“Warisan budaya luhur yang merupakan pendidikan akhlak mulia”
Oleh: Ki Aji Saptorenggo
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Sudah menjadi kebiasaan dalam Budaya Jawa ketika seorang tua memberi nasehat kepada anak-anaknya dalam satu kalimat pendek namun bermakna sangat dalam. Kebiasaan untuk memberi nasehat tersebut sebaiknya terus kita pertahankan. Karena ajaran sesepuh ini tidaklah terbatas kepada satu agama dan keyakinan apapun.
Pelajaran akhlak sesuai dengan keruntuhan zaman telah dicabut dari kurikulum pelajaran sekolah karena dianggap sudah kuno. Mereka lupa bahwa inti dari agama apapun adalah akhlak mulia. Sehingga menjadi tidak aneh ketika anak melawan orang tuanya, istri atau suami tidak menghormati pasangan hidupnya, ketika rakyat tidak menghormati pemerintahannya, ketika murid tidak menghormati gurunya, ketika bawahan tidak menghormati atasan. Inilah zaman keprihatinan !!!
Kata-kata nasihat Jawa seputar kehidupan bisa kita jadikan sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan yang terkadang membutuhkan tuntunan.
Orang Jawa memiliki prinsip dalam menjalani kehidupan, menjaga budaya adiluhung dan peninggalan orang-orang terdahulu.
Nasihat tersebut dapat berisi petuah bijak serta gambaran dalam menghadapi berbagai urusan di dalam hidup, mulai urusan agama hingga sosial.
Namun, derasnya pengaruh zaman yang menuju kehancuran adab membuat beberapa generasi masa kini enggan peduli dan terkesan abai dengan nasihat yang kerap diberikan oleh kakek nenek atau orang tua.
Beberapa nasehat Jawa tersebut kami rangkum, walau masih terlalu banyak yang belum dapat kami tuangkan karena sedemikian kayanya khasanah adab budaya bangsa kita yang diwariskan leluhur.
1. “Ojo nyawang sugeh dadi kamulyan. Ojo nyawang mlarat dadi ukuran hina. Mulya ono becike laku lan ati seg cedak marang Gusti. Bondo donyo kuwi titipan. Kabeh bakal bali neng Gusti pangeran. Senajan mlarat boten nate tau sambat penting kedat le mu dongo.”
(Jangan menganggap kekayaan akan bisa menjamin kemuliaan. Jangan melihat kemiskinan menjadi kehinaan. Kemuliaan sebenarnya berada dalam tingkah laku dan hati yang berserah kepada Tuhan. Kekayaan di dunia ini hanyalah titipan. Semua akan kembali kepada Tuhan. Meski miskin sebaiknya kita tidak pernah mengeluh selalu tetap berdoa)
2. “Sak ampuh-ampuhe menungso. Durung mesti bisa nglawan pikiran nan nafsune dewe.”
(Sekuat-kuatnya manusia, belum pasti bisa mengalahkan pikiran dan nafsunya sendiri)
3. “Bondo donyo ora jaminan urip tenterem.”
(Kekayaan di dunia ini tidak bisa menjadi jaminan hidup tenteram)
4. “Rejeki sing di wei Gusti Allah, kui genah cukup kanggo urip. Nanging ora cukup kanggo nuruti gayane urip.”
(Rezeki yang diberikan Tuhan pasti cukup untuk mencukupi kehidupan kita. Tetapi, tidak untuk menuruti gaya hidup kita)
5. “Ayem tentrem dununge ono neng ati. Ojo dueni roso iri. ojo dueni roso panas, duenono roso bersyukur, duenono roso sabar. Insyaallah urip bisa ayem tentrem.”
(Hidup tenteram bermula dari hati. Jangan memiliki perasaan iri hati, jangan mudah terbawa emosi, milikilah rasa bersyukur, milikilah kesabaran. Insyaallah hidup bisa tenteram)
6. “Sugih tanpo bondo. Sakti tanpa aji. Meneng tanpa swara. Bertindak tanpo rupo.”
(Kaya tanpa harta. Sakti tanpa kekuatan. Diam tanpa suara. Bertindak tanpa harus terlihat)
7. “Tresno amargo rupo lan bondo dunyo iku semu. Katresnan soko ati iku sing bakal langgeng nyawiji.”
(Cinta karena rupa dan kekayaan dunia itu adalah jal yang semu. Cinta dari hati akan abadi selamanya)
8. “Eling marang asale. Ugi eling mring baline. Menungso neng alam ndonyo. Namong dados pewayang sakeng Gusti.”
(Selalu ingat asalnya dari mana. Juga ingat kita akan kembali ke mana. Manusia di dunia diperumpamakan pertunjukan wayang, di mana Tuhan yang menjadi dalangnya)
9. “Ayu mergo banyu wudhu luwih syahdu ketimbang ayu mergo gincu.”
(Cantik karena air wudu lebih menawan daripada sekadar menggunaka lipstik (make up))
10. “Dadio apik tanpo duduhke apikmu.”
(Jadilah orang baik tanpa harus menunjukkan kebaikanmu)
11. “Bener saka kang Kuwasa iku ana rong warna, yakuwi kang cocok karo benering Pangeran lan bener kang ora cocok karo benering Pangeran.”
(Kebenaran di alam semesta itu ada dua jenis, kebenaran yang selaras dengan ajaran Tuhan dan kebenaran yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Benar ketika selaras dengan tuntunan/ajaran Tuhan dan salah ketika bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Tuhan)
12. “Lamun sira durung wikan alamira pribadi, mara takona marang wong kang wus wikan.”
(Jikalau engkau belum memahami alam pribadimu, hendaknya engkau bertanya kepada yang telah memahaminya)
13. “Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh.”
(Upaya yang dilakukan perlahan, tetapi akhirnya tujuannya akan tercapai)
14. “Luwih apik opo wae disyukuri tinimbang opo wae disambati. Yen apik pikire mesti bakal resik atine lan alus tindak tanduke.”
(Lebih baik semuanya itu disyukuri, bukan untuk dikeluhkan. Jika pikiran kita baik maka hati kita juga akan terbawa baik serta tecermin dalam tingkah laku kita)
15. “Wong urip iku, sing teteg atine. Sing kuat imane. Sing apik tindak tanduke. Sing ikhlas atine. Kabeh mau nek mbok lakoni kanthi ikhlas sumeleh. Kamulyanmu bakal ketemu dalane.”
(Orang hidup itu harus kuat hati dan imannya. Baik tingkah lakunya, ikhlas hatinya. Apabila semua itu sudah kamu lakukan, niscaya kamu akan menemukan kemuliaanmu)
16. “Urip iku mung eling lan tekun, tansah manembah marang Gusti kang peparing Dateng pundi parannipun tan wurung ngadep neng ngarsane Gusti Keng murbeng dumadi.”
(Dalam menjalani hidup, kita harus tekun dan selalu ingat kepada Tuhan di manapun kita berada)
17. “Urip rasah kakean sambat mergo wong sing kakeen sambat niku sajatine wong sing kurang mensyukuri nikmat.”
(Hidup tak perlu banyak mengeluh karena orang yang banyak mengeluh sebenarnya adalah orang yang tidak bersyukur)
18. “Bagus kalian ayu niku mboten saking rupo. Mergo rupo enom maleh tuo. Sugeh biso dadi kurang. Ananging bagus kalawan ayu niku saget dipun tingali saking tindak tanduk lan subosito.”
(Tampan dan cantik itu tidak selamanya diihat dari paras karena paras bisa saja menua. Kaya bisa saja menjadi miskin. Tetapi, baik buruknya seseorang bisa dilihat dari tingkah lakunya)
19. “Dadiya lancip tanpa natoni, dadiya landep tanpa nglarani, dadiya obor tanpo mblerengi, dadiya duwur tanpa nganciki, dadiya bener tanpa keminter, dadiya unggul tanpa njegal, dadiya mulya tanpa ngina, dadiya cahya sinebar datan nyulapi, dadiya aguna mring sasama, welas asih lan tepa selira mring sapada-pada.”
(Jadilah runcing dan tajam tanpa harus melukai, jadilah cahaya tanpa harus membuat silau. Jadilah tinggi tanpa harus menginjak yang bawah. Jadilah pintar tanpa harus menunjukkan kepandaianmu. Jadilah unggul dengan cara yang benar. Jadilah mulia tanpa harus merendahkan orang lain. Jadilah cahaya yang berkilau, jadilah orang yang berguna bagi sesama. Jadilah orang yang penuh kasih dan bertenggang rasa terhadap sesama)
20. “Wenehana dalan marang wong kang kesasar, wenehana pepadhang marang wong kang kegubel pepeteng, wenehana pangapura marang wong kang agawe cilaka, wenehana prasangka becik marang sapa wae.”
(Berilah jalan bagi orang yang tersesat, berilah cahaya kepada orang yang dilanda kegelapan. Berilah pengampunan kepada orang yang bersalah kepada kita. Berprasangka baiklah kepada siapa saja)
Semoga Bangsa kita berjaya dengan kemuliaan akhlaknya. Karena semua utusan Tuhan diturunkan ke dunia ini bertujuan untuk mendidik manusia agar berakhlak mulia. Semua kekacauan dunia dimulai dari negara yang tidak mementingkan pendidikan akhlak.
Hal ini telah ditanamkan dalam peguron kami Pasulukan Loka Gandasasmita yang sejak pendiriannya telah ditanamkan motto “Agama Berbudaya, Budaya Beragama” yang apabila diterapkan maka upaya mendamaikan dunia akan terwujud.
Ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.