Home / Ensiklopedia / Analisis / Uang sebuah Dilema

Uang sebuah Dilema

Tahukah anda bahwa total utang Amerika Serikat (AS) sampai dengan 1 juni 2018 mencapai USD 27,2 triliun. Dari sejumlah ini, USD 21 triliun utang kepada rakyatnya sendiri. Sisanya sebesar 6,2 Triliun utang ke luar negeri. Dari utang luar negeri itu 1,18 Triliun utang ke Cina, atau 16% dari total utang luar negeri AS kepada Cina.

Masalahnya utang kepada Rakyat sendiri itu tak lebih hanyalah recycle atau daur ulang atau utang dibayar utang. Sementara yang real sebagai fuel ekonomi AS adalah berasal dari utang luar negeri dan ini mayoritas berasal dari Cina.

Pada saat sekarang, rasio utang AS berbanding PDB sudah mencapai 106%. Artinya sama dengan anda punya penghasilan 100% tetapi menanggung utang 106%. Secara akuntasi AS memang hidup dari utang. Kok AS engga stress? malah ekonominya tumbuh hebat.

Sekarang kita lihat skenario jangka panjang terhadap ekonomi AS dan Cina. Ini kita bahas karena menyangkut adanya perang dagang yang sebetulnya ditujukan kepada Cina. Apa yang akan dilakukan Cina atas sikap Trump yang tidak ramah terhadap Cina?

Pertama, kalau Cina melepas atau rush surat utang yang dia pegang, AS tidak mungkin bisa bayar. Kalau AS menarik hutang baru untuk bayar utang ke Cina maka surat utang AS akan banjir di pasar. Value surat utang akan jatuh di pasar dan yield akan semakin tinggi.

Jadi, kalau sampai Cina menjual surat utang AS ke pasar maka mata uang AS akan jatuh. Biaya uang akan semakin mahal. Sehingga akan menyulitkan perusahaan AS untuk mendapatkan dana murah dari pasar. Apa yang terjadi pada Cina?

Mata uang RMB akan semakin menguat sehingga menyulitkan pabrik Cina menjual barang ke AS. Daya saing akan jatuh. Yang terjadi justru adalah ancaman PHK pabrik di Cina. Ini ancaman serius bagi Cina yang secara politik merupakan negara para buruh.

Kedua, Cina tidak akan melepas surat utang AS yang dia pegang. Tidak akan me-rush obligasi AS. Namun Cina akan membeli dolar di pasar dengan menggunakan mata uang RMB. Ya Cina tinggal cetak RMB kemudian dia belikan USD. Apa yang terjadi?

Secara tidak langsung, Cina mendevaluasi mata uangnya sehingga RMB melemah dan mata uang AS menguat. Pada waktu bersamaan kelebihan dolar di tangan Cina dia gunakan untuk membeli surat utang AS. Dengan demikian secara tidak langsung AS berutang kepada Cina dari uang RMB yang dicetak oleh Cina.

Akibatnya, mata uang Cina tidak begitu menguat terhadap dolar AS. Sehingga pabrik di Cina tetap bisa berproduksi untuk menjualnya ke AS dengan harga bersaing.

Nah perhatikan alasan pertama dan kedua. Sejak dua tahun lalu Cina menggunakan skenario pertama untuk menggertak AS dalam setiap perundingan dagang. Namun secara diam-diam Cina membeli dolar AS dari RMB yang dia cetak sendiri.

Keadaan ini dibaca oleh Trump dengan cerdas. Maklum, Trump itu pedagang. Dia paham sekali cara main Cina dan sangat paham keadaan socio culture ekonomi AS yang sudah terlanjur terjebak dengan utang.

Kira-kira kalau Trump ketemu dengan Xi Jinping, kedua tertawa sambil becanda “Elo bantuin gue cetak uang lewat berutang ama elo agar barang elo bisa gue beli dengan cara juga ngutang.”

Kesimpulannya, Cina culas dalam hal mata uang tetapi AS lebih culas dalam hal berutang. Nah, bila dua pihak culas kumpul, apakah anda masih percaya akan saling melukai? Mereka akan saling melindungi lewat sistem agar sama-sama happy.

Lantas siapa yang korban? Ya orang yang masih berpikir soal uang dan kurs. Kalau orang terus berprodusi dan pegang asset daripada pegang uang ya itu dia smart.

Oleh: Nurrachman Oerip, Diplomat senior Kementerian Luar Negeri RI
Source: The Global Review

About admin

Check Also

Kaitan Sejarah Walisongo dengan Sejarah Islam Aceh

“Sebelum masalah asal-usul Walisongo dari Aceh semakin gelap, alangkah baiknya digerakkan suatu upaya untuk menelusuri ...