“Syaikh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya adalah seorang Mursyid Tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyyah yang memiliki segudang gelar akademik”.
Oleh: Muhammad Afdhal
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.
Kelahiran dan Masa Kecil
Pangkalan Brandan adalah sebuah kota kecil di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Di kota yang berada di pesisir pantai timur pulau Sumatera inilah letak ladang minyak tertua kedua di Indonesia yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1891, di mana minyak pertama yang diekspor oleh Indonesia berasal dari kilang minyak tersebut.
Pada tanggal 20 Juni 1917, bertepatan dengan tanggal 30 Sya’ban 1335 H, di kota yang menjadi jalur penghubung antara provinsi Sumatera Utara dan Aceh inilah, lahir seorang anak yang kelak menjadi seorang tokoh ulama besar di bidang tasawuf, guru besar metafisika, Mursyid (guru spiritual) dalam ajaran Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah, sekaligus sebagai seorang cendikiawan muslim, dan tokoh di dunia pendidikan. Beliau adalah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, sang founder, pendiri Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, yang dilahirkan dengan nama kecil Muhammad Amin.
Beliau adalah anak ke empat dari lima bersaudara. Ibunya bernama Siti Dour Aminah Siregar, sedangkan ayah Beliau bernama Sutan Sori Alam Harahap yang berasal dari kampung Sikarang-karang, Padang Sidempuan, seorang pegawai perminyakan di Bataafse Petroleum Maatschappij (BPM), sebuah perusahaan minyak Belanda, anak perusahaan Royal Dutch Shell yang melakukan eksplorasi minyak di Pangkalan Brandan.
Prof. Dr. H. Kadirun Yahya bukan hanya besar dalam lingkungan yang kental akan nuansa Islami, Beliau juga turunan dari tokoh-tokoh spiritual tarekat, di mana kakek-kakek Beliau adalah dua orang Syaikh Tarekat, baik dari pihak ayah maupun ibu Beliau, yaitu Syaikh Yahya dari pihak ayah dan Syaikh Abdul Manan dari pihak ibu. Sehingga tak jarang keluarga ini mendapat kunjungan dari para Syaikh pada zaman itu, di mana pada kesempatan-kesempatan inilah sedikit banyak Beliau mendengar tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah.
Kedua kakek Beliau, Syaikh Yahya dan Syaikh Abdul Manan inilah yang memberi nama kecil Muhammad Amin kepada Beliau. Kemudian setelah besar Beliau diberi nama Kadirun Yahya, oleh Syaikh Abdul Wahab Rokan, seorang tokoh besar tarekat dari Babussalam (Basilam), Tanjungpura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Pada masa itu Pangkalan Brandan adalah kota yang memiliki nuansa Islami sangat kental, dan banyak para ulama Tarekat mengembangkan ajarannya di kota ini dan sekitarnya. Demikian pula keluarga Sutan Sori Alam Harahap. Keluarga ini juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islami religius di dalam kesehariannya. Pada masa kecilnya, Prof. Dr. H. Kadirun Yahya muda sering menghabiskan waktu dengan bermain-main dan mengaji di Masjid Azizi, sebuah masjid megah di kota Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, yang saat itu merupakan ibu kota kesultanan Langkat.
Dikarenakan pembawaan Beliau yang sopan dan penuh santun, selalu ringan tangan untuk membantu orang lain, karena terbawa dari pendidikan dan contoh dari lingkungan rumah Beliau, sehingga tak jarang pengurus masjid meminta Beliau untuk mengumandangkan Adzan di masjid tersebut, bila masuk waktu Sholat. Kesempatan menjadi muadzin di Masjid Azizi yang sangat indah ini merupakan sebuah kehormatan yang langka didapat, apa lagi di umur Beliau yang saat itu masih muda belia.
Inilah masjid yang dibangun oleh Sultan Langkat Haji Musa al-Muazzam Syah sejak tahun 1899, dan selesai dibangun serta diresmikan oleh putranya, Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah pada tahun 1902. Rancangannya ditangani oleh GD Langereis, seorang arsitek berkebangsaan Jerman, dengan para pekerja dari etnis Tionghoa dan masyarakat Langkat sendiri, sedangkan bahan bangunannya banyak didatangkan dari Penang Malaysia dan Singapura. Sehingga masjid yang dibangun atas anjuran Syaikh Abdul Wahab Rokan Babussalam ini, bisa dikatakan sebagai salah satu simbol kebesaran agama Islam di Langkat.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya |
Pendidikan
Prof. Dr. H. Kadirun Yahya tumbuh besar di dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islami, di mana di dalamnya jelas mengajarkan kepada kita untuk menimba ilmu pendidikan. Termotivasi dari situlah, maka Prof. Dr. H. Kadirun Yahya demikian haus untuk menimba ilmu di lautan dunia pendidikan, dan Beliau senantiasa berupaya keras mengejar impian tersebut. Adapun pendidikan yang dienyam oleh Beliau adalah sebagai berikut:
- HIS Negeri 1924 – 1931 (tamat) di Tanjung Pura;
- MULO-B Negeri 1931 – 1935 (tamat dengan voorklasse) di Medan;
- AMS-B Negeri 1935 – 1938 (tamat dengan beasiswa) di Yogyakarta;
- Kuliah Ilmu Ketabiban 1938 – 1940;
- Kuliah Ilmu Jiwa Amsterdam 1940 – 1942 (tamat) Masa perang Dai Toa, pendidikan berhenti;
- Kuliah Agama Islam (bagian tasawuf/Sufi) selama 7 tahun : 1947 – 1954, mendapat tiga buah ijazah;
- Kuliah Indologie dan Bahasa Inggris 2 tahun, 1951 – 1953;
- M.O Bahasa Inggris Ie Gedeelte tahun 1953, Bandung;
- Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika, tahun 1962;
- Doktor dalam Ilmu Filsafat (Kerohanian dan Metafisika Tahun 1968);
- Lulus ujian sarjana lengkap (Drs) dalam Ilmu Fisika – Kimia tahun 1973;
- Lulus ujian sarjana lengkap (Drs) dalam Bahasa Inggris tahun 1975 (Sebagai Magister Nomor g dan h).
Dapat dilihat di sini, bahwa Prof. Dr. H. Kadirun Yahya demikian serius menimba ilmu, sebagai bekal untuk memantaskan diri dalam mengarungi kehidupan ini. Dan dengan berbekal jenjang pendidikan tersebut, sehingga Beliau dikaruniai Allah SWT dengan tiga macam bidang keilmuan dan keahlian:
- Ilmu Fisika – Kimia (mengajar selama kurang lebih 20 tahun);
- Bahasa Inggris, Bahasa Jerman dan Bahasa Belanda (mengajar selama kurang lebih 15 tahun);
- Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika/Agama Islam bagian Tasawuf dan Tarekat (mengajar dan mempraktekkannya sejak 1950 hingga tahun 2001).
Secara garis besar ketiga tema besar keilmuan dan keahlian Beliau tersebut, diaplikasikannya dalam empat aktivitas utama, yaitu:
- Mengajarkan Agama Islam bagian tasawuf dan Tarekat serta memimpin iktikaf/suluk berdasarkan metode Tarekat Naqsyabandiyah;
- Membantu ilmu ketabiban/kedokteran antara lain terhadap penyakit “lever abscess”, “lung abscess”, narkotika, kanker kulit, kanker payudara, hemarrhoide (wasir), jantung, tumor, batu empedu, pankreas dan lever, prostad, AIDS, menstruasi bulanan yang tidak pernah berhenti selama 8 (delapan) tahun dan berbagai penyakit aneh serta ganjil yang tidak dapat disembuhkan secara medis sebab mengandung unsur ghaib;
- Pembinaan kerohanian bagi masyarakat dan generasi muda yang “sesat jalan”, putus sekolah, kecanduan narkotika dan minuman keras, kenakalan remaja (memberikan kepada mereka pendidikan formal/informal);
- Bidang-bidang lainnya meliputi ketatanegaraan, menumpas Atheisme/komunisme, kemasyarakatan dan lain-lain.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya senantiasa mendapat kunjungan yang tidak putus-putusnya dari insan-insan yang berdatangan dari segenap pelosok tanah air bahkan dari luar negeri, antara lain dari Malaysia, Thailand, Amerika, Belanda, sampai Saudi Arabia, yang berkunjung ke kediaman Beliau demi hanya sekedar untuk dapat bertatap muka dengan Beliau.
Pertemuan-pertemuan tersebut tak jarang memberikan kesan yang sangat mendalam, menyentuh hati, mampu menyelesaikan berbagai masalah kehidupan sehari-hari tamu-tamu Beliau, bahkan sampai permasalahan-permasalahan besar dari berbagai lembaga atau negara. Karena itu, tak heran jika sebagian besar dari tamu-tamu yang datang berkunjung tersebut kemudian memutuskan untuk berguru kepada Beliau.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya |
Pekerjaan
Berbekal kepada ilmu pendidikan yang cukup, disertai dengan akhlaq yang baik dan pergaulan yang luas, maka tak heran banyak pengalaman Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dalam dunia pekerjaan, di mana hampir keseluruhan pekerjaan yang Beliau geluti mengantarkan kepada kesuksesan.
Namun Beliau sangat sadar, kesuksesan yang sejati bagi Beliau adalah bagaimana menjadi manusia yang Rahmatan lil alamin, manusia yang berguna untuk manusia lainnya, yang berguna untuk negaranya, dan berguna untuk dunia beserta isinya.
Adapun pekerjaan yang pernah diemban Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya selama hidupnya adalah:
- Guru Sekolah Muhammadiyah di Tapanuli Selatan 1942 – 1945;
- Kepala industri perang sekaligus merangkap guru bahasa Panglima Sumatera (Mayjend. Suharjo Hardjowardoyo) dengan pangkat Kolonel Inf. di Komandemen Sumatera Bukit Tinggi 1946 – 1950);
- Staf Pengajar SPMA Negeri Padang Tahun 1950 – 1955;
- Staf Pengajar SPMA Negeri Medan Tahun 1955 – 1961;
- Staf Departemen Pertanian (DEPTAN) Jakarta Tahun 1961 – 1968;
- Ketua Umum Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya tahun 1956 – 2001;
- Guru Besar USU, UNPAD, UNU, UNPAB, Universitas Prof. Dr. Mustopo, SESKOAD, UMSU/AFHIM, tahun 1960 – 1978;
- Rektor UNPAB dan Koordinator Perguruan Panca Budi, tahun 1961 – 1998;
- Aspri Panglima Mandala I Sumatera, sebagai Kolonel akif pada masa Dwikora di bawah pimpinan Letjend A. Yunus Mokoginta, tahun 1964 – 1965;
- Aspri Panglima Mandala I, Sumatera, sebagai Kolonel aktif pada penumpasan G.30S/PKI, di bawah pimpinan Letjend A. Yunus Mokoginta, tahun 1965 – 1967;
- Anggota Dewan Curator Seksi Ilmiah USU, tahun 1965 – 1970;
- Pembantu Khusus/Kolonel aktif Dirbinum Hankam, dibawah pimpinan Letjend R. Sugandhy, tahun 1967 – 1968;
- Rektor Post Graduate Studies Jakarta (yang pertama di RI), tahun 1968 – 1971;
- Diperbantukan dari Deptan ke Penasehat Ahli Menko Kesra, tahun 1968 – 1974;
- Penasehat pribadi Freelance Menteri Pertahanan Malaysia, tahun 1974 – 1975;
- Penasehat ahli Menko Kesra, tahun 1986 – 1998;
- Penasehat ahli/Konsultan Direktorat Litbang Mabes Polri Jakarta tahun 1990 – 2001;
- Anggota MPR RI, Tahun 1993 – 1998.
Organisasi
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya merupakan sosok yang memiliki jiwa sosial tinggi, membaur dalam banyak aspek kehidupan. Beliau aktif dalam berbagai organisasi, ikut berperan serta dalam beraneka kegiatan, yang semata-mata dengan niatan untuk mengembangkan ajaran Tarekat yang Beliau bawa dalam diri dan kehidupan Beliau, untuk diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun berbagai organisasi yang diikuti oleh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, adalah sebagai berikut:
- Anggota Sarjana Veteran;
- Ketua Umum Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Tahun 1956 – 1998;
- Ketua Umum Islamic Phylosophical Institute (non politik) dalam dan luar negeri, Tahun 1960 – 1972;
- Anggota Presidum Seksi Ilmiah merangkap Ketua Cabang Sumatera Utara Tim Konsultasi Penganut Agama seluruh Indonesia, Tahun 1962 – 1972;
- Penasehat umum Yayasan Baitul Amin, Jakarta, Tahun 1963 – 2001;
- Anggota K.I.A.A. Jakarta, Tahun 1964;
- Penasehat Yayasan Hutapungkut (Ketua : H. Adam Malik), Tahun 1965 – 1978;
- Anggota World Organization Religion and Science, Tahun 1969 – 1970;
- Sponsor/Anggota Golongan Karya, Tahun 1970 – 1998;
- Anggota Asean Law & Association, Tahun 1984 – 2001;
- Ketua Majelis Pertimbangan Daerah Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumatera Utara, Tahun 1987 – 2001;
- Anggota Dewan Pembina/kehormatan Badan Musyawarah Masyarakat Minang Sumatera Utara, Tahun 1987 – 1990;
- Anggota Dewan Pembina Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah/Golkar, Tahun 1989 – 2001;
- Penasehat Gerakan Seribu Minang (Gebu Minang), Tahun 1989 – 2001;
- Anggota Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Tahun 1991 – 2001.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya |
Sejarah Berguru
Sekembalinya dari menempuh pendidikan kuliah Ilmu Jiwa di Amsterdam, Belanda, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya muda mulai belajar mengenal tarekat melalui salah seorang khalifah dari Syaikh Syihabuddin Aek Libung (1892-1967) yang berasal dari Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan, pada era tahun tahun 1943-1946. Pada waktu itu masa pergolakan (penjajahan Jepang) hingga masa perjuangan melawan agresi militer Belanda pasca kemerdekaan. Walaupun kondisi sedang sulit, hal itu tidak memudarkan semangatnya untuk mempelajari tarekat lebih dalam, sebagai jalan menuju Tuhan.
Pernikahan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya muda dengan putri Syaikh Haji Jalaluddin yang bermukim di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, memberinya peluang untuk memperdalam tarekat. Kala itu rumah Syaikh Haji Jalaluddin menjadi posko tempat perkumpulan pasukan yang akan berangkat perang di zaman penjajahan, dan merupakan tempat pertemuan para Syaikh tarekat.
Di rumah mertuanya inilah pada tahun 1947 Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya muda berkenalan dengan Syaikh yang kelak menjadi guru utamanya, yaitu Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan, seorang Syaikh tarekat Naqsyabandiyah yang tinggal di nagari Buayan Lubuk Aluang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, yang mendapatkan ijazah tarekat Naqsyabandiyah dari Syaikh ‘Ali al-Rida di Jabal Abu Qubays, Mekkah, yang dibantu oleh Syaikh Husain. Keduanya adalah khalifah dari Syaikh Sulaiman al-Zuhdi.
Kemudian, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya diundang oleh Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan untuk datang ke rumah salah seorang murid Beliau yang bernama Syiaudin Syahib di daerah Pasar Atas Bukit Tinggi. Saat itulah pertama kalinya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mengikuti kegiatan tawajuh atau zikir berjamaah yang dipimpin oleh Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim.
Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan adalah orang yang sangat disiplin dalam melaksanakan ketentuan tawajuh, dan biasanya siapa saja yang belum ikut tarekat belum diperbolehkan ikut dalam kegiatan ini dan harus menunggu di luar. Tetapi pada waktu kegiatan tawajuh hendak dilaksanakan, saat itu Sayyidi Syaikh M. Hasyim Buayan melihat Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya muda, dan membolehkannya ikut tawajuh dengan diajarkan kaifiat (tata cara) singkat oleh khalifahnya pada saat itu juga.
Ini merupakan peristiwa yang langka terjadi pada murid Tarekat Naqsyabandiyah seperti yang terjadi atas diri Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, yaitu belum memasuki tarekat tetapi sudah mengikuti kegiatan tawajuh. Hal ini menunjukkan tanda-tanda bahwa Beliau sudah mendapat hidayah dari Allah SWT.
Peristiwa langka berikutnya yang dialami Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah dalam situasi Agresi Militer Belanda II, pada tahun 1949, di mana saat itu Beliau mengungsi ke pedalaman Tanjung Alam, Batu Sangkar, Sumatera Barat. Di sinilah Beliau berkenalan dengan Syaikh yang termasyhur yaitu Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam (1873-1958), seorang Syaikh dari Guguk Salo (Tanjung Alam, Batusangkar) yang juga dikenal dengan sebutan Syaikh Abdul Majid Guguk Salo.
Pada saat itu Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bermohon kepada Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam untuk dapat mengikuti suluk yang dipimpin oleh Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam. Namun pada awalnya Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam menolak karena Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mempunyai guru, yaitu Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan. dan harus mendapatkan izin dari gurunya tersebut.
Kemudian Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam secara batin memohon izin pada Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan, dengan izin yang didapat secara batin itulah maka Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dapat mengikuti suluk tersebut.
Pada hari kelima suluk, Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam mengatakan kepada Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, untuk meneruskan memimpin suluk sampai selesai penutupan suluk. Dengan kepatuhan yang tinggi Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya pun memimpin suluk hingga selesai. Satu lagi bukti kelebihan yang diperolah Beliau dari Allah SWT, yaitu sebelum menjadi Syaikh, tapi telah diberi kepercayaan dan amanah memimpin suluk (mensulukkan orang).
Setelah suluk berakhir, maka Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, diangkat menjadi Syaikh oleh Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam dan dianugrahi satu ijazah yang isinya sangat memberikan kemuliaan kepada Beliau.
Pada saat itu Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sebagai seorang yang masih muda dan tidak memiliki apa-apa merasa tidak berhak menerima kemuliaan itu, dia merasa sebuah tanggung jawab yang maha besar disandarkan dipundaknya, tetapi Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam mengatakan bahwa hal itu telah digariskan untuk Beliau dari Allah SWT, karena guru Beliau pernah berkata bahwa suatu saat Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam akan memberikan ijazah kepada seorang yang dicerdikkan Allah SWT. Dan Beliau mengatakan kepada Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bahwa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya kelak akan menjadi guru dari orang–orang cerdik pandai dan ahli mengobat.
Menurut menantu/wakil/penjaga suluk yaitu khalifah H. Imam Ramali, Syaikh Abdul Majid Guguk Salo pernah berkata bahwa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, adalah orang yang benar-benar mampu melaksanakan suluk dan kelak akan dikenal di seluruh dunia sebagai pembawa tarekat Naqsyabandiyah.
Selanjutnya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, kembali menjumpai Sayyidi Syaikh M. Hasyim Buayan untuk mempertanggung jawabkan kegiatan Beliau yang “di luar prosedur lazim” tersebut, yaitu ikut bersuluk di tempat Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam, dan ada perasaan bersalah di dalam dirinya. Dengan rendah hati dan takut akan gurunya, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya memohon izin untuk bersuluk kepada Sayyidi Syaikh M. Hasyim Buayan pada saat bila sang guru Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan akan membuka suluk. Ternyata hal ini diperkenankan oleh sang guru dengan langsung membuka suluk khusus pada saat itu juga, terkhusus untuk Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, murid utama terkasih sang guru.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sangat erat hatinya dengan gurunya, Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan. Selama guru Beliau hidup setiap minggu Beliau ziarah kepadanya pada kisaran tahun 1950-1954. Dan hal ini tidak berhenti setelah guru Beliau wafat, ziarah tetap dilanjutkan dilanjutkan antara satu sampai tiga kali dalam setahun.
Pada tahun 1950, Sayyidi Syaikh M. Hasyim Buayan mengangkat Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menjadi Syaikh. Pemberian ijazah kepada Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sekaligus menempatkannya dalam daftar silsilah ke-35 dalam urutan silsilah Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah. Dua tahun kemudian Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendapatkan predikat Syaikh penuh dengan gelar Sayyidi Syaikh.
Karena besarnya rasa sayang dan cinta Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya kepada gurunya, maka pantaslah penilaian yang diberikan Sayyidi Syaikh M. Hasyim Buayan tentang Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, adalah:
- Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, mendapatkan pujian tinggi antara lain dari segi ketakwaan, kualitas pribadi dan kemampuan melaksanakan suluk sesuai dengan ketentuan akidah dan syariat Islam;
- Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah satu-satunya murid yang diangkat menjadi Sayyidi Syaikh oleh gurunya di makam moyang guru, yaitu Sayyidi Syaikh Sulaiman al-Khalidi Hutapungkut (1841-1917) di Hutapungkut, Kota Nopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara, dan diumumkan ke seluruh Negeri pada saat itu.
- Dalam Ijazah Beliau dicantumkan kalimat “Guru dari orang-orang cerdik pandai dan ahli mengobat”. Beberapa puluh tahun kemudian kalimat dalam ijazah ini terbukti kebenarannya
- Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, diberikan izin untuk melaksanakan dan menyesuaikan segala ketentuan Tarekat Naqsyabandiyah dengan kondisi zaman, sebab semua hakikat ilmu telah dilimpahkan gurunya pada Beliau.
- Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, adalah orang yang benar-benar mampu melaksanakan suluk sesuai dengan pesan guru Beliau yang disampaikan kepada menantu/penjaga suluk/khalifah Anwar Rangkayo Sati.
Sebagaimana pada awalnya begitu pulalah pada akhirnya. Pada suatu saat yang lain, Syaikh Syihabuddin Aek Libung Sayur Matinggi juga memberikan ijazah dan pengakuan sebagai Syaikh Tarekat kepada Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya. Pada awalnya, melalui salah seorang khalifah dari Syaikh Syihabuddin Aek Libung Sayur Matinggi inilah mula-mula Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mengenal tarekat pada tahun 1943-1946. Syaikh Syihabuddinn Aek Libung Sayur Matinggi pernah berkata kepada cucunya yang menjaga suluk, yaitu Syaikh Husein, bahwa kelak muridnya yang benar-benar dapat menegakkan suluk adalah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya.
Pada tahun 1971, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya berziarah dan bertemu dengan Syaikh Muhammad Said Bonjol (1881-1979), seorang Syaikh besar yang berasal dari daerah Bonjol, Sumatera Barat. Setelah tawajjuh, Syaikh Muhammad Said Bonjol memutuskan untuk memberikan kepada Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sebuah benda berwujud semacam mahkota yang konon telah berusia lebih dari 300 tahun, yang dititipkan oleh guru Syaikh Muhammad Said Bonjol, yaitu Syaikh Ibrahim Kumpulan (1764-1914), di mana Syaikh Ibrahim Kumpulan juga mendapatkannya dari gurunya, yaitu Sayyidi Syaikh Sulaiman Al-Qarimi (Jabal Abu Qubaisy, Mekkah), dengan pesan agar kelak diberikan kepada “seseorang yang pantas, yang memiliki tanda-tanda tertentu”.
Puluhan tahun berlalu, barulah “orang yang pantas” tersebut ditemukan oleh Syaikh Muhammad Said Bonjol, yaitu Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya. Bersamaan dengan penyerahan mahkota itu terjadi hujan rintik-rintik yang disertai petir tunggal menggelegar dan gempa bumi. Peristiwa ini lazim terjadi setiap kali ada timbang terima amanah besar.
Silsilah Tarekat
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah dengan silsilah keguruan (atau disebut juga dengan Genealogi Kemuttashilan Sanad/ Silsilah Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiah) sebagai berikut:
- Sayyidina Abu Bakar Ash Siddiq R.A.;
- Sayyidina Salman Al Farisi R.A.;
- Sayyidina Qasim Bin Muhammad Bin Abu Bakar Ash Siddiq R.A.;
- Sayyidina Imam Ja’far Ash Shadiq R.A.;
- Al ‘Arif Billah Sultanul Arifin Asy Syaikh Abu Yazid Thaifur Bin Isa Bin Sarusyan al Bisthami, yang dimasyhurkan namanya Syaikh Abu Yazid Al Bustami Quddusu Sirruhu Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abul Hasan Ali Bin Abu Ja’far Al Kharqani Q.S;
- Al’Arif Billah Asy Syaikh Abu Ali Al Fadhal Bin Muhammad Aththusi Al Farimadzi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abu Yaqub Yusuf Al Hamadani Bin Yusuf Bin Al Husin Q.S dengan nama lain Abu Ali Assamadani;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abdul Khaliq Al Fajduwani Ibnu Al Imam Abdul Jamil Q.S; yang nasbnya sampai kepada al Imam Malik Bin Anas R.A.;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Ar Riwikari Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Mahmud Al-Anjir Faghnawi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Ali Ar Ramitani yang dimasyhurkan namanya dengan Asy Syaikh Azizan Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Baba Assamasi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Amir Sayyid Kulal al Bukhari Bin Sayyid Hamzah Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Baha’al Din Naqsabandi Asy Syariful Al Husaini Al Hasani Al Uwaisy Al Bukhari Q.S, yang dimasyhurkan namanya As Syaikh Bahauddin Naqsyahbandi;
- Al ‘Arif Billah Maulana Syaikh Muhammad ‘Ala’uddin Al Athar Al Bukhari Al Khawarizumi QS, yang dimasyhurkan namanya dengan Asy Syaikh Alauddin Al Ththar Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abu Ya’qub Al Jarkhi Al Hasyary Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Nashiruddin Ubaidullah Al Ahrar Assamarqandi bin Mahmud Bin Shihabuddin Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Azzahid As Samarqandi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Darwisy Muhammad Samarqandi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Al Khawajaki Al Amkany Assamarqandi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muayyiduddin Muhammad Al Baqi Billah Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Ahmad Al Faruqi As Sirhindi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Ma’shum As Sirhindi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Saifuddin Al Ma’sum Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Asy Syarif Nur Muhammad Al Badwani Al Ma’sum Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Syamsuddin Habibullah Jani Janani Muzhir Al ‘Alawi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abdullah Addahlawi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Maulana Asy Syaikh Dhiyauddin Khalid Al Utsmani Al Kurdi Al Baghdadi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abdullah Al Affandi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Sulaiman Al Qarimi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Sayyidi Syaikh Sulaiman Az Zuhdi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Sayyidi Syaikh Ali Ridha Q.S;
- Al ‘Arif Billah Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Al Khalidi Q.S;
- Al ‘Arif Billah Sayyidi Syaikh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi Q.S.
Akhir Hayat
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya berpulang ke rahmatullah pada tanggal 9 Mei 2001, atau 15 Safar 1422 H, dalam usia 84 tahun, dan dimakamkan di Surau Qutubul Amin Arco, Depok, Jawa Barat.
Sepeninggal Beliau, mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dilanjutkan oleh anak kandungnya, yaitu Syaikh Iskandar Zulkarnain Q.S. Kemudian setelah Syaikh Iskandar Zulkarnain Q.S dipanggil kehadirat Allah SWT pada tanggal 24 April 2005 atau 15 Rabiul Awwal 1426 H, Syaikh Abdul Khaliq Fadjuani Q.S, adik kandung Syaikh Iskandar Zulkarnain, menjadi mursyid penerus tarekat ini. Pada tanggal 15 November 2018 atau 7 Rabiul Awwal 1440 H, Syaikh Abdul Khaliq Fadjuani berpulang ke rahmatullah, kemudian mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dilanjutkan oleh anak kandung ketujuh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, yaitu Syaikh Ahmad Farki Q.S.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah seorang tokoh sufi kenamaan di era modern. Sebagai seorang profesor yang menekuni ilmu-ilmu fisika, kimia dan matematika, serta menulis risalah-risalah tentang metafisika, Beliau dinilai telah berhasil merekonsiliasi pengalaman mistis dalam tarekat dengan ilmu sains. Kombinasi antara pengetahuan ilmiah dengan reputasi pencapaian spiritual yang tinggi ini, menjadi daya tarik khusus bagi kalangan kaum intelektual untuk mempelajari tarekat yang dibawanya.
Bagi pengikutnya, zikir dengan metode tarekat dianggap sebagai solusi penting untuk menjawab bebagai permasalahan dalam kehidupan, termasuk politik, ekonomi, sosial, bahkan berbagai permasalahan yang lain. Apalagi kemudian Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya juga mendirikan sebuah perguruan tinggi, Universitas Pembangunan Panca Budi di Medan, untuk mendorong program pendidikan metafisika yang ia kembangkan. Dari situlah pemikiran sufistik ditafsirkan kembali sebagai sumber inspirasi untuk praktek keagamaan yang sesuai dengan perkembangan jaman.
Karena itulah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dikenal sebagai seorang tokoh sufi teknokrat, sekaligus sebagai seorang pakar dalam ilmu an-nazhari (ilmu al-kasbi) dan banyak sekali menerima limpahan rahmat karunia Allah yang berbentuk Ilmu Al-Kasyfi dan ilmu laduni. Di samping itu Beliau juga dikenal sebagai sosok seorang sufi yang kaya, memiliki berbagai bidang unit usaha, seperti agrobisnis, pabrik air minum, pertukangan/perbengkelan, keterampilan, jasa (biro travel) dan yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial.
Karya-karya ilmiah pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah banyak menginspirasi para penulis, akademisi, dan peneliti di Indonesia, Malaysia, maupun beberapa negara lainnya. Tercatat lebih dari 30 tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia, bahasa Melayu, maupun bahasa Inggris, berupa skripsi, thesis, disertasi, makalah forum ilmiah, jurnal, sampai buku, yang telah mengulas pemikiran Beliau, sosok pribadi dan perjalanan spiritualnya, maupun pergerakannya dalam dakwah tarekat.
Hal ini menunjukkan bahwa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah dianggap banyak memberi pengaruh dalam berkembangnya Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Pemikiran dan pergerakannya telah membuat banyak orang mengikuti ajaran tarekat tersebut, atau sekedar menjadikannya sebagai ilmu pengetahuan secara ilmiah saja. Kini Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang dibawa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah berkembang luas menjadi salah satu tarekat terbesar di Indonesia maupun di Malaysia, dan telah tersebar sampai ke Amerika Serikat. [MUA]
____________
Sumber Tulisan: Biografi Prof. Dr. H. Kadirun Yahya
Article Source: Jatman