Home / Relaksasi / Lelucon / Wasiat Rasulullah SAW Kepada Mu’adz bin Jabal

Wasiat Rasulullah SAW Kepada Mu’adz bin Jabal

Oleh: Ahmad Mundzir*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Biasanya, seseorang akan memberikan hadiah spesial kepada orang yang dicintainya. Begitu juga Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam yang sangat mencintai orang-orang shalih, terlebih mereka yang mempunyai andil besar dalam berdakwah.

Sahabat Mu’adz misalnya. Pemuda ganteng tanpa jenggot yang sudah masuk Islam di usianya ke-18 tahun ini merupakan satu dari empat orang sahabat Anshar yang mengumpulkan tulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersama Ubadah, Ubay, Abu Ayub, dan Abu ad-Darda’.

Dalam satu riwayat dikatakan, Rasulullah menyuruh para sahabat untuk belajar Al-Qur’an kepada empat sahabat. Satu di antaranya adalah Mu’adz ibn Jabal (Lihat Shahîh Bukhâri, hadits nomor 4615).

Terdapat segudang prestasi yang diraih oleh Muadz selama hidupnya. Ia termasuk orang yang mengikuti Bai’atul ‘Aqabah II (perjanjian bersama Rasulullah, 622 M), penghafal Al-Qur’an, dan satu dari enam orang yang sudah mempunyai wewenang berfatwa pada zaman Nabi selain Umar, Utsman, Ali dari sahabat Muhajirin, dan Ubaiy ibn Ka’b serta Zaid dari sahabat Anshar.

Cinta Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam kepada Sahabat Mu’adz di antaranya diakui oleh Mu’adz sendiri dalam hadits berikut:

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ: يَا مُعَاذُ ! وَاللّٰهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ : أُوْصِيْكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اَللّٰهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Artinya: “Dari Muadz bin Jabal radliyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam mengambil tangannya, lalu bersabda, ’Hai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu.’ Setelah mengatakan demikian, Rasulullah bersabda kembali, ‘Aku berpesan kepadamu, wahai Mu’adz: Jangan sampai kamu meninggalkan setiap selesai melaksanakan shalat supaya membaca:

اَللّٰهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Allâhumma a’innî ‘alâ dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibâdatik

Artinya: ‘Ya Allah, semoga Engkau memberi pertolongan kepada kami untuk bisa selalu ingat (dzikir) kepada-Mu, syukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu’.” (Al-Hâfidz Abȗ Dâwud bin al-Asy’ats al-Azdiy as-Sijistâniy, Sunan Abî Dâwud, Dârur Risâlah al-Alamiyyah, Beirut, 2009, juz 2, halaman 631)

Pada hadits di atas, Mu’adz kemudian mewasiatkan kepada as-Sunâbihiy, as-Sunâbihiy lalu meriwayatkannya kepada Abdurrahman.

Cendera mata Nabi tidak berupa harta benda yang akan mudah lenyap. Tapi yang diberikan adalah doa spesial. Dengan begitu, semua umat Islam bisa ikut mengamalkan cendera mata tersebut. Berbeda jika berupa pakaian. Hanya bisa dipakai Mu’adz sendiri. Inilah pemberian yang manfaatnya luas.

Hingga sekarang, mata rantai sanad hadits yang terkenal dengan sebutan hadits musalsal bil mahabbah tersebut masih diabadikan sebagian kalangan. Biasanya hadits tersebut diberikan khusus kepada orang yang dicintai semisal guru kepada murid yang telah menuntaskan semua bidang keilmuan atau karena alasan-alasan lain.()

_________

* Sumber: NUOnline

 

About admin

Check Also

Orang Sombong Tidak Diperkenankan Melihat Allah SWT

”Allah Ta’ala memudahkan siapa yang dikehendakiNya untuk dapat melihatNya”. Oleh: Admin بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ...