Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika ada malam Nishfu Sya’bãn maka ibadahlah di malamnya dan puasalah di siang harinya. Sebab (rahmat) Allah turun di malam itu sejak terbenam matahari ke langit yang paling dekat. Allah berfirman: “Adakah yang meminta ampunan maka Aku ampuni dia, adakah yang minta rezeki maka Aku beri dia rezeki, adakah orang yang diberi musibah maka Aku sembuhkan, dan bentuk permintaan-permintaan yang lain, hingga terbit fajar” (Lathãif al-Ma’ãrif 1/151).
Oleh: Admin
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Pengertian Nishfu Sya’ban
Nishfu Sya’bãn terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab. Nishfu berarti setengah, Sya’bãn adalah nama bulan kedelapan dari dua belas bulan hijriyah. Jadi, Nishfu Sya’bãn artinya setengah Sya’ban atau pertengahan bulan Sya’ban, tepatnya tanggal 15 Sya’ban.
Di tahun 2024 ini, pada penanggalan Hijriyah tahun 1445, tanggal 15 Sya’ban jatuh pada hari Minggu, 25 Februari 2024. Namun, awal tanggal 15 Sya’ban masuknya pada sore hari ini, Sabtu 24 Februari 2024, menjelang Maghrib. Karena itu, momentum peringatan Nishfu Sya’bãn jatuh pada Sabtu malam Minggu, 24 Februari 2024.
Keutamaan Nishfu Sya’bãn
Dalam beberapa hadits, Rasulullah SAW menerangkan tentang keutamaan malam Nishfu Sya’bãn. Berbagai peristiwa penting juga terjadi saat Nishfu Sya’bãn, namun apakah peringatan Nishfu Sya’bãn sudah ada sejak masa Rasulullah SAW?
Ada beberapa keutamaan malam Nishfu Sya’bãn yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW melalui beberapa hadits. Salah satunya yakni sebagai waktu yang ditetapkan untuk mencatat amal kebaikan manusia.
Mengutip buku “Keagungan Rajab dan Sya’ban” oleh Abdul Manan Bin H. Muhammad Sobari disebutkan beberapa hadits Rasulullah SAW yang berkaitan dengan malam Nishfu Sya’bãn. Rasulullah SAW menyebut malam Nishfu Sya’bãn merupakan waktu pencatatan amal kebaikan setiap manusia.
Usamah bin Zaid berkata. “Ya Rasulullah SAW, aku tidak pernah melihatmu berpuasa sebanyak di bulan Sya’ban.” Rasulullah SAW berkata, “Ini adalah bulan yang tidak banyak diperhatikan orang-orang antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan saat berbagai amalan diangkat kepada Allah SWT. Aku suka amalanku diangkat saat sedang berpuasa.” (HR Imam An-Nasa’i).
Dalam Kitab “Syu’ãb al-Îmãn” juga terdapat riwayat yang menyebut bahwa Allah SWT akan mengampuni hamba-Nya yang memohon ampun pada malam Nishfu Sya’bãn. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila tiba malam Nishfu Sya’bãn, maka malaikat berseru menyampaikan dari Allah: adakah orang yang memohon ampun maka aku ampuni, adakah orang yang meminta sesuatu maka aku berikan permintaannya.” (HR Baihaqi)
Sejarah Peringatan Malam Nishfu Sya’bãn
Dilansir dari laman NU, Al-Imam Al-Qasthalani menjelaskan awal mula adanya peringatan malam Nishfu Sya’bãn dalam kitabnya Al-Mawãhib Al-Laduniyyah sebagai berikut:
وَقَدْ كَانَ التَّابِعُوْنَ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ، كَخَالِدَ بْنِ مَعْدَان، وَمَكْحُوْل يَجْتَهِدُوْنَ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فِى الْعِبَادَةِ، وَعَنْهُمْ أَخَذَ النَّاسُ تَعْظِيْمَهَا، وَيُقَالُ: إِنَّهُ بَلَغَهُمْ فِى ذَلِكَ آثَارُ إِسْرَائِيْلِيَّةِ، فَلَمَّا اشْتَهَرَ ذَلِكَ عَنْهُمْ اِخْتَلَفَ النَّاسُ، فَمِنْهُمْ مِنْ قَبْلِهِ مِنْهُمْ، وَقَدْ أَنْكَرَ ذَلِكَ أَكْثَرُ الْعُلَمَآءِ مِنْ أَهْلِ الْحِجَازِ، مِنْهُمْ عَطَاء، وَابْنُ أَبِى مَلِيْكَة، وَنُقِلَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْد بْنِ أَسَلَم عَنْ فُقَهَاءِ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ، وَهُوَ قَوْلُ أَصْحَابِ مَالِكٍ وَغَيْرِهِمْ، وَقَالُوْا: ذَلِكَ كُلُّهُ بِدْعَةٌ
“Tabi’in tanah Syam seperti Khalid bin Ma’dan dan Makhul, mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam Nishfu Sya’bãn. Nah dari mereka inilah orang-orang kemudian ikut mengagungkan malam Nishfu Sya’bãn. Dikatakan, bahwa telah sampai kepada mereka atsar isrãiliyyãt (kabar atau cerita yang bersumber dari ahli kitab, Yahudi dan Nasrani yang telah masuk Islam) tentang hal tersebut.
Kemudian ketika perayaan malam Nishfu Sya’bãn viral, orang-orang berbeda pandangan menanggapinya. Sebagian menerima, dan sebagian lain mengingkarinya. Mereka yang mengingkari adalah mayoritas ulama Hijaz, termasuk dari mereka Atha’ dan Ibnu Abi Malikah. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha’ Madinah menukil pendapat bahwa perayaan malam Nishfu Sya’bãn seluruhnya adalah bid’ah. Ini juga merupakan pendapat Ashab Maliki dan ulama selainnya.”
Namun demikian, ulama Syam berbeda-beda dalam melakukan ibadah malam Nishfu Sya’bãn. Pertama, dianjurkan dilakukan secara berjama’ah di masjid-masjid. Misalnya Khalid bin Ma’dan, Luqman bin Amir dan lainnya, mereka memakai pakaian terbaiknya, memakai minyak wangi, memakai celak mata dan berada di masjid. Hal ini disetujui oleh Ishaq bin Rahuwaih (salah satu Imam Madzhab yang muktabar), dan beliau mengatakan tentang ibadah malam Nishfu Sya’bãn di masjid secara berjamaah: “Ini bukan bid’ah”. Dikutip oleh Harb al-Karmani dalam kitabnya al-Masail.
Kedua, dimakruhkan untuk berkumpul di masjid pada malam Nishfu Sya’bãn untuk shalat, mendengar cerita-cerita dan berdoa. Namun tidak dimakruhkan jika seseorang shalat (sunah mutlak) sendirian di malam tersebut. Ini adalah pendapat al-Auza’i, imam ulama Syam, ahli fikih yang alim. Inilah yang paling tepat, In syã Allãh. (Syaikh al-Qasthalani dalam Mawãhib al-Ladunniyyah II/259 yang mengutip dari Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathãif al-Ma’ãrif, 151)
Dalil Nishfu Sya’bãn
1. Dalil Pertama
Dalam Kitab Sunan Ibn Majah juz 1 halaman 444, hadits nomor 1388:
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللّٰهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
Dari [Ali bin Abu Thalib] ia berkata, “Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila malam Nishfu Sya’bãn (pertengahan bulan Sya’ban), maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman: “Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang begini…hingga terbit fajar.“
Hadits di atas bernilai dha’îf. Meski demikian, Muslim tetap boleh mengerjakan amalan puasa Nishfu Sya’bãn dan shalat sunnah mutlak. Namun tidak boleh mengkhususkan, misal mewajibkan dirinya untuk ibadah tersebut hanya pada malam Nishfu Sya’bãn, pada malam lainnya tidak dikerjakan.
2. Dalil kedua
Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya (rahmat) Allah mendekat kepada hamba-Nya (di malam Nishfu Sya’bãn), maka mengampuni orang yang meminta ampunan, kecuali pelacur dan penarik pajak” (HR at Thabrani dalam al-Kabir dan Ibnu ‘Adi dari Utsman bin Abi al-‘Ash).
3. Dalil ketiga
Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda: (Rahmat) Allah turun di malam Nishfu Sya’bãn maka Allah akan mengampuni semua orang kecuali orang yang di dalam hatinya ada kebencian kepada saudaranya dan orang yang menyekutukan Allah”. (al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh Daruquthni dalam as-Sunnah dan Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid, Baca al-Amali 122) Syaikh al-Munawi berkata: Perawinya terpercaya. Baca Syarah al-Jãmi’ ash-Shaghîr 1/551)
4. Dalil keempat
Al-Hafidz Ibnu Hajar juga meriwayatkan hadits yang hampir senada dari Katsir bin Murrah: Dari Katsir bin Murrah bahwa Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Tuhan kalian melihat di malam Nishfu Sya’bãn kepada hamba-Nya, maka Ia memberi ampunan kepada mereka semuanya kecuali orang yang menyekutukan Allah dan memutus kekerabatan” (Al-Mathãlib Al-‘Aliyyah 3/242)
5. Dalil kelima
أَخْبَرَنَا أَبُوْ بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ اللّٰهِ الْمَنْصُوْرِيُّ النُّوْقَانِيُّ، بِهَا أَخْبَرَنَا أَبُوْ حَاتِمٍ مُحَمَّدُ بْنُ حَسَّانَ بْنِ أَحْمَدَ الْبُسْتِيُّ، نا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُعَافَى بِصَيْدَا، نا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ الْأَزْرَقُ، نا أَبُوْ خُلَيْدٍ وَهُوَ عُتْبَةُ بْنُ حَمَّادٍ، عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ، وَابْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ مَالِكِ بْنِ يُخَامِرَ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” يَطَّلِعُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ فِي اللَّيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ “
“Dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi shallallãhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:”Allah memperhatikan kepada semua mahkluk-Nya pada malam Nishfu Sya’bãn. Maka, Dia memberi ampunan kepada semua mahkluk-Nya, kecuali kepada orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
6. Dalil Keenam
Dalam Kitab Sunan Tirmidzi juz 2 halaman 121-122, hadits nomor 736, cetakan ke II tahun 1403 H, Dãrul Fikr, Beirut:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيْعٍ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِيْ كَثِيْرٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ، فَقَدْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيْعِ فَقَالَ: أَكُنْتِ تَخَافِيْنَ أَنْ يَحِيْفَ اللّٰهُ عَلَيْكِ وَرَسُوْلُهُ ؟ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَاءَكَ، فَقَالَ: إِنَّ اللّٰهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى سَمَآءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ
“Dari Urwah, dari Aisyah, beliau berkata “Pada suatu malam, saya kehilangan Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam. Maka saya pun keluar mencarinya, ternyata beliau ada di Baqi’, beliau bersabda: “Apakah kamu takut Allah dan Rasulnya mengabaikanmu?”. Aku menjawab: “Wahai Rasulullah, saya mengira engkau mengunjungi sebagian di antara istri-istri engkau”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya (rahmat) Allah turun ke langit yang paling bawah pada malam Nishfu Sya’bãn dan Ia mengampuni dosa-dosa yang melebihi dari jumlah bulu kambing milik suku Kalb”.
7. Dalil Ketujuh
( قَالَ الشَّافِعِيُّ ) وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ إنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِيْ خَمْسِ لَيَالٍ فِيْ لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
“Imam Syafi’i berkata: Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan dalam lima malam, yaitu: – Malam Jumat- Malam Al Adha- Malam Al Fithri- Malam awal Rajab- Malam Nishfu Sya’ban.”
Amalan di Malam Nishfu Sya’bãn
1. Membaca Yasin di Malam Nishfu Sya’bãn.
“Adapun pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’bãn setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian ulama, konon ia adalah Syeikh Al-Buni, dan hal itu bukanlah suatu hal yang buruk”. (Syaikh Muhammad bin Darwisy, Asná al-Mathálib, 234)
“Diantara keistimewaan surat Yasin, sebagaimana menurut sebagian para Ulama, adalah dibaca pada malam Nishfu Sya’bãn sebanyak 3 kali. Yang pertama dengan niat meminta panjang umur, kedua niat terhindar dari bencana dan ketiga niat agar tidak bergantung kepada orang lain”. (Fathu al-Mãlik al-Majíd, 19)
2. Berdoa di Malam Nishfu Sya’bãn.
Sejatinya tidak ada riwayat doa secara khusus yang diajarkan Nabi dalam malam Nishfu Sya’bãn ini, akan tetapi biasanya para ulama dan guru kita membaca doa yang diriwayatkan Sayyidina Abdullah Bin Mas’ud berikut ini,
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، وُرِدَ كَذَلِكَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: مَا دَعَا عَبْدٌ قَطٌّ بِهَذِهِ الدَّعَوَاتِ إِلَّا وَسِعَ اللّٰهُ فِي مَعِيْشَتِهِ: « يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ، يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْاِنْعَامِ، لَآ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، ظَهَرَ اللَّاجِيِيْنَ، وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَأَمَانَ الْخَآئِفِيْنَ، إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا فَامْحُ عَنِّيْ اِسْمَ الشَّقَآءِ، وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا، وَإِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ مَحْرُوْمًا مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ حُرْمَانِيْ وَيَسِّرْ رِزْقِيْ، وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مُوَفِّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ تَقُوْلُ فِي كِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ ” يَمْحُوا اللّٰهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ ” ».
Ibnu Mas’ud berkata: “Tidak seorang pun berdoa dengan beberapa doa berikut kecuali Allah akan melapangkan hidup baginya:
Yã dzal manni wa lã yumannu ‘alaih, yã dzal jalãli wal-ikrãm, yã dzath thauli wal-in’ãm, lã ilãha illã anta, dzhaharal lajiyîna, wa jãral mustajîrîna, wa amãnal khãifîna, in kunta katabtanî ‘indaka fî ummil kitãbi syaqiyyan fam-hu ‘annî ismasy syaqã-i, wa atsbitnî ‘indaka sa’îdan, wa in kunta katabtanî ‘indaka fî ummil kitãbi mahrûman muqtarran ‘alayya fir-rizqi fam-hu hurmãni wa yassir rizqî, wa atsbitnî ‘indaka sa’îdan muwaffiqan lil-khairãti, fa-innaka taqûlu fî kitãbikal ladzî anzalta “yamhullãhu mã yasyã-u wa yutsbitu wa ‘indahu ummul kitãbi”
“Wahai Dzat pemberi anugerah, maka tak ada yang mampu memberi anugerah pada Mu. Wahai Dzat yang agung dan mulia, pemberi anugerah dan nikmat. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Wahai penolong pengsungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi rasa aman bagi yang ketakutan. Jika Engkau menakdirkan aku di Lauh Mahfudz sebagai orang yang celaka, maka hapuskanlah. Dan tetapkanlah aku disisi Mu sebagai hamba yang beruntung dan mendapat pertolongan pada kebaikan. Engkau berfirman dalam Al-Quran: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh) –(QS. Ar-Ra’du [13]: 39)”. (Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Al-Mushannaf 7/85)
3. Shalat Sunnah di Malam Nishfu Sya’bãn.
Melaksanakan shalat sunnah secara mutlak sebagaimana dijelaskan dalam hadits: Sabda Nabi shallallãhu ‘alaihi wa sallam: “Shalat adalah sebaik-baik syariat, siapa yang ingin memperbanyak maka perbanyaklah, dan siapa yang ingin melakukan sedikit maka lakukanlah”. (Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadits ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban. Fath Al-Bãri 2/479).
Hadits inilah yang dijadikan dalil oleh Mufti Mesir dalam melaksanakan shalat sunah mutlak, namun harus menjaga betul dengan niat shalat tersebut agar tidak diniati dengan niat shalat yang tidak ada tuntunannya.
4. Puasa Nishfu Sya’bãn
Puasa di hari ke-15 bulan Sya’ban atau siang hari Nishfu Sya’bãn ada yang menyatakan bid’ah, namun tidak demikian menurut mayoritas para ulama: Puasa pada hari Nishfu Sya’bãn tidaklah dilarang. Sebab termasuk hari-hari purnama (tanggal 13-14-15 Hijriyah) yang dianjurkan untuk berpuasa di setiap bulan.
Sungguh telah ada perintah puasa pada pertengahan Sya’ban (Nishfu Sya’bãn) secara khusus. Disebutkan dalam Sunan Ibnu Majah dengan sanad yang dha’îf: Diriwayatkan dari Ali, dari Nabi shallallãhu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللّٰهَ يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى السَّمَآءِ الدُّنْيَا، فَيَقُوْلُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرُ لَهُ، أَلَا مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقُهُ، أَلَا مُبْتَلِى فَأُعَافِيْهِ، أَلَا كَذَا، أَلَا كَذَا، حَتَّى يَطْلَعَ الْفَجْرُ
“Jika ada malam Nishfu Sya’bãn maka ibadahlah di malamnya dan puasalah di siang harinya. Sebab (rahmat) Allah turun di malam itu sejak terbenam matahari ke langit yang paling dekat. Allah berfirman: “Adakah yang meminta ampunan maka Aku ampuni dia, adakah yang minta rezeki maka Aku beri dia rezeki, adakah orang yang diberi musibah maka Aku sembuhkan, dan bentuk permintaan-permintaan yang lain, hingga terbit fajar” (Lathãif al-Ma’ãrif 1/151).
Demikian penjelasan tentang Nishfu Sya’bãn, pengertian, dalil, asal usul, keutamaan, peringatan dan amalan-amalannya.
Wallãhu A’lamu bish Shawãb
_____________
* Dikutip dari berbagai sumber