Home / Relaksasi / Renungan / Wow, Bertemu Rasulallah Lebih Mudah Ketimbang Bertemu Wali

Wow, Bertemu Rasulallah Lebih Mudah Ketimbang Bertemu Wali

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Ash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.

Sahabatku, sesungguhnya ketika engkau merindukan Tuhanmu, ketika engkau merindukan Nabimu itu semua karena Allah dan Rasul merindukanmu dengan menggerakkan hatimu.

Sesungguhnya engkau tak kan pernah mampu beribadah sempurna kepadaNya selain Dia yang menyempurnakan ibadahmu itu. Kelalaianmu dalam ibadah sesungguhnya sebagiannya timbul dari rasa ujubmu seolah ibadahmu timbul dari kekuatanmu sendiri.

Berikut adalah kisah yang dituturkan Maulana Habib Luthfi Bin Yahya tentang cara mudah bertemu Rasulallah.

Ada seorang tamu yang bertanya kepada Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, “Habib saya minta diceritakan kisah Rasulullah SAW walaupun sedikit saja”. Maulana Habib Luthfi terdiam.

Kemudian tamu bertanya kembali, “Apakah perasaan rindu kepada Rasulullah SAW nyata atau halusinasi?”

Maulana Habib Luthfi menjawab, “perasaan itu nyata, itu hubungan antara Rasulullah saw dengan umatnya. Bukan halusinasi.”

Kemudian sambil terisak menahan tangis, bertanya kepada Habib Luthfi bin Yahya, “Apakah Rasulullah SAW tahu dinamika dan detail kehidupan yang dijalani oleh umatnya?”

Maulana Habib Luthfi bin Yahya menjawab: “Kalau tidak tahu dunia ini akan hancur. Rasulullah SAW dengan izin Allah menjaga kehidupan umat manusia, menjaga bumi ini. Jangankan Nabi SAW, para walipun tahu. Oleh sebab itu, para wali senantiasa memohon kepada Allah untuk menghindarkan musibah dari manusia dan memberikan segala kebaikan bagi kehidupan manusia di bumi”.

Maulana Habib Luthfi bin Yahya melanjutkan, “karena kasih sayang Nabi kepada umatnya, umat mudah sekali bertemu dengan Rasulullah SAW (melalui mimpi maupun secara langsung). Bahkan, lebih mudah bertemu Nabi saw daripada bertemu para wali, wakil-wakil Nabi di bumi ini”.

Kemudian Maulana Habib Luthfi bin Yahya membaca beberapa bagian dari kitab Sa’ãdat dãrain, yang disusun oleh Syeikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani.

“Diantara manfaat terbesar membaca Shalawat kepada Nabi SAW adalah dapat melihat Nabi SAW dalam mimpi. Dan akan terus meningkat kualitas mimpinya seiring semakin banyaknya shalawat yang dibaca, sampai bisa melihat Nabi SAW dalam keadaan terjaga”.

Nabi SAW bersabda,

ﻣَﻦْ رَآنِيْ فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي حَقًّا

“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata (hak)”.

Jika ingin bertemu Nabi SAW maka hidupkanlah waktumu dengan memperbanyak shalawat. Dalam beberapa hadits lain tentang mimpi bertemu Nabi SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA:

ﻣَﻦْ رَآنِيْ فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ بِيْ

“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata, karena sesungguhnya syaithan tidak dapat menyerupaiku”.

Dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA disebutkan,

ﻣَﻦْ رَآنِيْ فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، فَأَنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَصَوَّرُ أَوْ قَالَ لَا يَتَشَبَّهُ بِي

“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata, karena sesungguhnya syaithan tidak dapat menyerupaiku”.

Hadits ketiga diriwayatkan oleh Thariq bin Asyim RA, Rasulullah SAW bersabda,

ﻣَﻦْ رَآنِيْ فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي

Dalam hadits lain disebutkan,

ﻣَﻦْ رَآنِيْ فِى الْمَنَامِ فَسَيَرَانِيْ فِي الْيَقَظَةِ وَلَا يَتَمَثَّلُ بِيْ

“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga, dan Syaithan tidak dapat menyerupaiku”.

Menurut ulama, hadits ini berlaku secara umum, baik dahulu ketika Rasulullah SAW masih hidup, maupun saat ini, ketika Rasulullah SAW sudah wafat. Lalu apakah ini berlaku bagi mukmin ahli maksiat yang bermimpi melihat Nabi SAW?

Menurut ulama, berlaku secara umum baik yang bermimpi orang yang taat maupun mukmin yang tidak taat. Mukmin yang tidak taat yang bermimpi bertemu Nabi SAW menjadi pertanda ia akan mendapatkan petunjuk untuk melakukan ketaatan. Nabi SAW bersabda,

“kalian yang akan dimasukan ke dalam surga, akan diberi taufiq untuk beramal baik, meskipun hanya tinggal selangkah lagi ke neraka”.

Hadits-hadits ini menjadi kabar baik dari Nabi SAW untuk umatnya di akhir zaman.

Sebagaimana disampaikan Nabi SAW, di akhir zaman kelak ada umatnya yang secara suka cita mengeluarkan sedekah, dan beramal kebaikan dengan harapan bisa bertemu Nabi SAW. Nah, hadits-hadits tadi menjadi pelipur lara bagi umat yang ingin melihat Nabi. Dan Nabi menyatakan, bahwa mereka yang melihat Nabi dalam mimpi, akan berjumpa dengan Nabi dalam keadaan terjaga.

Dikisahkan suatu ketika, Ibn Abbas bermimpi bertemu Nabi, Ibn Abbas ingat sabda Nabi tentang orang yang melihat Nabi dalam mimpi. Kemudian Ibn Abbas menceritakan mimpinya kepada Shafiyah istri Nabi SAW. Shafiyah memberikan jubah dan cermin yang pernah digunakan Nabi SAW. Pada saat Ibn Abbas bercermin, yang Nampak dalam cermin adalah wajah Nabi saw, bukan wajahnya.

Habib Luthfi menambahkan, melihat Nabi secara langsung bisa dengan dua kondisi, bisa dengan yaqdztan, bisa dengan thariq kasyf.

Melihat Nabi dengan thariq kasyf, terjadi seketika, seperti saat berhadapan dengan orang lain, saudara, guru, atau orang lainnya, tiba-tiba yang tampak dari wajah orang lain itu adalah wajah mulia Nabi SAW. Seperti kasus, Ibn Abbas bercermin dengan cermin Nabi SAW, akan tetapi yang tampak dalam cermin bukan wajah ibn Abbas melainkan wajah mulia Nabi Muhammad SAW.

Terakhir Maulana Habib Luthfi mengatakan, untuk menjaga hubungan dengan Nabi SAW adalah dengan memperbanyak shalawat kepada Nabi SAW. Dan shalawat adalah tali silaturahim kita kepada Rasulullah SAW.

« اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ … اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى اٰلِهِ ۞ »

(Maulana Habib Luthfi bin Yahya)

About admin

Check Also

Makna Kesempurnaan Fitrah Manusia

“Kesempurnaan fitrah adalah kesempurnaan menjadi hamba Tuhan, karena beribadah sejatinya adalah akhlak, yaitu menjaga fitrah ...