Sahabat…
Merenungkan nasihat Syeikh Al-Islam Muhyiddin Ibnu Araby memang membuat kita menjadi hati-hati dalam menjalani suluk. Berikut kami sajikan kelanjutan dari bekal yang pertama dan kedua. Marilah kita tafakkuri bersama…
TIGA
Terpenting, dari apa yang engkau butuhkan adalah akhlak mulia, karakter dan perilaku yang tepat benar; kau harus mengidentifikasi bagian dirimu yang buruk dan menghilangkan keburukan itu. Hubunganmu dengan siapapun harus berdasarkan akhlak mulia –yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tipe kebutuhan tiap orang.
Barangsiapa yang menolak satu poin dari akhlak mulia, itu berarti dia masih memiliki karakter buruk. Setiap manusia diciptakan berbeda satu dengan lainnya. Level tiap orang berbeda. Karakter dan perilaku baik juga memiliki level yang berbeda. Perilaku bukanlah sebuah bentuk. Bukan juga dijalankan dalam cara yang sama pada setiap keadaan setiap orang.
Berperilakulah sesuai situasi dan kondisi, dan sesuai tipe kebutuhan orang dalam hubunganmu dengan seseorang atau kelompok. Indikator/aturan perilaku baik itu adalah jika perilaku itu membawa kepada jalan keselamatan, kebenaran, kenyamanan, kedamaian, ketenangan, memberikan perlindungan, tiada menyakitkan lahir bathin dan tiada menimbulkan kesengsaraan bagi orang lain, bagi diri pribadi, dan sebisa mungkin bagi banyak orang, dimana dilakukan semata mengharapkan keridhoan Allah swt.
Bukankah manusia merupakan pelayan-Nya? Tiada sedikitpun bagian dari kehidupannya yang tidak bertujuankan Allah. Allah Satu-satunya Yang membatasinya. Kehendaknya, kebebasan pilihannya, dan takdirnya tertulis di dahinya, dimana Tangan Sang Kuasa berada di atas segala kehendak dan perilakunya. Allah lah tempat segala sesuatunya bergantung.
Hadits Nabi Muhammad saw., “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat shaleh maka pahalanya atas Allah. Sesungguhnya Dia tidak mencintai orang-orang yang zalim.” (TQS.42: 40)
Ayat al-Quran di atas menyatakan bahwa ketika kita disakiti, kita boleh membalasnya dengan hal serupa atau membiarkannya saja dengan memberikan maaf, tidak membalas, sehingga kita nanti dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang dicintai, selamat, dan benar sebagai Janji Allah.
Salah satu dari poin akhlak yang baik adalah marah dan memberikan hukuman yang adil benar (‘adil bilhaqq) sesuai hukum agama. Kemarahan dan manifestasinya (hukuman dll) merupakan dosa besar jika dilakukan berdasarkan hawa nafsu pribadi. Pergunakan marah kepada seseorang yang menantang Allah.
Merupakan hal terbaik memisahkan diri dari orang-orang yang tidak sekeyakinan denganmu, yang tidak berusaha melaksanakan syariat agama dan tidak berusaha melaksanakan kebenaran, dan yang menjelek-jelekkan iman dan agamamu. Tetapi, engkau tetap tidak boleh membalas mereka dengan menjelek-jelekkan mereka. Tugasmu adalah menghindari mereka, ke luar dari barisan/ perkumpulan mereka dan masukilah sekumpulan orang-orang beriman. Habiskan waktumu dengan berzikir, memuliakan Allah dan mengabdi kepada-Nya alih-alih menghabiskan banyak perdebatan dan kekesalan bersama mereka.
Layani, rawat dengan baik orang-orang yang membutuhkanmu: para pekerjamu, anak-anakmu, istri atau suamimu, ibu dan ayahmu, sanak saudaramu, teman-temanmu, dan hewan peliharaanmu, juga tanamanmu. Allah memberikan mereka semua kepada tanganmu hari ini untuk mengujimu. Engkau berada dalam perawatan-Nya. Layani dan rawat mereka sebagaimana Engkau menginginkan Al-Ahad melayani dan merawatmu.
Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Segala ciptaan bergantung kepada Allah.” Dia Allah memberikan amanah tanggungan berupa keluarga dll ke dalam tanganmu. Karena itu, mengapa Rasul-Nya saw. berkata, “Dia yang paling dicintai Allah adalah dia yang memberikan pelayanan dan perawatan terbaik kepada orang-orang yang menjadi tanggungannya.”
Tunjukkan cinta, kasih sayang, kepekaan/empati/simpati, kemurahan hati, dan perlindungan kepada orang-orang yang berada dalam tanggunganmu. Jika engkau benar-benar mengharapkan cinta kasih sayang Allah dan perlindungan-Nya, ingatlah bahwa sepenuhnya engkau bergantung kepada-Nya Al-Ahad, Tuhan dan Pemilik jagat raya dan seisinya.
Ajarkan kata-kata Allah yang terdapat dalam kitab suci-Nya dan akhlak mulia kepada anak-anakmu. Buatlah kondisi pengajaran yang menyenangkan agar mereka dapat mempelajarinya dengan baik. Lakukan itu tanpa mengharapkan balasan apapun dari mereka.
Pertama: ajarkan kehati-hatian/ kewaspadaan, kesabaran, berpikir yang benar.
Kedua: hati-hati jangan sampai menempatkan cinta dunia di dalam hati mereka.
Ketiga: ajari mereka untuk tidak menyukai sesuatu yang dapat menumbuhkan kebanggaan: barang mewah, pakaian bagus, makanan lezat dan minuman enak, obsesi, ambisi; Biarkan anak-anakmu mendapatkan hal pertentangan dari semua itu. Patahkan keinginan-keinginan mereka. Sesungguhnya semua hal itu akan menggiring kepada akhlak yang buruk. Sadarilah dengan sebenarnya sadar akan hal ini. Sederhanalah, karena kesederhanaan akan menjauhkanmu dan anak-anakmu dari akhlak yang buruk dan mendekatkan kepada akhlak mulia. Sederhanalah, lakukan dengan benar-benar khusyu’ dan mendekatlah kepada Allah dengan jalan ad-diin (al-iman, al-islam, al-ihsan).
Jangan berdekatan dengan mereka yang tidak mencari Allah, mereka yang menjadi budak dari keinginan-keinginan (hawa-nya nafs) dan syahwat mereka. Hati mereka jauh dari cahaya kebenaran dan mereka dilemparkan masuk ke dalam lubang kegelapan nyata, sebagaimana yang telah mereka lakukan kepada hati mereka. Jika engkau sedang berada bersama mereka, hadapi mereka dengan baik dan berilah nasihat seperlunya. Jika mereka malah menyakitimu, hal itu dikarenakan mereka tidak mengerti. Jangan membalas mereka kembali. Bagaimanapun bentuk perlakuan mereka kepadamu, sesakit apapun yang mereka berikan, tetaplah engkau berperilaku baik. Hingga kemudian saatnya nanti mereka pun menjadi suka dan menghormatimu, dan barangkali pada suatu saat nanti mereka yang tadinya menyerangmu malah mengikutimu.
Jangan pernah merasa puas dengan tingkat spiritualmu; mikraj-lah terus. Mikraj-lah dengan penuh kehati-hatian, tanpa pernah berhenti. Melalui shalat yang benar ditujukan bagi Allah, Al-Haqq, akan membawamu kepada suatu keadaan yang akan memperkokoh kedirianmu. Dalam setiap tingkatan, dalam setiap pergerakan/perjalanan, sedang melakukan sesuatu atau diam, selalulah jujur dan penuh iman. Selalulah bersama Al-Haqq. Jangan pernah sekalipun melupakan-Nya. Rasakanlah Kehadirannya, selalu.[]
Sumber: What the Seeker Needs, Muhyiiddiin Ibn ‘Arabi (terjemahan ke bahasa Indonesia oleh Dwi Afriyanti A.)