بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, Al-Qur’an, sunnah Nabi SAW, dan kehidupan Rasulullah SAW adalah dasar paling penting yang membangun tasawwuf.
Mengenai hal itu, Allah SWT berfirman:
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّي سَيَهْدِينِ ۞
“Dan dia (Ibrahim) berkata, ‘Sesungguhnya, aku harus pergi (menghadap) kepada Tuhanku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Ash-Shãffãt [37]: 99).
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّٰهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللّٰهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ۞
“Katakanlah: ‘Inilah jalanku yang aku dan orang-orang yang mengikutiku kepada Allah dengan pandangan yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.” (QS. Yûsuf [10]: 108).
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ ۞
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya)” (QS. Al-A’rãf [7]: 3).
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۞
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (QS. Al-Jatsiyah [45]: 18).
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ ۞
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”. (QS. Al-Baqarah [2]: 285)
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُمْ بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۚ إِنَّ اللّٰهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ ۞
“Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: “Kami dengar dan kami taati”. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi hati(mu).” (QS. Al-Mãidah [5]: 7)
Pesan Imam Ahmad bin Hanbal rah.
Imam Ahmad bin Hanbal, Imam para pengikut ahli Sunnah, berkata: “Jangan engkau bertaklid kepadaku atau Imam Syafi’i, Imam Auza’i atau Imam Ats-Tsaury tapi ambillah dari mana asal mereka mengambil. Siapa saja menolak Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia berada di tepi kehancuran.
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ ۞
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya)” (QS. Al-A’rãf [7]: 3).
Pesan Imam Syafi’i rah.
Imam Syafi’i dari keluarga Ahlul Bait, berkata: “Setiap orang ada yang pendapatnya sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan juga ada yang tidak sesuai. Jika saya berkata dengan suatu pendapat dari Rasulullah tapi kenyataannya bertentangan dengan ucapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, maka pendapat yang benar adalah ucapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan itulah pendapat saya”.
“Orang-orang Islam telah melakukan ijma’ bahwa siapa saja yang jelas mempunyai dalil berupa Sunnah Rasulullah maka tidak dihalalkan bagi seorang meninggalkan karena ucapan orang lain. Jika kamu mendapatkan hal-hal yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam buku saya, maka ikutilah ucapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan itulah pendapat saya juga. Jika suatu Hadits itu Shahih maka itulah mazhab saya”.
Beliau berkata kepada Imam Ahmad bin Hanbal, “anda lebih pandai dari saya tentang dan keadaan para periwayat hadits, jika anda tahu bahwa sesuatu hadits itu Shahih maka beritahukanlah kepada saya sehingga saya akan berpendapat dengan Hadits itu“.
“Setiap masalah, yang mempunyai dasar Hadits Shahih menurut para ahli Hadits dan bertentangan dengan pendapat saya, maka saya akan kembali pada Hadits tersebut selama hidup atau sesudah mati”.
Pesan Imam Imam Malik rah.
Imam Malik, imam penduduk Madinah, berkata: “Sesungguhnya saya adalah manusia biasa, yang dapat salah dan dapat juga benar. maka perhatikan secara kritis pendapat saya. Jika sesuai dengan Kitab dan Sunnah ambillah, dan setiap pendapat yang tidak sesuai dengan Kitab dan Sunnah tinggalkanlah”.
“Setiap orang sesudah Nabi dapat diambil ucapannya dan dapat pula ditinggalkan, kecuali, ucapan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam”.
Pesan Imam Abu Hanifah rah.
Imam Abu Hanifah, ajaran-ajaran fiqihnya menjadi pijakan kebanyakan orang, berkata (Abu Hanifah): “Tidak diperbolehkan seseorang mengambil pendapat kami sebelum mengetahui dari mana kami mengambilnya. Haram bagi yang tidak mengetahui dalil saya, kemudian memberi fatwa dengan kata-kata saya, karena saya adalah manusia biasa yang sekarang bicara sesuatu dan esok tidak bicara itu lagi”.
“Jika saya mengucapkan pendapat yang bertentangan dengan Al-Qur’an serta hadits Nabi Shallahu alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataan saya”.
Pesan Imam Junaid rah.
Imam Junaid rah. mengatakan,”Tidak ada seorang pun yang mampu mencapai Allah, kecuali dengan Allah. Dan jalan untuk mencapainya adalah mengikuti manusia pilihan, Rasulullah SAW.”
Imam Ahmad bin al-Hawari rah. berkata, ”Segala amal yang tidak mengikuti sunnah Nabi adalah tidak benar.”
“Syaikh Abdul Qasim Al-Junaidi Al-Baghdadi ra berkata: “Ajaran-ajaranku ini diikat kuat dengan kitab dan sunnah. Barangsiapa yang tidak menjaga Al-Qur’an dan Al-Hadits, maka itu tidak boleh diikuti dalam urusan ini (tasawwuf), sebab ilmu kami ini diikat dengan Kitab dan Sunnah“.
Pesan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, qsa.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, qsa berkata: “Ketahuilah wahai anak-anakku, mudah-mudahan Tuhan memberikan taufiq kepada kami dan engkau dan semua ummat Islam, aku wasiatkan kepada kamu bahwa engkau tetap menjalankan syari’at dan memelihara batas-batasnya”.
“Ketahuilah wahai anak-anakku, bahwa thariqat kami ini didasarkan atas al-Qur’an dan as-Sunnah. Syariat dan tasawwuf, kedua-duanya mesti menjadi satu. Kebenaran atau hakikat tidak akan diperoleh dengan hanya menggunakan pengetahuan melalui pancaindera dan alam kebendaan. Dengan cara tersebut tidak mungkin mencapai sumbernya. Ibadat dan penyembahan memerlukan kedua-duanya, yaitu peraturan syari’at dan makrifat.”
Bagi para sufi, tasawwuf adalah akhlak dan etika. Ia mengosongkan diri dari segala keburukan (takhalli) serta menghiasi diri dengan pengabdian kepada Tuhan (tahalli). Para sufi adalah orang-orang yang ingin mengabdi kepada Allah sehingga cahaya-cahaya Ilahiah terpancar kepada diri mereka. Teladan mereka adalah Rasulullah SAW.[]
Source: Demi Maha Cinta