta’alim telah dicetak sekaligus diterjemahkan dan tersebar  di berbagai Negara baik di barat maupun ditimur. Kitab Ta’lim Muta’alim ini adalah sebuah kitab yang banyak digunakan dipesanter-pesantren bahkan sampai dijadikan bahan pokok ajaran dan dibaca sebelum kitab-kitab lain. Dalam buku atau kitab ini akan dibimbing tentang bagaimana cerita yang baik. Dan kitab ini mencakup pemikiran-pemikiran Syeikh Az-zarnuji mengenai pendidikan Islam.

Yang pertama, ialah mengenai hakekat ilmu. Ilmu sendiri berasal dari bahasa arab yaitu ‘ilm dimana terdapat tiga huruf yaitu ‘ain, lam, dan mim. Huruf pertama yaitu ‘ain membentuk seperti mulut terbuka yang menggambarkan kehausan manusia akan ilmu-ilmu atau pengetahuan. Huruf kedua yaitu lam yang berbentuk garis panjang menjulang tinggi menggambarkan mencari ilmu merupakan suatu hal yang tidak terbatas usia. Huruf yang terakhir yaitu mim yang bentuknya menjulur kebawah dan seperti orang yang sedang menunduk. Hukum mencari ilmu ialah wajib, Sedangkan hajat manusia akan ilmu pengetahuan didasari oleh dua hal yaitu yang pertama, ilmu sendiri merupakan petunjuk bagi manusia disegala sektor maupun aspek. Yang kedua, ilmu merupakan suatu alat atau kebutuhan yang membantu dalam mempermudah kehidupan manusia.

Yang kedua, adalah niat, niat sendiri berarti suatu keinginan dan komitmen untuk mengerjakan sesuatu. Segala sesuatu diawali dengan niat termasuk ketika hendak mencari ilmu. Niat tidak selalu berbentuk lisan, namun tanpa mengucapkannya pun pasti niat tersebut sudah tertanam pada benak kita.

Yang ketiga, adalah cara memilih ilmu, guru, dan teman. Seperti halnya segala sesuatu di dunia ini memiliki lawan seperti hitam dengan putih. Ilmu sendiri ada yang baik dan ada yang buruk. Ilmu yang diwajibkan bagi manusia untuk dicari dan dipelajari adalah ilmu agama dan ilmu yang mendatangkan kebaikan bagi seluruh makhluk hidup seperti ilmu bertani atau bercocok tanam. Adapun ilmu yang haram dipelajari adalah ilmu-ilmu yang merugikan manusia seperti ilmu guna-guna atau santet, ilmu untuk mendapatkan uang melalui tuyul, dan lain sebagainya. Bahkan mencuri atau merampok pun ada ilmunya. Mengenai Guru, hendaknya memilih guru yang lebih alim, waro’ dan yang lebih tua usianya. Sosok yang luhur budinya, sabar hatinya dan baik tutur katanya. Begitupula dengan teman, pilihlah teman yang dapat membawa seorang individu menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dewasa, lebih bijaksana, bertutur kata yang baik, tidak pemalas. Karena pertemanan akan mempengaruhi bagaimana karakter seseorang akan tumbuh.

Yang keempat, adalah cara menghormati ilmu dan guru. Dalam menghargai ilmu yang bermedia buku atau kitab, hendaknya pencari ilmu menjaga kedua benda tersebut agar selalu terjaga dan tidak hilang selembarpun apa yang tertulis di dalamnya. Mengamalkan dan mengaplikasikan ke dalam kehidupan kita juga merupakan upaya dalam menghormati ilmu. Sedari kecil sebagai seorang muslim, telah diberi pandangan bahwa guru adalah orang tua kedua dan henaknya untuk menghormati mereka. Mereka adalah pembawa ilmu bagi penuntut ilmu. Setiap katanya dalah suatu hal yang akan memberikan petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Seorang muslim juga diajari untuk tidak berbuat buruk kepada orang tua kare ridho Allah bergantung kepada ridho orang tua.

Yang kelima, adalah Kesungguhan dalam mencari ilmu, beristiqamah dan cita-cita yang luhur. Kesungguhan sendiri berarti seseorang mempunyai tekat untuk melakukan sesuatu dan akan berpegang teguh pada pedoman untuk tidak menyerah sebelum ia mendapatkan apa yang menjadi tujuannya dalam suatu perjalanan. Dalam berproses harus banyak bersabar dan tidak menyerah. Beristiqomah adalah hal yang penting. Ada kalanya rasa lelah menghampiri namun jangan berhenti. Ada kalanya diri terjatuh namun tetap lanjutkan. Istirahatlah namun jangan keluar untuk mencapai cita-cita yang luhur.

Yang keenam, adalah ukuran dan urutan. Dalam memberikan kajian atau materi untuk disampaikan, akan lebih baik dengan sesuatu yang dapat dipahami dan diingat para pencari ilmu hingga akhir hayatnya. Dengan membuat catatan yang tertata dan urrut akan menjadikan kita lebih mudah mengingat dikala kita lupa.

Yang ketujuh, adalah tawakkal. Dalam mencari ilmu harus bertawakkal. Bukan hanya karena masalah ekonomi lalu langsung goyah dan menyerah. Banyak cara untuk mendapatkan ilmu. Ilmu tidak didapatkan di sekolah formal saja. Ilmu juga bisa didapatkan dari lingkungan sekitar. Jika ingin menuntut ilmu di sekolahan formal dengan ekonomi yang tidak memadai, masih ada beasiswa, bahkan banyak beasiswa-beasiswa yang ditawarkan tidak hanya satu atau dua. Berusaha dan berdo’a adalah kunci keberhasilan. Jangan hanya menyerahkan semuanya kepada Tuhan namun enggan untuk berusaha.

Yang kedelapan, adalah waktu belajar ilmu. Seperti yang telah dijelaskan dalam penggambaran makna kata ilmu yang berasal dari kata ‘ilm. Huruf lam menggambarkan tak terbatasnya usia dalam menuntut ilmu. Manusia mulai belajar dari buaian ibu dan akan terus belajar sampai ke liang lahat. Dari belajar bagaimana berjalan dan berbicara, menulis dan membaca, hingga menciptakan sesuatu yang baru. Namun terdapat masa-masa cemerlang untuk belajar atau menuntut ilmu yaitu masa-masa permulaan menjadi pemuda atau pemudi.

Yang kesembilan, adalah saling mengasihi dan menasehati. Adakalanya dalam hubungan berkeluarga, berteman, bermasyarakat, bahkan bernegara terdapat masalah-masalah. Sebagai pribadi muslim kita tidak diperbolehkan untuk berburuk sangka bagaimanapun keadaannya. Yang harus kita lakukan adalah mencari jalan keluar dan meminta bantuan kepada Tuhan. Jika ada seseorang yang tidak benar adabnya maka dekatilah lalu nasihatilah sengan tutur kata selembut mungkin.

Yang kesepuluh, adalah mengambil pelajaran. Dimanapun seorang individu berada hendaklah mengosongkan gelas untuk mengisinya kembali dengan ilmu-ilmu yang baru. Jika otak tidak dapat mengingat dengan baik, bawalah pena dan buku atau lembaran untuk mencatat sekiranya ada ilmu atau informasi yang perlu untuk dicatat. Datanglah kepada orang yang sepuh atau lebih tua. Mintalah mereka untuk berbagi cerita tentang kehidupan ini. Banyak sesuatu yang telah mereka lewati terlebih dahulu dari pada kita. Mintalah nasihat dan saran untuk hidupmu menjadi lebih baik lagi kedepannya. Dengarkan dengan seksama cerita-cerita mereka (para sepuh atau orang yang lebih tua) dan ambilah hikmahnya dan pelajaran yang dapat menjadi pedoman. Jika untuk hari ini pelajaran tersebut belum berguna belum tentu pelajaran itu tidak berguna. Akan ada waktunya 10 tahun kemudian itu akan menjadi suatu hal yang berguna dan menjadi suatu hal yang akan disyukuri karena telah mempelajarinya dan mengingatnya.

Yang kesebelas, adalah bersikap wara’. Wara’ merupakan perbuatan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Menuntut ilmu adala kegiatan yang mulia, maka bukan sesuatu yang baik jika penuntut ilmu tidak bersikap wara’ ketika menuntut ilmu.

Yang kedua belas, adalah hal-hal yang dapat menguatkan hafalan dan hal-hal yang dapat melemahkan hafalan. Hal-hal yang dapat menguatkan hafalan antara lain ialah kesungguhan, kontinuitas, kurangi makan atau makan secukupnya dan sholat malam. Sedangkan hal-hal yang dapat melemahkan hafalan ialah perilaku maksiat, banyaknya dosa, gila dan gelisah karena urusan dunia.

Yang ketiga belas, adalah hal-hal yang mempermudah dan menghambat datangnya rezeki. Hal-hal yang dapat membawa rezeki antar lain ialah bangun lebih pagi, sholat dhuha, melakukan sholat dengan rasa ta’dzim dan khusu’. Sedangkan hal yang dapat menghambat datangnya rezeki antara lain ialah terlalu banyak tidur dan tidur di pagi hari, bericara sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat, terlampau banyak bergaul dengan lawan jenis.

Tiga belas hal diatas merupakan rangkuman dari pemikiran-pemikiran pendidikan islam Syeikh Az-Zarnuji. Mulai dari hakekat ilmu sampai hal-hal yang mempermudah dan menghambat datangnya rezeki. Dapat disimpulkan bahwasannya ada adab sebelum ilmu, pahami adabnya maka dengan izin Allah kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan kita.

Oleh: Hanum Kurnia Riska

Daftar pustaka :

  • Aliy As’ad. 1978. Terjemahan Ta’limul Muta’alim Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan. Kudus: Menara Kudus
  • Hasan Langulung. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan. Bandung : Al-Ma’arif
  • Abuddin Nata. 2000. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Grafindo Persada
  • Ahmad Sholeh. 2006. Pembelajaran Kitab Ta’lim Muta’alim Ilmplikasinya dalam Pembentukan Akhlaq Santri di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin “Aspir” Pesantren kaliwungu Kendal. Semarang.

Untuk menelaah atau membaca dengan lebih lengkap, silahkan download Kitab Ta’liimu al-Muta’allimi thariiqa at-Ta’allum, Karya: Syekh Az-Zarnuji, di bawah ini:

Download:

About admin

Check Also

Pandangan Ulama Soal Ahlul Bait (Keluarga Nabi Muhammad SAW)

“Hampir dipastikan para ulama bersepakat bahwa “ahlu” memiliki arti orang-orang yang mempunyai hubungan nasab (darah) ...