Oleh: H. Derajat
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT. Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah adalah salah satu sub-tarekat yang menginduk kepada nama Naqsyabandiyah. Namanya tersebut berasal dari salah satu Mursyidnya yang bernama Syaikh Bahauddin al-Bukhari an-Naqsyabandi.
Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah merupakan satu tarekat yang paling luas penyebarannya di wilayah Asia khususnya Indonesia. Sebagaimana umumnya tarekat, ada syarat dan tuntunan khusus dalam mengamalkan dan menjalankan ajaran Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah.
Tarekat merupakan salah satu cara ataupun jalan agar bisa dekat dengan Allah SWT ketika seseorang sudah bisa dekat dengan Allah SWT mereka sudah menemukan kabahagiaan yang mereka cari.
Dalam sebuah terekat terdapat amalan-amalan yaitu dzikir ataupun aurad (wiridan) yang berlandaskan Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma. Yang berguna untuk membina iman manusia agar tidak tergoyahkan oleh godaan dan bujuk rayu syaitan, nafsu, dan cobaan-cobaan yang Allah SWT berikan.
Tata Cara Masuk Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah
Untuk memasuki dan mengambil dzikir dari Thariqah Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah ini, seseorang harus melaksanakan kaifiyyah atau tata cara sebagai berikut :
- Datang kepada calon guru mursyid untuk meminta izin memasuki thariqahnya dan menjadi muridnya. Hal ini dilakukan sampai memperoleh izin untuk mengamalkannya.
- Mandi taubat setelah shalat Isya’ sekaligus berwudlu’ yang sempurna.
- Shalat Hajat dua raka’at dengan niat masuk thariqah. Setelah Al-Fãtihah, membaca surat Al-Kãfirûn pada raka’at pertama dan surat Al-Ikhlãs pada raka’at kedua.
- Setelah salam membaca:
اللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ التَّوْبَةَ الْاِنَابَةَ وَالْاِسْتِقَامَةَ عَلَى الشَّرِيْعَةِ الْغَرَّاءِ وَالطَّرِيْقَةِ الْبَيْضَآءِ ۞
Allãhumma innî as’alukat taubatal inãbati wal-istiqãmati ‘alasy-syarî’atil gharrã’i wath-tharîqatil baidhã’i
- Dan dilanjutkan membaca istighfãr 25 kali. Lafadznya (Astaghfirullãh)
- Membaca Al-Fãtihah sekali dan Surat AI-Ikhlãs 3 kali, dengan niat menghadiahkan pahalanya kepada Hadratus Syaikh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandi, serta memohon pertolongannya mudah-mudahan keinginannya masuk thariqah diterima.
- Tidur miring ke kanan dengan menghadap qiblat (mengingatkan mati seakan-akan sedang berada di dalam kubur)
Setelah prosesi tersebut dilaksanakan, selanjutnya menghadap calon guru mursyidnya lagi untuk mendapatkan petunjuk dan pengarahan lebih lanjut. Setelah itu, akan dilakukan talqin dzikir atau bai’at dari sang guru mursyid itu kepadanya.
Setelah menerima talqin dzikir atau bai’at, maka dia sudah tercatat sebagai anggota Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Al-Khalidiyah ini. Murid Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Al-Khalidiyah mempunyai kewajiban mengamalkan Aurad sebagai berikut:
- Membaca istighfar sebanyak 25 kali
- Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW dengan lafadz (Shallallãhu ‘Alan Nabiy Muhammad)
- Membaca Al-Fãtihah sekali dan surat Al-Ikhlãs 3 kali, yang dihadiahkan kepada para guru mursyid thariqah ini sejak zaman ini sampai kepada Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam, khususnya Syaikh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandi.
- Kedua bibir dirapatkan sambil lidah ditekan dan gigi direkatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa inilah nafas terakhirnya sambil mengingat alam kubur dan kiamat dengan berbagai kerepotannya.
- Rabithah (Memfokuskan pikiran sedang bertawajjuh) kepada Guru Mursyid.
- Menenangkan dan mengkonsentrasikan hati untuk senantiasa ingat Allah, munajat dengan hatinya membaca:
إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ ۞
Ilãhî anta maqshûdî wa ridhãka mathlûbî
- Kemudian dengan hatinya mewiridkan Ismudz-Dzat; “Allah… Allah… Allah…”, Sebanyak 5000 kali, dengan tanpa menggerakkan lidah, bibir dan seluruh anggota tubuhnya kecuali jari telunjuk untuk menarik hitungan tasbih. Dan pada setiap hitungan 100 kali diselingi dengan membaca;
إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ ۞
Ilãhî anta maqshûdî wa ridhãka mathlûbî
- Setelah selesai wirid, diam sejenak dan rabithah Guru Mursyid disertai permohonan anugerah barakahnya, kemudian berdo’a sebagai berikut:
اللّٰهُمَّ يَا حَيُّ، يَا قَيُّوْمُ، يَا بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ، يَا مَلِكُ الْمُلْكِ، يَا ذَاالْجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ، صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَفْضَلَ صَلَوَاتِكَ وَعَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ، كَذَالِكَ وَارْزُقْنَا الْاِسْتِقَامَةَ عَلَى الشَّرِيْعَةِ الْغَرَّاءِ وَالتَّمَسُّكِ التَّآمِّ بِهَذِهِ الطَّرِيْقَةِ النَّقْشَبَنْدِيَّةِ الْمُجَدَّدِيَّةِ الْخَالِدِيَّةِ، وَارْزُقْنَا كَمَالَ اتِّبَاعِ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالصِّدْقَ فِى مَحَبَّةِ وَرَثَةٍ أُوْلِى الْخُصُوْصِيَّةِ ۞
Allãhumma yã hayyu, yã qayyûmu, yã badî’us samãwãti wal-ardh, yã mãlikul mulk, yã dzal-jalãli wal-ikrãm, shalli ‘alã sayyidinã muhammadin afdhala shalawãtika wa ‘adada ma’lûmãtika wa ‘alã ãlihî wa shahbihî wa bãrik wa sallim, kadzãlika warzuqnal istiqãmata ‘alasy syarî’atil gharrã’i wat-tamassukit tãmmi bihãdzihith tharîqatin naqsyabandiyyatil mujaddadiyyatil khãlidiyyah, warzuqnã kamãlat tibã’i khairil bariyyati shallallãhu ‘alaihi wa sallam, wash-shidqa fî mahabbati waratsatin ulil khushûshiyyah.
Waktu Yang Ditentukan Untuk Dzikir dan Aurad
Pelaksanaan pembacaan dzikir aurad (wirid-wirid) tersebut dilakukan sehari sekali, waktunya bebas yang penting dicari waktu yang bisa istiqomah. Sikap duduk pada saat membaca dzikir tersebut adalah dengan duduk tawarruk shalat terbalik, artinya telapak kaki kanan dimasukkan dibawah lutut kaki kiri, kecuali ada ‘udzur,para murid thariqah pemula cukup mengamalkan dzikir dan aurad tersebut.
Sedang untuk murid yang sudah meningkat ajarannya, akan mendapatkan ajaran dzikir lainnya seperti Dzikir Lathaif, Dzikir Nafi-Itsbat, Dzikir Wuquf, Dzikir Murãqabah Muthlaq, Dzikir Murãqabah Ahadiyatul af’ãl, Dzikir Murãqabah Ma’iyyah dan Dzikir Tahlil bil-Lisan.
Di samping itu, masih ada ajaran Murãqabah yang lain, yaitu Murãqabah Aqrabiyyah, Murãqabah Ahadiyah Adz-Dzat Ash-Shamad dan Murãqabah Ahadiyah Adz-Dzat Ash-Shirfah wal-Baht, mengamalkan tawajjuhan yang biasa diamalkan seminggu dua kali pada hari selasa dan ba’da jum’atan dipimpin langsung oleh badal Mursyid Thariqah di masjid.
Suluk Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah
Kaifiyyah (tatacara) pelaksanaan suluk dalam Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Al-Khalidiyah ini, dapat dijabarkan sebagai berikut;
- Memperoleh izin dari guru mursyid atau izin dari orang yang telah mendapat ijazah dari guru mursyidnya untuk mengajarkan suluk.
- Khalwah, artinya menyepi atau memisahkan diri dari anak istri dan saudara-saudaranya yang tidak sedang melakukan suluk.
- Berniat suluk selama 40 hari, atau 20 hari atau minimal 10 hari, dengan lafadz niat sebagai berikut:
نَوَيْتُ اَنْ اَدْخُلَ فِى السُّلُوْكِ اَرْبَعِيْنَ يَوْمًا / عِشْرِيْنَ يَوْمًا / عَشَرَةِ اَيَّامٍ لِاقْتِدَاءِ السَّلَفِ الصَّالِحِيْنَ وَلِاتِّبَاعِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلهِ تَعَالَى ۞
Nawaitu an adkhula fis-suluki arba’îna yauman (jika 40 hari) / ‘isyrîna yauman (jika 20 hari) / ‘asyarati ayyãmin (jika 10 hari) liqtidã’is salafis shãlihîn wa littibã’in nabiyyi shallallãhu ‘alaihi wa sallama lillãhi ta’ãlã.
Sedangkan rukun-rukun suluk yang harus dipenuhi adalah;
- menyedikitkan bicara yang tidak perlu dan tidak ada manfaatnya,
- menyedikitkan makan, namun juga jangan sampai kelaparan sehingga tidak kuat melaksanakan ibadah atau dzikir,
- menyedikitkan tidur, artinya mengurangi tidur seperti yang biasanya dilakukan,
- melanggengkan dzikir siang malam dengan memperhatikan adab dan tata kramanya dengan jumlah dzikir sesuai dengan tingkatan pengajarannya,
- tawajjuhan 3 kali sehari semalam.
Saudaraku para salik dan calon salik yang dirahmati Allah SWT, demikianlah tuntunan untuk bisa menjadi salik (murid) untuk menjalankan laku thariqah yang berada di bawah bendera Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Al-Khalidiyah. Semoga Allah SWT memberikan jalan terbaik untuk menuju-Nya, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
Wallãhu A’lamu bish-Shawãb
Sumber: Dinukil dari Kitab Aurad Dzikir Thariqah Naqsyabandiyah Al-Mujaddadiyah Al-Khalidiyah.