Home / Agama / Kajian / Tiga Peristiwa Bersejarah di Bulan Rabi’ul Awwal

Tiga Peristiwa Bersejarah di Bulan Rabi’ul Awwal

“Rabi’ul Awwal adalah bulan ketiga dalam penanggalan tahun Hijriyyah. Ternyata, di bulan inilah terjadi banyak start point (titik awal) terjadinya perubahan-perubahan besar dalam sejarah peradaban manusia.”

Oleh: Admin

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Saudaraku yang dirahmati Allah, hari ini dalam penanggalan tahun Hijriyyah, kita memasuki tanggal 2 Rabi’ul Awwal 1446. Bulan Rabi’ul Awwal adalah bulan yang sangat fenomenal. Disebut demikian, karena terjadi beberapa peristiwa penting di bulan ini yang kemudian menjadi titik awal perubahan besar peradaban umat manusia.

Dalam sejarah Nusantara, bulan Rabi’ul Awwal ditransliterasi pada kalender tradisional Islam Jawa menjadi bulan Mulud. Penyebutan tersebut merupakan hasil “ijtihad” Sultan Agung, Raja Mataram Islam, yang mengeluarkan dekrit pada tahun 1633 Masehi (1555 Saka), mengganti penanggalan Saka berbasis perputaran matahari dengan sistem kalender kamariah atau lunar (berbasis perputaran bulan).

Uniknya, angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan, tidak menggunakan perhitungan dari tahun Hijriyah (saat itu 1043 H). Hal ini dilakukan demi asas kesinambungan, sehingga tahun saat itu yang adalah tahun 1555 Saka diteruskan menjadi tahun 1555 Jawa.

Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari: siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu, saptawara) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Sedangkan nama-nama bulan untuk penanggalan tahun Saka hasil kombinasi adalah: (1) Sura; (2) Sapar; (3) Mulud atau Rabingulawal; (4) Bakda Mulud atau Rabingulakir; (5) Jumadil awal; (6) Jumadil akir; (7) Rejeb; (8) Ruwah (Arwah, Saban); (9) Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan); (10) Sawal; (11) Sela (Dulkangidah, Apit); (12) Besar (Dulkahijjah).

Bulan Rabiul Awal begitu dimuliakan oleh umat Islam karena bertepatan dengan sejumlah peristiwa penting terutama berkaitan dengan sejarah hidup dan perjuangan Rasulullah SAW. Mengutip dari laman NU Online, berikut adalah 3 peristiwa penting pada bulan Rabi’ul Awwal.

1. Kelahiran Rasulullah SAW

Peristiwa pertama adalah lahirnya Baginda Rasulullah SAW di kota Makkah pada hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, yang betepatan dengan tanggal 23 April 571 M.

Beliau dilahirkan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan bermacam-macam kebobrokan, keburukan, kebodohan, kedhaliman dan kekufuran.

Kelahiran Baginda Rasulullah SAW ini menjadi antitesa dari kondisi yang terjadi di tanah Makkah ketika itu. Kelahiran beliau membawa kebaikan, membawa kebenaran, membawa keadilan, membawa kemakmuran dan kebahagiaan yang penuh dengan keberkahan dan kasih sayang. Kelahiran beliau bagaikan lampu pelita yang menyinari dunia yang gelap gulita.

2. Hijrah Rasulullah SAW

Peristiwa penting yang kedua adalah hijrahnya Baginda Rasulullah Muhammad SAW dari kota Makkah menuju kota Madinah pada hari Senin, 12 Rabiul Awal. 13 tahun setelah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul dan setelah beliau menetap di Makkah selama 53 tahun untuk menanam keadilan, menanam kebenaran, menanam kebahagiaan dan menanam rasa kasih sayang dengan sesama manusia.

Dalam mengemban tugas kenabian tersebut, tidak sedikit beliau mengalami berbagai macam hambatan dan ancaman. Bahkan beliau mendapat ancaman pembunuhan, jika beliau tidak menghentikan risalah dakwahnya dalam mengajak umat manusia memeluk agama Islam yang sempurna dan diridhai Allah SWT.

Semua hambatan dan ancaman tersebut beliau hadapi dengan keteguhan, kesabaran, serta kepercayaan diri yang mendalam atas datangnya pertolongan Allah SWT.

Hambatan dan ancaman tidak saja dilakukan secara langsung, tetapi juga dilakukan melalui orang-orang terdekat Rasulullah SAW. Misalnya yang pernah dilakukan paman beliau sendiri, Abu Thalib, yang meminta agar Rasulullah SAW mau menghentikan kegiatan dakwah Islamiyahnya atas desakan orang-orang kafir Makkah. Permintaan sang paman beliau tolak dengan berani dan tegas. Beliau berkata kepada pamandanya:

Beliau berkata kepada pamandanya:

يَا عَمِّ، لَوْ وَضَعُوْا الشَّمْسَ فِيْ يَمِيْنِيْ وَالقَمَرَ فِيْ يَسَارِيْ عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الأَمْرَ مَا تَرَكْتُهُ

“Wahai paman, seandainya mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku menghentikan (meninggalkan) dakwah ini, maka aku tidak akan meninggalkannya.” (As Sirah Al Halabiyyah, I/ 408; Subulul Al Huda War Rasyad, II/ 327)

Selanjutnya, hambatan datang bertubi-tubi menimpa dan menghadang perjuangan baginda Rasulullah SAW. Pada satu kesempatan, salah seorang pembesar orang-orang kafir Makkah, Utbah bin Rabiah, mendatangi baginda Rasulullah SAW. Dia menawarkan harta benda yang melimpah, pangkat yang tinggi serta wanita-wanita tercantik. Semua yang ditawarkan Utbah bin Rabiah ditolak mentah-mentah oleh baginda Rasulullah SAW seraya membacakan 13 ayat dari surat Fushshilat.

Setelah Utbah bin Rabiah mendengarkan bacaan ayat-ayat al Quran yang begitu indah, begitu mempesona, begitu menakjubkan, kemudian berubah pikiran dan kembali menemui orang-orang kafir Makkah seraya berkata kepada mereka bahwa, dia mendengar bacaan al Quran yang indah dan berpesan untuk tidak merintangi Muhammad SAW.

3. Wafatnya Rasulullah SAW

Peristiwa penting yang ketiga adalah wafatnya Rasulullah SAW di Madinah, yang terjadi pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 23 H. Beliau mewariskan kebenaran, mewariskan kejujuran, mewariswkan kemakmuran, mewariskan kebahagiaan serta kasih sayang yang sempurna.

Allah SWT berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ۞

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.“ [QS. al Maidah: 3].

Jasa Rasulullah SAW bagi umat manusia sangat besar, agung dan banyak. Jasa beliau tidak bisa diterangkan dengan hanya perkataan. Tidak bisa ditulis dengan tinta dan tidak bisa pula digambarkan dengan otak dan pikiran.

Hidupnya Rasulullah SAW itu berguna bagi umat Islam. Wafatnya beliau juga berjasa terhadap umat Islam, Sebagaimana beliau SAW bersabda:

حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُحَدِّثُوْنَ وَيُحَدَّثُ لَكُمْ، فَإِذَا أَنَا مُتُّ كَانَتْ وَفَاتِيْ خَيْرًا لَكُمْ، تُعْرَضُ عَليَّ أَعْمَالُكُم، فَإِنْ رَأَيْتُ خَيْرًا حَمِدْتُ اللهَ، وَإِنْ رَأَيْتُ شَرًّا اِسْتَغْفَرْتُ لَكُمْ

“Hidupku itu lebih baik untuk kalian. Kalian menceritakan kepadaku masalah-masalah yang kalian hadapi, lalu aku menceritakan jalan keuarnya untuk kalian. Ketiaka aku wafat, maka wafatku itu juga lebih baik untuk kalian. Karena semua amal perbuatannu akan ditampakkan kepadaku. Ketika amal itu aku ketahui baik, maka aku memuji Allah dan jika amal itu aku ketahui jelek, maka aku mohonkan ampun untuk kalian.” (As Sirah Al Halabiyyah, III/ 486; Al Khashaais Al Kubra, II/ 491)

Baginda Rasulullah SAW wafat pada hari Senin. Selang tiga hari kemudian, pada malam Rabu tengah malam baru dimakamkan. Tidak ada suatu musibah yang paling besar yang menimpa umat Islam seperti musibah wafatnya baginda Rasul Muhammad SAW. Salah satu Nabi yang paling dicintai umat Islam pada masa itu, masa kini dan masa-masa yang akan datang. Pada saat beliau wafat, ada diantara para sahabat yang mendadak bisu, tidak bisa berbicara.

Seperti Sayidina Utsman bin Affan RA. Ada yang diam bagaikan tunggak, seperti Sayidina Ali RA. Ada yang mendadak meninggal dunia, seperti Abdullah bin Unais RA, dan ada pula yang bingung, mundar mandir kesana kemari, galau, seperti Sayidina Umar bin Khattab RA. (Hasyiyat Az Zarqaani ‘Alaa Al Mawaahib Al Ladunniyyah, XII/ 142).

Kesemuanya ini adalah gambaran sebagian kecil dari kesusahan, kesedihan dan kegalauan yang dialami oleh para sahabat Radhiyallahu ‘anhum atas musibah wafatnya baginda Rasulullah Muhammad SAW.

يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ سَلَامٌ عَلَيْكَ ۞ يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَالدَّرَجِ  ۞ عَطْفَةً يَا جِيْرَةَ اْلعَلَمِ ۞ يَا أُهَيْلَ الْجُوْدِ وَالْكَرَمِ  ۞ رَبِّ فَا نْفَعْنَا بِبَرْكَتِهِمْ ۞ وَاهْدِنَا الْحُسْنَی بِحُرْمَتِهِمْ ۞ وَأَمِتْنَا فِی طَرِيْقَتِهِمْ ۞ وَمُعَافَاةٍ مِنَ الْفِتَنِ ۞

Yã Rasûlallãh Salãmun ‘alaik ۞ Yã rafî’a syãni wad-daraji ۞ ‘Athfatay yã jîratal ‘alami ۞ Yã uhaylal jûdi wal-karami ۞ Rabbi fanfa’nã bi-barkatihim ۞ Wahdinal husnã bi-hurmatihim ۞ Wa amitnã fî tharîqatihim ۞ Wa mu’ãfatim minal fitani ۞

“Wahai utusan Allah, semoga keselamatan tetap padamu, wahai yang berbudi luhur dan bermartabat tinggi, Rasa kasihmu wahai pemimpin tetangga, Wahai ahli dermawan dan pemurah hati, Ya Allah, dengan barokah mereka, berilah kami kemanfaatan, Dan dengan kehormatan mereka, tunjukkan kami kepada kebaikan, Dan wafatkanlah kami di jalan mereka, Dan selamat dari segala fitnah.” (Dipetik dari Kitab Maulid ad-Diba’i, Syaikh Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar bin Yusuf bin Ahmad bin Umar asy-Syaibani az-Zabidi asy-Syafi’i.)

_________

* Dikutip dari berbagai sumber

 

About admin

Check Also

Menakar Ulang Sya’ban sebagai Bulan Turunnya Ayat Shalawat

“Ayat shalawat, dimana terdapat perintah bershalawat kepada Nabi SAW (QS. Al-Ahzab [33]: 56), apakah turun ...