“Saya melihat susunan masyarakat dan pandangan hidup yang pada dasarnya berbeda dengan susunan masyarakat dan pandangan hidup orang-orang Eropa, dan sejak pandangan pertama, dalam hati saya telah tumbuh rasa simpati terhadap pandangan hidup yang tenang, yang boleh saya katakan lebih bersifat kemanusiaan jika dibanding dengan cara hidup Eropa yang serba terburu-buru dan mekanistik. Rasa simpati ini secara perlahan-lahan telah menyebabkan timbulnya keinginan saya untuk menyelidiki sebab adanya perbedaan itu, dan saya menjadi tertarik dengan ajaran-ajaran keagamaan orang Islam. Dengan persoalan ini, saya belum merasa tertarik cukup kuat untuk memeluk agama Islam, akan tetapi telah cukup membuka mata saya terhadap suatu pemandangan baru mengenai masyarakat kemanusiaan yang progresif dan teratur, dengan mengandung hanya sedikit pertentangan, tapi dengan rasa persaudaraan yang sangat besar dan sungguh-sungguh…”
Ungkap Muhammad Asad, seorang wartawan dan penulis yang sebelum masuk Islam bernama asli Leopold Weiss, tentang kekagumannya terhadap Islam, yang ia tulis dalam buku monumentalnya yang berjudul ‘The Road to Mecca’.
Pada 1922, Leopold Weiss datang ke Palestina sebagai wartawan Frankfurter Zeitung. Dia sendiri adalah keturunan Yahudi ‘Galut’ (dispersi, atau dalam pengasingan atau pembuangan) dari Eropa. Pada saat itu pula ia melihat bagaimana perlakuan warga Yahudi yang merupakan minoritas pada saat itu terhadap warga Arab yang pada saat itu merupakan penduduk mayoritas disana.
“Saya menganggap itu tidak bermoral bahwa imigran, yang dibantu oleh kekuatan asing yang kuat, datang dari luar negeri dengan maksud agar harus diakui sebagai mayoritas dan pemilik negeri ini, kemudian mengusir orang-orang yang mendiami negaranya sudah sejak zaman dahulu.”
Itulah kegeraman yang ia sampaikan ketika melihat nasib orang Arab yang mayoritas dikalahkan oleh keserakahan dan ketamakan kaum minoritas Yahudi.
Merampas Palestina
Dari awal mula kedatangan mereka ke tanah Palestina adalah untuk menjajah negeri di dalamnya terdapat tempat yang menjadi salah satu destinasi Perjalanan Rasulullah saw peristiwa Isra’ Mi’raj adalah untuk merampas tanah Palestina yang awalnya muncul dari seorang wartawan dan penulis Yahudi dari Austria, Theodor Herzl lewat bukunya yang berjudul der Judenstaat (Negara Yahudi) yang kemudian berhasil mengumpulkan para Yahudi ‘Galut’ yang bertebaran diseluruh daratan Eropa ke kota Bassel, lalu memprakarsai sebuah kelompok yang berisi orang-orang Yahudi dan para keturunan dalam satu kelompok yang nantinya kelompok ini menjadi kelompok kejahatan terbesar di muka bumi, yaitu kelompok Zionis. Disana pula ia berhasil menyelenggarakan kongres Zionis pertama di Bassel, Swiss pada 1897. Di dalam kongres tersebut dihasilkanlah sebuah resolusi bahwa Palestina harus menjadi national home bagi bangsa Yahudi. Yang kemudian hari, hasil kongres di Bassel itu pun direalisasikan oleh Menteri Luar Negeri Inggris pada saat itu, Arthur James Balfour yang pada tanggal 2 November 1917 mengirimkan sepucuk surat kepada Baron Rothschild (Ketua Yahudi Inggris dan penyandang dana Zionis dunia), untuk dikirimkan kepada Federasi Zionis Dunia yang berisi tentang dukungan Inggris atas pembentukan tanah air bangsa Yahudi di Palestina. Yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour.
Padahal sebelumnya, di tahun 1915, Inggris telah menjanjikan kepada penguasa Arab untuk menjamin berdirinya sebuah negara Arab yang merdeka yang meliputi seluruh negeri-negeri Arab, termasuk Palestina disana yang wilayahnya terletak diantara Laut Mediterania dan Teluk Persia. Inggris membujuk gubernur Makkah pada saat itu Sjarif Husein agar bangsa Arab mengangkat senjata terhadap Turki dan berperang dipihak sekutu. Sjarif Husein mengemukakan satu syarat yaitu seluruh daerah Arab yang berada dibawah kekuasaan Turki harus dibebaskan dan menjadi satu wilayah Negara merdeka dan berdaulat, termasuk Irak, Suriah, Palestina dan Jazirah Arab kecuali Aden, jajahan Inggris. Setelah beberapa lama diadakan surat menyurat antara Sjarif Husein dan Sir Henry Mc Mahon, Komisi Tinggi Inggris di Mesir, tercapailah persetujuan antara kedua belah pihak mengenai syarat yang diajukan oleh Sjarif Husein itu. 10 Juni 1916, Syarif Husein memproklamirkan pemberontakan Arab terhadap Pemerintahan Islam yang sah, Khalifah Turki Utsmani.
Ketika Perang Dunia I selesai, Inggris dipihak yang menang. Bangsa Arab menuntut kepada Inggris untuk melaksanakan janjinya. Akan tetapi Inggris tidak mau menepati janjinya itu. Karena pada saat bersamaan, Inggris juga membuat perjanjian rahasia dengan Perancis melalui Sykes-Picot Agreement, yang hasilnya adalah, Wilayah Arab dibagi menjadi negara-negara kecil. Daerah Suriah dan Libanon menjadi jajahan Perancis, daerah Irak menjadi jajahan Inggris, lalu Palestina dijadikan daerah internasional dengan catatan bahwa pelabuhan-pelabuhan berada dibawah kekuasaan Inggris. Tidak hanya itu Sjarif Husein pun kemudian dibuang ke Syprus!
Tamak dan biadab adalah perilaku turunan Orang-orang Yahudi
Selain kisah-kisah yang banyak disampaikan dan dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam Al Qur’an tentang kebengalan dan kebiadaban bangsa Yahudi, Sejarah juga mencatat betapa keras kepalanya bangsa Yahudi, meskipun Nabi Musa telah berkali-kali menunjukkan bukti-bukti tentang ke-Esaan Allah Ta’ala melalui berbagai keajaiban, tetap saja mereka tidak mau beriman dan justru mengingkarinya, bahkan membunuh Nabi-Nabi yang di utus oleh Allah SWT. kepada kaum mereka.
Dahulu kota Madinah masih bernama Yatsrib dan belum di masuki oleh Islam terdapat beberapa pabrik yang sebagian besar dikelola oleh orang- orang yahudi. Bani Qainuqa’ adalah kabilah yahudi terkaya di Madinah, meski jumlah mereka tidak banyak. mereka menguasai ekonomi di Madinah. Mereka mengusai pasar-pasar di Madinah, bahkan memiliki rumah-rumah gadai yang tentu saja melakukan praktek bisnis renten dan riba disana. Bahkan seperti yang di jelaskan dalam kitab Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, orang-orang yahudi melakukan kegiatan renten yang cukup biadab dengan meminta para petani dan masyarakat Madinah pada saat itu yang berhutang kepada mereka untuk menyerahkan Istri-istri mereka atau anak-anak perempuan mereka untuk dijadikan agunan (jaminan).
Kemudian, sebelum Perang Dunia II, orang-orang Yahudi menyebar di seluruh Eropa, menjadi kaum dispersi. melalui usaha dan bisnis renten yang mereka kelola, usaha peminjaman bunga berbunga yang mereka kuasai sejak lama, mereka menguasai hampir di seluruh sektor ekonomi diseluruh negara di benua biru tersebut. Hal ini menyebabkan rasa muak para pemimpin Eropa akibat kecemasan masyarakat di negeri-negeri Eropa yang menjadi korban praktik renten dan ekonomi riba yang di kembangkan oleh orang-orang Yahudi disana. Sikap Hitler yang anti Yahudi bukan saja disebabkan oleh kebencian yang amat dalam kepada bapak Yahudi nya yang amat kejam, sering menyiksa dirinya saat masih menjadi bocah, tetapi juga disebabkan karena ketamakan komunitas Yahudi Jerman yang menguasai hamper seluruh sektor ekonomi, dan bersikap sewenang-wenang kepada masyarakat Jerman yang menjadi bawahan-bawahan mereka di dalam sektor-sektor ekonomi yang orang-orang Yahudi kelola. Mungkin gambaran mudahnya tentang ciri-ciri sifat orang Yahudi adalah; diberi tanah sejengkal, malah mengambil berjengkal-jengkal bahkan berhektar-hektar.
Awalnya ‘ngemper’ tidak punya tanah dan lahan. Kemudian meminjam ataupun meminta belas kasih kepada penduduk setempat untuk diberi lahan sebagai tempat tinggal ataupun sebagai tanah garapan. Lalu, tanah tersebut dikuasai dan akan semakin diperluas, ditambah lagi, ditambah lagi, tambah lagi, hingga akhirnya jadilah gedung bertingkat. Setelah sukses, awalnya membantu memberi pinjaman, kemudian meminta imbalan dengan melebihkan jumlah pengembalian dari hutang yang mereka berikan. Terus berbunga dan berlipat ganda hingga mencekik orang-orang yang berhutang kepada mereka, lalu mereka mengambil dan menyita semua yang dimiliki, hingga orang yang berhutang tersebut tidak lagi memiliki apa-apa dan hidupnya hanya bergantung dan menjadi budak orang-orang Yahudi pendatang yang kemudian menjadi tuan-tuan baru di negeri-negeri di Eropa.
Akhirnya Setelah usainya Perang Dunia ke-II, oleh sekutu, orang-orang Yahudi digiring dengan alasan kemanusiaan, meskipun sebenernya mereka itu di usir, karena pada hakikatnya orang Eropa sendiri yang menjadi kroni mereka dalam rangka merampas tanah Palestina juga telah eneg dan empet merasakan betapa tamaknya para ‘galut’ Yahudi ini. Maka lebih baik orang Yahudi disingkirkan dari benua Eropa ke wilayah jajahaan daerah yang jauh dari wilayah Eropa. Jika penguasa dan masyarakat Eropa betul-betul prihatin, dan kasihan kepada orang Yahudi seharusnya mereka diijinkan tinggal di negara-negara Eropa.
Air Susu Dibalas Dengan Genangan Darah
Sejarah juga mencatat peristiwa mengharukan yang amat sulit dilupakan oleh siapapun, kecuali oleh para zionis Yahudi. Betapa baiknya dan mulianya warga Muslim Palestina yang ketika awal kedatangan orang-orang Yahudi, mereka merangkul, memeluk tubuh-tubuh kurus, penuh penyakit kulit, pakaian compang-casmping.sambil bertangis-tangisan menyambut kedatangan orang-orang Yahudi yang terbuang. Seolah berkata “ahlan wa sahlan”, diberinya tempat tinggal, tempat untuk tidur, diberinya makan, minum, serta pakaian yang layak. Namun apa balasan mereka terhadap orang-orang Palestina, sejarah mencatat peristiwa kekejaman yang tiada tara terhadap warga Palestina yang berlangsung sejak tahun 1948 hingga sekarang tanpa henti. Begitulah balasan para Zionis Yahudi atas sikap persaudaraan tulus orang Palestina kepada mereka di masa lalu.
Dalam buku ‘The Holocaust Industry’ yang ditulis oleh Norman G.Finkelstein, bagaimana ia menelanjangi persitiwa holocaust tersebut sebagai kejadian yang tidak masuk akal, berlebihan, mengada-ada, dan hanya merupakan sebuah sandiwara kekejaman kemanusiaan. Peristiwa itu sendiri disebutnya sebagai ‘industri kemanusiaan’ yang selalu digunakan sebagai alat justifikasi atas apa yang mereka perbuat kepada warga Palestina hari ini. Di dalam buku tersebut juga digambarkan bagaimana tidak masuk akalnya struktur otak serta struktur moral orang Yahudi dan bangsa Zionis Israel tersebut. Barangkali analogi yang dapat menjelaskan susunan anatomi orang Yahudi dan Zionis Israel adalah mereka itu seperti udang. Kotoran dan otak sama-sama bersemayam di kepala.
The New World Order
The New World Order adalah Sebuah frase yang membuat orang segera teringat dengan sebuah perkumpulan rahasia yang paling ternama di dunia, yaitu Freemasonry.
Bagi penganut teori Konspirasi, Freemasonry adalah “The Shadow” atau “Invisible Hand” yang secara diam-diam mengendalikan pemerintahan-pemerintahan dunia, sistem keuangan dan bahkan arus informasi. Tujuan utama mereka adalah menciptakan sebuah tatanan dunia baru yang dikendalikan sepenuhnya oleh para mason. Sejak awal berdirinya, Freemason telah menyokong kebebasan beragama, sama persis dengan yang terjadi belakangan ini di berbagai negara, liberalisasi keagamaan.
Dalam buku ‘Sorotan Terhadap Freemasonry (organisasi rahasia Yahudi)’ disebutkan bahwa yang berhak hidup di bumi ini adalah bangsa Yahudi, lainnya adalah musuh. Rujukan gerakan Freemasonry adalah kitab Talmud diantaranya terdapat doktrin-doktrin: “Allah enggan menerima ibadat kecuali di Haikal, umat banyak (manusia selain Yahudi) adalah hewan-hewan, bahkan benda-benda…” (“Freemasonry” LPPA Muhammadiyah, Penerbit Pustaka Panjimas, Jakarta, 1982, hal. 91).
Para tokoh besar dunia, para pemimpin-pemimpin Negara, Politikus, Militer, Kepolisian, Kejaksaan dan Aparatur-aparatur Negara, Pengadilan, Para artis dan pekerja seni, Akademisi, Pelajar, Tokoh-tokoh agama, Aktivis semua dirangkul dalam organisasi Freemasonry. Mereka diberi kedudukan, pangkat, kekayaan, kemasyhuran, kepopuleran, untuk menjadi agen-agen mereka, untuk menjadi corong-corong suara mereka, untuk menjadi antek-antek mereka, untuk menjadi robot-robot suruhan mereka.
Akan tetapi mereka tetap tidak tidak diakui sebagai komunitas Yahudi, mereka hanya di akui sebagai The Other Man yang mengabdi dan menghamba kepada Yahudi. Bergerak dan berbicara atas kuasa remote control Bagi orang Yahudi mereka adalah kacung dan gedibal, walaupun kalau kita lihat faktanya, para The Other Man lebih Yahudi dari pada orang Yahudi sendiri, akibat perasaan mereka yang merasa menjadi lebih Yahudi daripada para Yahudi-nya sendiri.
Sehingga, apa yang kita dapatkan akibat dari permainan konspirasi para Zionis Yahudi serta gerakan underbouw sekarang, umat Islam saat ini seolah bagai umat yang tak memiliki pegangan hidup. Tercerabut dari agama Nya, terpisah dari Syariat Nya. Menjadi lemah, tak memiliki kemampuan. Hingga layak seorang pemikir seperti Leopold Weiss yang saya sampaikan diatas menilai bahwa umat Islam berangsur-angsur telah bertransformasi menjadi umat yang Inferior. Seperti yang ia sampaikan dalam buku nya tersebut.
“Apa saja yang dalam ajaran Islam merupakan gerak dan maju, di kalangan orang Islam telah berubah menjadi kemalasan dan kemandegan. Apa saja yang dalam ajaran Islam merupakan kemurahan hati dan kesiapan berkorban, di kalangan muslimin sekarang telah berubah menjadi kesempitan berpikir dan senang kepada kehidupan yang mudah, sehingga saya benar-benar bingung memikirkannya, keadaan yang sangat bertentangan antara kaum muslimin dahulu dan kaum muslimin yang sekarang”
“Hal inilah yang telah mendorong saya untuk lebih mencurahkan perhatian terhadap persoalan yang rumit ini. Lalu saya mencoba menggambarkan seolah-olah saya sungguh-sungguh merupakan salah seorang anggota masyarakat Islam. Hal itu merupakan percobaan ilmiah murni yang telah memberikan kepada saya dalam waktu yang singkat tentang pemecahannya yang tepat”
“Saya telah dapat membuktikan bahwa satu-satunya sebab kemunduran sosial dan budaya kaum Muslimin sekarang ialah karena mereka secara berangsur-angsur telah meninggalkan semangat ajaran Islam. Islam masih tetap ada, tapi hanya merupakan badan tanpa jiwa. Unsur utama yang dahulu pernah tegak berdiri sebagai penguat dunia Islam, sekarang justru menjadi sebab kelemahannya. Masyarakat Islam sejak mulai berdirinya telah dibina atas dasar keagamaan saja, dan kelemahan dasar ini tentu saja melemahkan struktur kebudayaan, bahkan mungkin merupakan ancaman terhadap kehancurannya sendiri pada akhirnya”.
“Semakin saya mengerti bagaimana ketegasan dan kesesuaian ajaran Islam dengan praktek, semakin menjadi-jadilah pertanyaan saya, mengapa orang-orang Islam telah tidak mau menerapkannya dalam kehidupan yang nyata? Tentang ini saya telah bertukar pikiran dengan banyak ahli pikir kaum Muslimin di seluruh negara yang terbentang antara gurun Libia dan pegunungan Parmir di Asia tengah, dan antara Bosporus sampai laut Arab. Suatu soal yang hampir selalu menguasai pikiran saya melebihi pemikiran tentang lain-lain kepentingan dunia Islam. Soal ini tetap menjadi titik berat perhatian saya, sampai akhirnya saya, seorang yang bukan Muslim, berbicara terhadap orang-orang Islam sebagai pembela agama Islam sendiri menghadapi kelalaian dan kemalasan mereka.” Wallahu a’lam bishowab.
Sumber: suara-islam.com