Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Telah berkalam Mursyid kami yang mulia Abah Guru Sekumpul, bahwa ada 4 cara menuntut ilmu:
1. Kun ‘Ãliman
Jadilah engkau pengajar atau guru yang alim, apabila hal itu tidak mampu engkau lakukan maka;
2. Aw Muta’alliman
Jadilah engkau murid yang berguru kepada seorang mursyid disertai belajar melalui membaca kitab orang-orang sholeh.
3. Aw Mustamî’an
Bila membaca kitab pun engkau tak bisa maka jadilah engkau pendengar yang baik pada pengajian-pengajian orang yang sholeh dan berilmu. Jika tidak pula, maka;
4. Aw Muhibban
Jadilah engkau pencinta yang selalu membantu guru, membantu orang yang membaca kitab, membantu orang yang selalu mendengarkan pengajian ataupun ceramah orang-orang sholeh.
Pesan ini disampaikan oleh Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Darda,
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتُهْلِكْ . (رواه بيهقى).
“Jadilah engkau sebagai orang berilmu, atau pembelajar, atau penyimak ilmu, atau pecinta ilmu. Namun jangan jadi yang kelima, niscaya engkau celaka” (HR. Al-Baihaqi).
Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam menegaskan, jangan jadi orang kelima (khãmisan), yaitu tidak jadi guru, murid, pendengar, juga tidak menjadi simpatisan atau supporter. Celakalah golongan kelima ini.
Demikian disampaikan oleh Mursyid kami, Abah Guru Sekumpul, yang laqab aslinya bernama Syaikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani dalam kanal youtubenya:
Semoga Allah Ta’ala menerangi kubur Mursyid kami dan selalu memuliakannya dalam kehidupan kami yang tersisa ini. Ãmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
Selanjutnya, Mursyid kami yang mulia, Imam Ibnu Atha’illah As-Sakandari (1250-1309 M), seorang ulama sufi terkemuka kelahiran Mesir, telah berkalam tentang bahwa ada 10 hakikat guru yang sebenarnya. Berikut kalamnya:
لَيْسَ شَيْخُكَ مَنْ سَمِعْتَ مِنْهُ وَإِنَّمَا شَيْخُكَ مَنْ أَخَذْتَ عَنْهُ وَلَيْسَ شَيْخُكَ مَنْ وَاجَهَتْكَ عِبَارَتُهُ وَإِنَّمَا شَيْخُكَ الَّذِىْ سَرَتْ فِيْكَ إِشَارَتُهُ وَلَيْسَ شَيْخُكَ مَنْ دَعَاكَ اِلَى الْبَابِ وَإِنَّمَا شَيْخُكَ الَّذِىْ رَفَعَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ الْحِجَابَ وَلَيْسَ شَيْخُكَ مَنْ وَاجَهَكَ مَقَالُهُ وَإِنَّمَا شَيْخُكَ الَّذِىْ نَهَضَ بِكَ حَالُهُ شَيْخُكَ هُوَ الَّذِىْ أَخْرَجَكَ مِنْ سِجْنِ الْهَوَى وَ دَخَلَ بِكَ عَلَى الْمَوْلَى شَيْخُكَ هُوَ الَّذِىْ مَازَالَ يَجْلُوْ مِرْآةَ قَلْبِكَ حَتَّى تَجَلَّتْ فِيْهَا اَنْوَارَ رَبِّكَ
“(1) Guru sejati bukanlah orang yang engkau dengar (ceramah-ceramah) sebatas dari lisannya saja. (2) Tapi dia adalah seorang yang menjadi tempatmu di dalam mengambil hikmah dan akhlak. (3) Bukanlah guru sejati, seseorang yang hanya membimbingmu sekedar makna dari kata-kata. (4) Tapi orang yang disebut guru sejati bagimu adalah orang yang isyarat-isyaratnya mampu menyusup dalam sanubarimu. (5) Dia bukan hanya seorang yang mengajakmu sampai ke pintu. (6) Tapi yang disebut guru bagimu itu adalah orang yang (bisa) menyingkap hijab (penutup) antara dirimu dan dirinya. (7) Bukanlah gurumu, orang yang ucapan-ucapannya membimbingmu. (8) Tapi yang disebut guru bagimu adalah orang yang aura kearifannya dapat membuat jiwamu bangkit dan bersemangat. (9) Gurumu yang sejati adalah yang membebaskan mu dari penjara hawa nafsu, lalu memasukanmu ke ruangan Tuhan-mu. (10) Guru sejati bagimu adalah orang yang senantiasa menjernihkan cermin hatimu, sehingga cahaya Tuhanmu dapat bersinar terang di dalam hatimu”.
Pada sisi lain, Mu’adz bin Jabal radhiyallãhu ‘anhu berkata:
تَعَلَّمُوْا الْعِلْمَ فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ حَسَنَةٌ وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ وَمُذَاكَرَتَهُ تَسْبِيْحٌ وَالْبَحْثُ عَنْهُ جِهَادٌ وَبَذْلُهُ قُرْبَةٌ وَتَعْلِيْمَهُ لِمَنْ لَا يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ
“Belajarlah ilmu, sesungguhnya mempelajari ilmu adalah suatu kebaikan, mencari ilmu adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih, membahas suatu ilmu adalah jihad, bersungguh-sungguh terhadap ilmu adalah pengorbanan, mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak memiliki pengetahuan adalah sedekah”.
Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
حَدَّثَنَا مَكْحُولٌ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ « إِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ » إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَرَضِيهِ وَالنُّونَ فِي الْبَحْرِ يُصَلُّونَ عَلَى الَّذِينَ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ الْخَيْرَ
“Makhul berkata, “Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Keutamaan seorang yang berilmu dari seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas orang-orang yang paling rendah di antara kalian, kemudian beliau membaca surat Fathir ayat 28, “innamã yakhsyallãha min ‘ibãdihil ‘ulamã`” (bahwa yang takut kepada Allah dari hamba-hambaNya adalah para ulama). Sesungguhnya Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi, serta ikan di lautan (selalu) bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”
Semoga Allah Ta’ala merahmati, memberkahi, melimpahkan rizki dan memberi kesehatan kepada kita semua. Ãmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
__________
* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita