Ada perbedaan pendapat tentang daerah NAJD yang disebut Nabi Muhammad SAW, sebagai tempat munculnya tanduk setan dan Fitnah-fitnah. Apakah di NAJD (dekat kota Riyadh) Saudi Arabia atau di Iraq. Sebagaimana kita ketahui, Muhammad bin Abdul Wahhab lahir dan besar di NAJD, sehingga akhir namanya disebut An-Najdi. Nah ternyata Nabi telah mengisahkan kepada kita tentang NAJD yang merupakan tempat timbulnya fitnah. Boleh dikata, sosok Muhammad bin Abdul Wahhab dengan pengikutnya, Muwahhidun atau Salafi, sering menimbulkan fitnah.
Agar tidak bingung terhadap dua pendapat yang berbeda tersebut, mari kita merujuk kepada beberapa hadits yang telah bersama kita imani apa adanya. Berikut ini berbagai artikel terkait Salafi Wahabi. Silahkan menilai mana yang benar.
Kita awali dengan riwayat Ibnu Umarra, beliau berkata, “Nabi Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam] berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami’ Mereka berkata, dan terhadap NAJD kami’ Beliau mengulangi doanya, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata (lagi), ‘danNAJDkami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, aku mengira beliau (akan) mengucapkan pada kali yang ketiga, (ternyata) Beliau bersabda ‘Disanaterdapat kegoncangan-kegoncangan (zalaazil), fitnah-fitnah, dan disanapula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Hadits riwayat Ibnu Umar ra: Bahwa ia mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi disana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi disana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id maula bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih]
Hadits-hadits di atas sesungguhnya menunjukkan NAJD itu adalah NAJD yang dikenal umum baik di zaman Nabi SAW, mau pun sekarang. Bukan tempat lainnya sebagaimana ditafsirkan Ibnu Taimiyyah ada di Kufah. Apalagi NAJD yang dikenal di zaman Nabi Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam] pada hadits tersebut disebut ada di TIMUR kota Madinah dan tempat terbitnya matahari. Tak mungkin penduduk Madinah melihat matahari terbit dari arah Kufah. NAJD sekarang pun memang selain di Timur Madinah juga merupakan dataran Tinggi (762 hingga 1.525 meter di atas permukaan laut)
Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab dikenal juga dengan Muhammad bin Abdul Wahab An-Najdi. Jadi dengan apa lagi mau berputar-putar atau mentakwilkannya dengan cara lain, sehingga NAJD yang dimaksud Nabi Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam] itu berbeda dengan NAJD yang dikenal masyarakat Arab baik di zaman dahulu hingga sekarang?
Adapernyataan kelompok Salafi Wahabi mengenai celaan terhadap kota NAJD yang merupakan tempat kelahiran pendiri paham Wahabi: Apa salahnya jika Muhammad bin Abdul Wahab lahir di NAJD? Apakah otomatis akan jadi Khawarij/Sesat?”
Tidak salah memang. Apalagi jika memang orang tersebut memurnikan ajaran Islam dengan memurnikan Tauhid dan menghidupkan Sunnah. Yang jadi masalah adalah jika cara dakwahnya akhirnya menganggap sesat/ mengkafirkan sesama Muslim apalagi sampai membunuh sesama Muslim sehingga timbul Fitnah. Jika itu sampai terjadi, tentu orang tersebut merupakan penyebab munculnya fitnah seperti yang disebut oleh Nabi Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam], berasal dari NAJD, yaitu di sebelah timurkotaMadinah (arah tempat terbitnya matahari di kota Madinah).
PERHATIKAN HADITS FITNAH DARI TIMUR NAJD :
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Ikrimah bin ‘Ammar dari Salim dari Ibnu Umar yang berkata, “Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] keluar dari pintu rumah Aisyah ra dan berkata “sumber kekafiran datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan yaitu timur [Shahih Muslim 4/2228 no 2905]
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdullah dari ayahnya bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata dan Beliau menghadap kearah timur “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan” [Shahih Muslim 4/2228 no 2905]
Kedua hadits di atas dengan jelas menyebutkan tentang masyriq [timur] sebagai arah tempat datangnya fitnah atau arah munculnya tanduk setan. Pertanyaannya adalah timur yang dimana?. Salafi mengatakan bahwa di masa arab dahulu istilah timur barat sama halnya dengan istilah kanan kiri. Artinya di sebelah kanan adalah timur dan disebelah kiri adalah barat.
Salafi Wahabi menginginkan dengan pengertian tersebut maka arah timur yang dimaksud tidak mesti tepat di timur arah mata angin sekarang. Syubhat salafi ini terbantahkan dengan adanya berbagai hadits shahih yang menunjukkan kalau arah timur yang dimaksud adalah arah matahari terbit. Yaitu hadits berikut:
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih]
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Harun yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Fuuraan yang berkata telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Yahya bin Sa’id dari Salim dari Ibnu Umar bahwa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] menghadap ke arah matahari terbit seraya berkata “dari sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan kegoncangan serta orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar [Mu’jam Al Awsath Thabrani 8/74 no 8003 dengan sanad shahih].
Tidak hanya soal arah yang dimaksud timur matahari terbit. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan nama tempat yang dimaksud yang sesuai dengan arah timur matahari terbit dari Madinah. Tempat tersebut adalahNAJD
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”.Parasahabat berkata “dan juga NAJD kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Parapembaca yang budiman, NAJD disini bukanlah Iraq, karena antara NAJD dan Iraq hanya NAJD (dekat kota Riyad) yang merupakan tempat dengan arah timur matahari terbit dari Madinah. Mereka boleh saja berdalih kalauIraqjuga terletak di timur madinah dengan alasan kanan Madinah adalah timur dan kiri Madinah adalah barat tetapi dalih tersebut tertolak dengan penjelasan arah yang dimaksud adalah timur matahari terbit.
Irak tidak terletak pada arah timur matahari terbit. Siapa pun yang berada di Madinah dan menyaksikan arah terbitnya matahari kemudian ia menelusuri jalan dengan arah tersebut maka ia akan sampai di NAJD bukan di Iraq.
Selain menunjukkan nama tempat tersebut, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan ciri-ciri orang atau penduduk di tempat tersebut. Diantaranya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebutkan kalau orang-orang disana [tempat munculnya fitnah] adalah orang yang berhati sombong dan angkuh termasuk pengembala unta atau dikenal dengan sebutan Ahlul wabar.
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya yang berkata qara’tu ala [aku membacakan kepada] Malik dari Abi Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “sumber kekafiran datang dari timur, kesombongan dan keangkuhan adalah milik orang-orang pengembala kuda dan unta AL FADDAADIN AHLUL WABAR [arab badui] dan kelembutan ada pada pengembala kambing [Shahih Muslim 1/71 no 52]
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman yang berkata telah mengabarkan kepada kami Abul Yaman dari Syu’aib dari Az Zuhri yang berkata telah mengabarkan kepadaku Sa’id bin Al Musayyab bahwa Abu Hurairah berkata aku mendengar Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Penduduk Yaman datang, mereka bertingkah laku halus dan berhati lembut iman di Yaman, hikmah di Yaman, kelembutan ada pada penggembala kambing sedangkan kesombongan dan keangkuhan ada pada orang-orang FADDADIN AHLUL WABAR [arab badui] di arah terbitnya matahari [Shahih Muslim 1/71 no 52]
Kedua hadits di atas menyebutkan tempat munculnya fitnah adalah tempat pada arah timur matahari terbit, yang mana orang-orang disana dikenal sebagai pengembala unta, orang yang berhati kasar sombong dan angkuh yang merupakan tabiat kebanyakan dari AHLUL WABAR atau arab badui. Ahlul wabar bisa diartikan sebagai orang arab badui karena tempat tinggal mereka terbuat dari al wabr atau bulu. Di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] Ahlul wabar tinggal di NAJD.
Sebagai tambahan untuk melengkapi hadits-hadits sebelumnya, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], bersabda: “Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat”. (Shahih Muslim No.1771)
Hadits riwayat Sahal bin Hunaif ra: Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau pernah mendengar Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam], menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1776)
RABI’AH DAN MUDHAR AHLUL MASYRIQ
Selain menyebutkan ciri-ciri mereka, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan kabilah mereka yang dikenal sebagai Rabiah dan Mudhar. Rabi’ah dan Mudhar dikenal sebagai Ahlul Masyriq [penduduk timur] di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]
Telah menceritakan kepada kami Musaddad yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il yang berkata telah menceritakan kepadaku Qais bin Uqbah bin Amru Abi Mas’ud yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengisyaratkan tangannya kearah Yaman dan berkata “Iman di Yaman disini dan kekerasan hati adalah milik orang-orang FADDADIN [arab badui atau pedalaman] yang sibuk dengan unta-unta mereka dari arah munculnya tanduk setan [dari] Rabi’ah dan Mudhar [Shahih Bukhari no 3126]
Tambahan sedikit dalil shahih kalau Rabiah dan Mudhar adalah penduduk Masyriq [timur] di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Berikut hadits yang memuat keterangan tentang Rabi’ah dan Mudhar.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Ghundar yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abi Jamrah yang berkata saya pernah menjadi penterjemah antara Ibnu Abbas dan orang-orang. [Ibnu Abbas] berkata “sesungguhnya delegasi [utusan] Abdul Qais pernah mendatangi Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “siapakah utusan itu atau kaum itu?”. [para sahabat] berkata “Rabi’ah”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “selamat datang kaum atau utusan semoga tidak ada kesedihan dan penyesalan. Mereka berkata “kami datang dari perjalanan jauh dan diantara tempat tinggal kami dan tempat tinggal-Mu terdapat perkampungan kaum kafir Mudhar sehingga kami tidak bisa datang kepadaMu kecuali pada bulan haram maka perintahkanlah kepada kami perintah yang dapat kami ajarkan kepada orang-orang di tempat kami dan karenanya kami dapat masuk surga.
Maka Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] memerintahkan kepada mereka empat hal dan melarang mereka empat hal, memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah ‘azza wajalla satu-satunya. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “tahukah kalian arti beriman kepada Allah satu-satunya?”. Mereka berkata “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah dan mendirikan Shalat dan menunaikan zakat dan berpuasa di bulan ramadhan dan memberikan seperlima [khumus] dari harta rampasan perang [ghanimah].
Kemudian Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] melarang mereka dari meminum Ad Dubaa’ Al Hantam dan Al Muzaffat. Syu’bah berkata “terkadang Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebutkan An Naqiir dan terkadang berkata Muqayyir. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “hafalkanlah itu dan kabarkanlah kepada orang-orang di tempat kalian” [Shahih Bukhari 1/29 no 87].
Hadits di atas menjelaskan bahwa kabilah Abdul Qais adalah salah satu dari Kabilah Rabi’ah dan diantara tempat tinggal mereka dan tempat tinggal Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] di madinah terdapat tempat tinggal kabilah Mudhar [yang masih kafir]. Pertanyaannya siapakah kabilah Abdul Qais ini dan dimana mereka tinggal. Terdapat dalil shahih yang menyebutkan kalau Abdul Qais termasuk penduduk Masyriq [timur]
Telah menceritakan kepada kami Ahmad yang berkata telah menceritakan kepada kami Syabaab yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Aun bin Kahmas yang berkata telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin Hassaan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah dari Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang bersabda “penduduk Masyriq [timur] yang paling baik adalah Abdul Qais” [Mu’jam Al Awsath Thabrani 2/171 no 1615].
Hadits ini sanadnya shahih diriwayatkan oleh para perawi yang terpercaya. Berikut adalah keterangan mengenai para perawinya Ahmad syaikh [guru] Thabrani dalam sanad di atas adalah Ahmad bin Husein bin Nashr Abu Ja’far Al ‘Askariy. Daruquthni menyatakan kalau ia seorang yang tsiqat [Su’alat Hamzah 1/146 no 144].
Syabab adalah Khalifah bin Khayaath termasuk salah satu syaikh [guru] Bukhari. Ibnu Adiy menyatakan ia haditsnya lurus shaduq. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan menyatakan ia mutqin. Maslamah berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 3 no 304]. Adz Dzahabi menyatakan ia shaduq [Al Kasyf no 1409].
‘Aun bin Kahmas adalah salah satu perawi Abu Dawud. Telah meriwayatkan darinya jamaah tsiqat. Ahmad bin Hanbal berkata “tidak dikenal”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Dawud berkata “tidak disampaikan kepadaku kecuali yang baik” [At Tahdzib juz 8 no 313]. Ibnu Hajar menyatakan ia maqbul tetapi dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau ia seorang yang shaduq hasanul hadits [Tahrir Taqrib At Thadzib no 5225]. Adz Dzahabi menyatakan “tsiqat” [Al Kasyf no 4319]
Hisyam bin Hassaan adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Ma’in, Al Ijli, Ibnu Saad Ibnu Syahin, Utsman bin Abi Syaibah dan Ibnu Hibban menyatakan tsiqat. Abu Hatim dan Ibnu Adiy berkata “shaduq”. [At Tahdzib juz 11 no 75]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat dan termasuk orang yang tsabit riwayatnya dari Ibnu Sirin [At Taqrib 2/266]
Muhammad bin Sirin adalah perawi kutubus sittah tabiin yang dikenal tsiqat. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit dan ahli ibadah [At Taqrib 2/85]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat hujjah [Al Kasyf no 4898]
Hadits di atas menyebutkan kalau Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebut Abdul Qais sebagai ahlul masyriq [penduduk timur] yang paling baik. Apakah masyriq [timur] yang dimaksud?. Arah timur manakah yang dimaksud?. Dimana sebenarnya tempat tinggal kabilah Abdul Qais?. Perhatikan hadits berikut
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Aamir Al ‘Aqdiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahman dari Abi Jamrah Adh Dhuba’iy dari Ibnu Abbas yang berkata “sesungguhnya shalat jum’at yang pertama dilakukan setelah shalat jum’at di masjid Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah di masjid kabilah Abdul Qais di Juwatsa daerah Bahrain [Shahih Bukhari 2/5 no 892]
Jadi kabilah Abdul Qais yang termasuk salah satu kabilah Rabi’ah tinggal di Bahrain, lalu dimanakah Bahrain?.Bahrainadalah kawasan yang terletak di sebelah timur arah matahari terbit dari madinah. KalauBahrainadalah tempat tinggal kabilah Abdul Qais maka dimanakah tempat tinggal kafir Mudhar yang disebutkan dalam hadits Bukhari sebelumnya terletak di antara madinah [tempat tinggal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] dan Bahrain [tempat tinggal Abdul Qais]. Jawabannya gampang, ambil peta dan lihat tempat itu adalah NAJD.
Telah mengabarkan kepada kami Umar bin Sa’id bin Sinaan yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Abu Bakar dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar yang berkata sesungguhnya aku melihat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengarahkan tangannya ke arah timur dan berkata “dari sini fitnah dari sini fitnah dari sini dari arah munculnya tanduk setan”. Abu Hatim berkata “timur madinah adalah Bahrain, Musailamah berasal darinya dan keluar darinya dialah yang pertama membuat bid’ah dalam islam” [Shahih Ibnu Hibban 15/24 no 6648 Syaikh Al Arnauth berkata “shahih dengan syarat Bukhari Muslim]
KawasanBahraindan sekitarnya termasukNAJDadalah kawasan yang di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dikenal sebagai masyriq [timur] sehingga penduduknya Rabi’ah dan Mudhar disebut sebagai ahlul masyriq.
Jadi hadits fitnah yang katanya muncul dari arah timur matahari terbit dari arah munculnya tanduk setan dari Rabiah dan Mudhar maka sangat jelas tempat yang dimaksud adalahNAJD(dekatkotaRiyad) sebagaimana yang tertera jelas dalam hadits shahih.
Catatan: Dahulu Bahrain meliputi daerah kawasan timur yaitu Ahsa, Qatif dan Awal. Sekarang Ahsa dan Qatif menjadi bagian dari propinsi timur Arab Saudi dan Awal menjadi yang sekarang dikenal sebagai kepulauan Bahrain. Jadi dahulu Bahrain itu bersebelahan dengan NAJD.
MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB DAN DINASTI SAUDIA
Muhammad Bin Abdul Wahhab sangat kontroversial. Pengikutnya, kelompok Muwahhidun atau sekarang menamakan dirinya Salafi (oleh lawannya disebut Wahabi), Muhammad bin Abdul Wahhab disebut sebagai Pejuang Tauhid yang memurnikan Islam. Namun oleh lawannya, Muhammad bin Abdul Wahhab disebut sebagai sosok yang ekstrim yang disebut ‘WAHABI’. Ia dilahirkan pada tahun 1115 H (1701 M) di kampung ‘Uyainah (NAJD), lebih kurang 70 km arah barat lautkotaRiyadh, ibukota Arab Saudi sekarang. Ia meninggal dunia pada 29 Syawal 1206 H (1793 M) dalam usia 92 tahun.
Salaf, adalah kaum yang terdahulu, salaf adalah istilah bagi Ulama-ulama yang terdahulu di masa setelah Tabi’ Tabiin, namun kaum penganut ajaran wahabi menamakan dirinya salafi, padahal mereka tak mengikuti ajaran ulama salaf yang terkenal berbudi luhur, ahli ibadah, ahli ilmu syariah. Mereka ini muncul di akhir zaman justru membawa ajaran sesat dan mengaku salaf.
Ibnu Abdul Wahhab bersama dengan Ibnu Saud diberi bantuan dana dan senjata oleh Pemerintah Inggris guna melawan Kekhalifahan Islam Turki Usmani. Tidak ada catatan sejarah yang menuliskan Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Ibnu Saud atau Arab Saudi berperang melawan Inggris. Semua melawan umat Islam seperti pasukan Pemerintah Khalifah Turki Usmani.
Sultan Abdul Aziz, pendiri Arab Saudi yang notabenenya TRAH dengan Yahudi, meyakinkan Inggris untuk menciptakan sebuah negara Yahudi di tanah Palestina. Akibatnya Turki lemah sehingga Palestina pun jatuh ke tangan Inggris. Dari Inggris, Palestina diserahkan ke Zionis Yahudi. Penjajah Inggris membantu Wahabi dengan dana dan senjata untuk berontak kepada Kekhalifahan Islam Turki Usmani.
Mereka bekerjasama dengan Inggris dalam rangka bughot/ berontak terhadap Kekhalifahan Islam Turki Usmani. Kerjasama dengan Inggris pun dilanjutkan oleh Pemerintah Arab Saudi dan Wahabi. Kemudian berlanjut lagi dalam kerjasama dengan Amerika Serikat seperti menyediakan pangkalan militer bagi AS guna memerangiIraq, guna membantai ratusan ribu Muslim di Iraq termasuk Afghanistan. Hingga sekarang pun Arab Saudi dengan paham Wahabi akrab dengan AS yang merupakan pendukung utama Israel. Arab Saudi menyediakan pangkalan militer bagi tentara AS.
Ketika umat Islam dunia melihat pasukan Amerika Serikat yang hendak mendirikan pangkalan militer utama AS dalam menghadapi invasi Irak atas Kuwait, maka hal itu tidak lepas dari kebijakan orang-orang yang berada dalam kerajaan tersebut. Langkah-langkah mengejutkan yang diambil pihak Kerajaan Saudi tersebut sesungguhnya tidak mengejutkan bagi yang tahu latar belakang berdirinya KerajaanSaudi Arabiaitu sendiri. Tidak perlu susah-sudah mencari tahu tentang hal ini dan tidak perlu membaca buku-buku yang tebal atau bertanya kepada profesor yang sangat pakar.
Pergilah ke tempat penyewaan VCD atau DVD, cari sebuah film yang dirilis tahun 1962 berjudul ‘Lawrence of Arabia’ dan tontonlah. Di dalam film yang banyak mendapatkan penghargaan internasional tersebut, dikisahkan tentang peranan seorang letnan dari pasukan Inggris bernama lengkap Thomas Edward Lawrence, anak buah dari Jenderal Allenby (jenderal ini ketika merebut Yerusalem menginjakkan kakinya di atas makam Salahuddin Al-Ayyubi dan dengan lantang berkata, “Hai Salahudin, hari ini telah kubalaskan dendam kaumku dan telah berakhir Perang Salib dengan kemenangan kami!”).
Sejarah pun menyatakan, hancurnya Kekhalifahan Turki Utsmani ini pada tahun 1924 merupakan akibat dari infiltrasi Zonisme setelah Sultan Mahmud II menolak keinginan Theodore Hertzl untuk menyerahkan wilayah Palestina untuk bangsa Zionis-Yahudi. Operasi penghancuran Kekhalifahan Turki Utsmani dilakukan Zionis bersamaan waktunya dengan mendukung pembrontakan Klan Saud terhadap Kekalifahan Utsmaniyah, lewat Lawrence of Arabia. Entah apa yang terjadi, namun hingga detik ini, Kerajaan Saudi Arabia, walau Makkah al-Mukaramah dan Madinah ada di dalam wilayahnya, tetap menjadi sekutu terdekat Amerika Serikat. Mereka tetap menjadi sahabat yang manis bagi Amerika.
Mr. Hempher, agen Inggris yang mengatakan agar Penjajahan Inggris bisa bertahan, mereka harus menciptakan aliran Islam sesat guna memecah-belah kekuatan Islam di daerah jajahannya. Di Inggris dan Pakistan mereka ciptakan Ahmadiyyah yang menghilangkan Jihad. Di Iran mereka buat aliran Baha’i. Ada pun di Arab Saudi yang Islamnya sangat kuat, mereka ciptakan Wahabi yang meski kelihatannya ingin memurnikan Islam, namun dengan isyu memurnikan Islam itulah tercipta perpecahan dan peperangan antar umat Islam sehingga Pemerintah Kekhalifahan Islam Turki pun melemah akibat diserang Wahabi.
Ibnu bin Abdul Wahhab dikenal berdakwah dengan pedang atau perang sebagaimana Nabi Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Namun jika Nabi Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam] itu memerangi orang-orang kafir bersama orang-orang yang beriman, Muhammad bin Abdul Wahab justru memerangi umat Islam Thaif, Mekkah, Madinah yang dia tuduh sebagai Musyrik atau Kafir dengan bantuan persenjataan Inggris seperti senapan dan peluru.
Anehnya, Wahabi berdalih akan membersihkan Islam dari kemusyrikan dan kekafiran, Wahabi menyerang umat Islam di Thaif, Mekkah, Madinah, dsb. Tidak sedikit umat Islam yang jadi korban. Umat Islam di Mekkah dan Madinah disebut Musyrik dan Kafir. Bagaimana umat Islam diperangi dan dibunuh sementara kaum kafir Inggris justru aman dari tangan mereka? Sejalankah tindakan kaum Salafi dengan firman Allah Ta’ala: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka..” [Al Fath 29]
“..kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir..” [Al Maa-idah 54]
Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab, umat Islam sekarang lebih musyrik daripada kaum kafir Mekkah yang menyembah berhala serta ingkar kepada Allah, Al Qur’an, dan Nabi Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab Qawaidul Arba’ berkata, “Kaum musyrikin pada zaman kita ini lebih besar kesyirikannya dari pada (kaum musyrikin) terdahulu, karena (kaum musyrikin) dahulu berbuat syirik (ketika) keadaan senang dan mereka ikhlas dalam keadaan susah. Sementara kaum musyrikin zaman kita, kesyirikan mereka terus-menerus dalam keadaan senang maupun susah, dan dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai kedarat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)”. (Al Ankabut: 65)
Astaghfirullah, Janganlah sembarang menuduh Muslim Syirik atau sebutan lain yang tidak menyenangkan, dengan memakai dalil ayat-ayat Al Qur’an yang seharusnya diperuntukkan kepada orang-orang kafir Mekkah. Bahkan menyatakan umat Islam lebih syirik daripada orang-orang musyrik Mekkah.
Nabi Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda:
إذا قال الرجل لأخيه يا كافر فقد باء به أحدهما
“Apabila seseorang mengatakan kepada saudaranya: Wahai orang kafir, maka perkataan itu akan menimpa salah satu dari keduanya.” [HR Bukhari]
Karena pandangannya yang ekstrim itulah Muhammad bin Abdul Wahab ditentang bahkan oleh saudara-saudaranya sendiri yang juga ulama. Pada awalnya, idenya tidak begitu mendapat tanggapan bahkan banyak mendapatkan tantangan, kebanyakan dari saudaranya sendiri, termasuk kakaknya Sulaiman dan sepupunya Abdullah bin Husain.
Bukan cuma kakaknya yang menentang, tapi juga ayahnya, Abdul Wahhab, menentang pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab. Oleh sebab itulah sebagian ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menuding Muhammad bin Abdul Wahab tidak bersanad karena gurunya sendiri yang juga ayah kandungnya, menolak pemahamannya yang ekstrim dan nyeleneh.
Orang-orang wahabi, tak punya sanad guru, namun bisanya cuma menukil dan memerangi orang muslim. Mereka memerangi kebenaran dan memerangi ahlussunnah waljamaah, memaksakan akidah sesatnya kepada muslimin dan memusyrikkan orang orang yang shalat.
Walaupun Ibn Abdul-Wahhab dianggap sebagai Bapak Wahabisme, namun aktualnya Kerajaan Inggris-lah yang membidani kelahirannya dengan gagasan-gagasan Wahabisme dan merekayasa Ibnu Abdul-Wahhab sebagai Imam dan Pendiri Wahabisme, untuk tujuan menghancurkan dan memecah belah umat Islam.
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai umat Islam: “Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Silsilah Dinasti Saudi Arabia
Abdul Aziz bin Abdurahman bin Saud ( yang sekarang menjadi nama Saudia) bin Faisal bin Al-Maqaran/ Muqrin (nama aslinya ‘Mack-Ren’) bin Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe, adalah seorang Yahudi.
Keluarga Yahudi ini telah melakukan banyak kezaliman dibawah panji ajaran WAHABI yang dicipta oleh banu Mordakhai. Dinasti Yahudi telah melakukan aksi kebiadaban sejak 1163 H. Sampai-sampai mereka telah menamakan semenanjung tanah Arab dengan nama kakeknya ‘SAUD’ (Arab Saudi) sebagai sebuah negara kepunyaan mereka, dan semua penduduk Arab adalah hamba mereka, bekerja keras untuk kemewahan mereka (Keluarga Saudi).
“Mengapa Keluarga Saudi menamakan kerajaannya dengan ‘Arab Saudi’?, karena sebenarnaya mereka bukan asli ORANG ARAB. Setiap suku ARAB pasti mempunya nama suku/ qabilah, sedangkan keluarga SAUD tidak mempunyai nama suku/ qabilah!!. Oleh karena itu mereka memberi nama kerajaannya dengan nama kakeknya, yaitu SAUD (Saudi Arabia). Penambahan embel-embel ARABIA di belakang nama kakeknya dimaksudkan agar orang-orang menyangka bahwa mereka berasal dari qabilah arab atau paling tidak terkait dengan suku arab, bahkan membuat nama qabilah sendiri (Al-Saud) agar terlihat benar-benar seperti keturunan bangsa arab”
Raja Faisal Al-Saud pada masa kepemimpinannya tidak dapat menafikan bahwa keluarganya sangat berbaik hati kepada Yahudi. Bahkan di KoranWashingtonPost, tanggal 17 September 1969 dia menyatakan bahwa “Kami Keluarga Saud adalah saudara Yahudi. Kami tidak setuju dan menentang siapa saja dan para penguasa di Semenanjung Arab ini yang menunjukkan pertentangan terhadap Yahudi. Kita mestilah hidup bersama mereka dengan kasih sayang. Negara kami (Arab Saudi) juga merupakan cikal bakal dari keturunan Yahudi dan keturunannya telah tersebar ke seluruh dunia. Ini merupakan deklarasi Raja Faisal Al-Saud bin Abdul Aziz.
Begitu juga pada tahun 1960, ”Sawt Al Arab”, sebuah stasiun TV di Kairo, Mesir dan satu stasiun TV Yaman di Sana`a telah mempublikasikan bahwa Keluarga Saudi adalah keturunan Yahudi.
Demikian skenario keterkaitan Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Berdirinya dinasti Saudi Arabiayang dikendalikan oleh kelompok Yahudi. Wallahu A’lam Bi Shawab. [Pengamat Tanduk Setan]
Sumber: tanduksetan.wordpress.com/