Home / Agama / Kajian / Yang Celaka Itu Golongan Kelima

Yang Celaka Itu Golongan Kelima

“Never stop learning because life never stops teaching”.

Oleh: H. Derajat*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.

Saudaraku, wahai para Kekasih Allah…

Telah berkalam Mursyid kami yang mulia Abah Guru Sekumpul dalam suatu ceramahnya tentang tata cara menuntut ilmu:

Abah Guru Sekumpul menyampaikan hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan lima golongan manusia terkait ilmu, yang celaka adalah golongan kelima:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى)

Qãlan nabiyyu shallallãhu ‘alaihi wa sallam, kun ‘ãliman au muta’alliman au mustami’an au muhibban, walã takun khãmisan, fatahlik.

Nabi SAW bersabda:

1. Jadilah engkau orang berilmu, atau
2. Orang yang menuntut ilmu, atau
3. Orang yang mau mendengarkan ilmu, atau
4. Orang yang menyukai ilmu. Dan
5. Janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (HR. Baihaqi).

Saudaraku ada sebuah hadits, “kun ‘ãliman au muta’alliman au mustami’an au muhibban, walã takun khãmisan, fatahlik”, yang artinya, “Jadilah orang yang berilmu atau orang yang mempelajari ilmu atau orang yang mendengarkan ilmu atau orang yang mencintai ilmu dan jangan sampai menjadi yang kelima, maka celakalah ia”.

Hadits tersebut menjelaskan betapa pentingnya ilmu. Jika dilihat dari yang pertama (kun ‘ãliman) bahwasanya kita diperintahkan untuk menjadi orang yang berilmu dan mengajarkannya. Kita harus menjadi ahli dalam suatu bidang ilmu baik itu ilmu agama, ilmu sosial, ilmu eksakta dan lain sebagainya. Hal itu pun sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia yaitu menghasilkan manusia Indonesia seutuhnya. Manusia Indonesia yang seutuhnya bermakna manusia yang memiliki kemampuan atau keahlian dalam satu bidang tertentu.

Kedua, jadilah orang yang menuntut ilmu dan mempunyai kitab (buku) sebagai pegangannya (aw muta’alliman), “Never stop learning because life never stops teaching”. Mungkin, ungkapan tersebut cukup untuk menyadarkan kita betapa pentingnya menuntut ilmu. Ilmu itu harus dicari, dikejar dan digali. Ilmu itu diibaratkan sebagai buruan dan manusia sebagai pemburunya. Pemburu tidak akan senang ketika buruannya tidak tertangkap dan hal itu pun sama dengan manusia untuk tidak pernah puas dalam menuntut ilmu. Sudah seharusnya kita tidak pernah puas dengan ilmu-ilmu yang sudah didapatkan sehingga terus mencari ilmu-ilmu baru. Karena ilmu Allah sangat banyak dan luas.

Ketiga, jadilah orang yang senang mendengarkan ilmu ataupun membacanya (aw mustami’an). Jadilah orang yang senang dengan ilmu-ilmu yang disampaikan oleh orang lain baik itu berasal dari teman, guru, muballigh bahkan dari orang yang tidak kita kenal sekalipun.

Ada sebuah pepatah yang mengatakan “Undzhur mã qãla wa lã tandzhur man qãla” yang artinya, “lihatlah apa yang dikatakan jangan melihat orang yang menyampaikan”. Pepatah tersebut mengajarkan kita udah selalu mendengarkan hal-hal baik yang berasal dari siapapun itu. Ketika kita mendapatkan hal positif baik itu ilmu atau nasehat, maka hendaknya kita mendengarkannya dengan baik.

Dan yang terakhir yaitu yang keempat, jadilah orang yang mencintai ilmu (aw Muhibban). Lebih jelasnya, jadilah orang yang mencintai orang ‘alim (guru), mencintai orang yang menuntut ilmu dan mencintai orang yang sering mendengarkan ceramahnya orang alim.

Bagaimana dengan menjadi golongan yang kelima? Tidak menjadi ahli ilmu, tidak menjadi orang yang menuntut ilmu, tidak menjadi orang yang senantiasa mendengarkan ilmu dan tidak menjadi orang yang mencintai ilmu-ilmu Allah? Maka, tunggulah kehancuranmu dan itu akan menjadi malapetaka yang akan kamu rasakan di masa yang akan datang.

Kututup dengan mendoakan kalian semua wahai saudaraku,

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ اجْبُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ .

Allãhummaghfir li-ummati sayyidinã muhammad, allãhummarham ummata sayyidinã muhammad, allãhummastur ummata sayyidinã muhammad, allãhummajbur ummata sayyidinã muhammad

Wahai Allah, ampunilah (dosa-dosa) umat Sayyidina Muhammad, wahai Allah, sayangilah umat Sayyidina Muhammad, wahai Allah, tutuplah (semua aib) umat Sayyidina Muhammad, wahai Allah, doronglah (untuk berbuat baik) umat Sayyidina Muhammad“.

____________

* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

 

About admin

Check Also

Makna Bashirah dan Tingkatannya

“Syaikh Ahmad ibn ‘Athaillah Assakandary dalam al-Hikamnya membagi bashîrah dalam tiga tingkatan; Syu’ãul bashîrah, ‘Ainul bashîrah ...