Home / Agama / Thariqat/Tasawwuf / Ujaran Pertama Sulthanul Auliya

Ujaran Pertama Sulthanul Auliya

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Para sahabat tercinta, sebelum membaca ceramah pertama dari pemimpin tarekat Qodiriyah, Sulthonul Auliya Sayyidi Syaikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir al Jailani al Bagdadi,qs., pada hari Jum’at 15 Syawal 545 H, mari bersama-sama kita bacakan Suratul Fatihah, Al Fatihah ……….. Amiin.

Hati para waliyullah adalah suci dan bersih. Mereka adalah orang-orang yang sudah bercerai dari makhluk dan tenggelam dalam cinta kepada Sang Pencipta. Mereka telah menceraikan dunia dan mempersiapkan diri untuk Hari Kemudian. Kau tidak akan bisa mengenali mereka, karena kau tersesat dalam dunia ini. Terbentang jarak yang amat jauh antara kau dengan mereka. Jika ada saudaramu mukmin memberimu nasihat, jangan melakukan hal yang bertentangan dengan perkataannya, karena dia bisa melihat hal-hal pada dirimu yang tidak bisa kau lihat.

Nabi, saw., bersabda : ‘Seorang mukmin adalah cermin bagi muslim lainnya.’ Seorang mukmin sejati akan selalu memberi nasihat kepada saudaranya sesama muslim, tulus dari dasar hatinya. Dengan terbuka dia katakan kelemahan dari kekurangan saudaranya. Allah Yang Mahasuci telah meletakkan di hati muslim semangat untuk menasihati saudaranya, termasuk nasihat dan menyampaikan kebenaran kepadamu, dan menjelaskan kepadamu apa yang dia pahami. Sebagai imbalannya, dia tidak menginginkan apa pun dari dunia ini maupun di dunia nanti. Yang dia inginkan hanyalah ridho Kekasihnya dan inilah yang menjadi doanya.

Ya, aku sangat berbahagia ketika umatku mencapai keberhasilan dan kemakmuran, dan kemunduran kaumku terasa olehku laksana panah-panah yang menusuk hatiku. Bila salah satu muridku mencapai keberhasilan, maka hati merasa sangat bahagia, sehingga ketundukkan hati dan kepalaku ke hadirat Sang Penciptaku. Wahai hamba Allah! Perbaikan keadaanmulah yang menjadi tujuanku. Aku tidak memiliki pamrih pribadi, karena jenjang itu telah kutaklukkan. Aku ingin menggandeng tanganmu dan membimbingmu menuju jalan yang lurus, maka jangan segan meminta pertolongan dan bantuanku di jalan ini, sehingga engkau dapat mencapai keberhasilan. Aku dapat memperindah dirimu di hadapan Allah dan bukan dalam pandangan manusia, yang kuinginkan adalah menunjukkan padamu siapakah dirimu sesungguhnya. Seperti apakah keadaanmu? Apakah seperti setititk air dalam segumpal daging yang mati, atau laksana sepotong bangkai yang dipenuhi belatung dan ulat, dibiarkan untuk burung pemakan bangkai dan hewan-hewan lain?

Engkau harus paham bahwa orang yang mengajakmu taat dan menjadi hamba para raja dunia ini, dan menuangkan pada hatimu ketamakan dunia, emas dan perak, yang kau anggap lebih berharga daripada harta kekayaanmu yang sejati (iman), sesungguhnya ia sedang menyesatkanmu. Dia tidak lain adalah syaithoon.

Ingatlah pada Allah! Balasan atas ketamakan ini tidak lain adalah hilangnya kemuliaan dan timbulnya kehinaan. Rasulullah,saw., tercinta telah menyatakan : ‘Orang yang paling pantas menerima murka Allah adalah orang yang menghasratkan hal-hal dunia melebihi kebutuhan dirinya, karena tamak.’ Jika kau berpikir manusia dapat memberimu keuntungan berlimpah, sehingga akan menelan segala sesuatu, maka sesungguhnya kau belum mengerti inti rahasia. Ini adalah bisikan syaithon dalam hatimu. Sesungguhnya kau bukanlah hamba Allah, tetapi kau adalah hamba nafsumu dan pembantu-pembantu syaithoon.

Ceraikan kecintaan pada uang dan harta benda dan cobalah bebaskan dirimu dari penjara dunia ini. Jika kau ingin merdeka darinya, maka kau memerlukan bimbingan seseorang. Maka kau harus mencari seorang pembimbing. Ingatlah, bahwa jika kau mencari bimbingan semacam itu dengan mata jasmanimu, itu tak ada bedanya dengan mencari-cari sesuatu dalam gelap. Bimbingan ini hanya bisa ditemukkan dengan menggunakan mata hati dan pandangan ruhani. Jika kau ingin menjumpai bimbingan itu, maka syaratnya adalah iman. Jika kau tidak memiliki iman, maka kau tidak akan pernah memiliki pandangan batin.

Allah SWT., berfirman:

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

‘Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.’ (QS 22 : 46).

Perumpamaan ketamakan terhadap dunia adalah ibarat seseorang yang memberikan uang dinar untuk ditukar dengan jerami. Jerami akan segera terbakar dan musnah, sedangkan dinar yang sebelumnya kau miliki, hilang sudah. Jika imanmu lemah, pastilah kau akan memburu dunia. Cobalah perkuat imanmu sehingga derajatmu dapat terangkat dan memiliki keyakinan sejati kepada Allah. Bila imanmu bertambah kuat, maka kau akan melihat bahwa keyakinanmu kepada Allah bertambah kokoh pula, dan kau akan menyaksikan kebutuhanmu dipenuhi-Nya bahkan tanpa sepengetahuanmu. Bila kau menjauhi keramaian orang, kau akan menyadari bahwa kau mencapai tingkat di mana kau siap dan rela memberikan hidupmu ke tangan Malaikat Maut. Kau tidak akan memikirkan hal itu, juga mengenai ke mana gelombang Laut Kebenaran Sejati akan membawamu.

Maka, kekhawatiran dan kesenangan duniawi sama sekali tidak akan mempengaruhi pikiranmu dan mengganggu jiwamu. Nabi,saw., bersabda : ‘Ceraikanlah pikiranmu dari dunia ini semampu kalian.’ Wahai hamba Allah! Cobalah bebaskan dirimu dari belenggu dunia ini. Tambatkan dirimu dengan tali kokoh rahmat Allah, yang dengan mantap akan menarik bahtera hatimu menuju pantai sejati Samudera Cinta. Allah berkuasa atas segala sesuatu. Dia Sang Mahatahu. Segala sesuatu ada di dalam kendali-Nya. Jika kau mendambakkan Dia, pertama-tama mintalah kebersihan bagi hatimu, mohonlah iman dan makrifat. Mohonlah ilmu. Mohonlah keridhoan hati. Mohonlah cahaya hati. Mohonlah cinta dan Kasih Sayang-Nya. Mintalah semua ini dari-Nya.

Jika engkau memperoleh ini semua, maka kau telah memiliki segalanya. Jangan tadahkan tanganmu kepada yang lain. Tujuanmu hanyalah Dia. Tidak ada guna memohon pada orang sombong dan angkuh di dunia ini. Wahai hamba Allah! Jika kau hanya mengucapkan kalimat syahadat dengan lidahmu, dan hatimu tidak memunculkan kesaksianmu ini dalam perbuatanmu, maka sesungguhnya kau belum bergerak selangkah pun menuju Sang Pencipta.

Kesungguhan perjalanan menuju Allah tergantung pada laju ruhani dan kekuatan hati. Kedekatan sejati adalah kedekatan jiwa. Amal saleh sejati adalah amal yang disertai jiwa, atau dengan kata lain, keikhlasan. Perbuatan baik ini hanya dapat dilaksanakan jika kau tetap berada di dalam batas-batas yang ditetapkan syariat dan disertai perlindungan syariat. Ini semua hanya bisa dicapai oleh hamba Allah yang sejati dan saleh. Ini harus menjadi mistar pengukurmu. Jika manusia tidak mempergunakan jiwanya sebagai mistar, maka dia tidak akan berhasil.

Tindakan atau amalan yang dilakukan untuk memamerkan kesalehan diri, bukanlah amal saleh yang sejati. Amal kebaikan yang sejati dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Orang hanya wajib melaksanakan fa’idl-nya secara terbuka, karena memang diharuskan. Amalan seseorang tergantung kepada tauhid dan keikhlasannya. Jika dua hal ini tidak ada, maka amalan seseorang tidak ubahnya laksana sebuah bangunan tanpa pondasi yang kokoh. Tidak akan lama waktunya bagi bangunan itu untuk rubuh dan runtuh.

Pertama-tama bangun dan perkokoh pondasi ini, setelah itu dirikanlah bangunan yang megah. Jika Allah berkehendak, maka bangunan semacam itu tidak akan pernah ambruk atau hancur, karena bangunan ini memiliki pondasi yang kokoh. Hanya dengan menerima Ke-Esa-an Allah, amal-amalmu akan dapat bercahaya di angkasa ruhani sebagaimana bulan purnama dan akan mencurahkan sinar sebagaimana matahari.

Source: Tasawwuf Kemurnian Islam

About admin

Check Also

Wirid Sakran

“Thariqah Ba’alawiy sudah biasa mengamalkan di dalam kehidupan sehari-hari”. Oleh: H. Derajat Asysyathari* بِسْمِ اللّٰهِ ...