“Dari data peta migrasi genetik, secara ilmiah terbukti jika leluhur Syekh Jumadil Kubro berasal dari Hijaz (Makkah-Madinah), lalu bergerak menuju Irak-Iran, bergerak menuju ke Uzbekistan (Asia Tengah), bergerak menuju ke India (Pakistan), lantas kemudian hijrah menuju Nusantara.”
Oleh: Branda Lokamaya*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Sebuah pusara dikenal sebagai Kubur Tunggal. Disebut begitu karena sebelum dibangun cungkup yang besar seperti sekarang, pusara itu terletak di dalam sebuah cungkup dan berdiri sendiri. Di sinilah konon Syekh Jumadil Kubra dimakamkan. Seorang syekh yang kepadanya semua wali Jawa dihubungkan.
Pada nisannya terdapat kutipan ayat-ayat Al-Qur’an: “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu” (QS. Ali Imran: 185) dan “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati” (QS. Al-Anbiya: 35).
Kutipan lainnya berbunyi: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami kamu dikembalikan” (QS. Al-Ankabut: 37); “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (QS. Ar-Rahman: 26-27); dan “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali Allah” (QS. Al-Qashas: 88).
Selain itu, ada dua kalimat dalam bahasa Arab dan Asmaul Husna. Sedangkan nama Syekh Jumadil Kubra malah tak tertera pada nisan. Kendati demikian, haulnya digelar rutin. Peziarah berdatangan setiap malam Jumat Legi membuat makam Troloyo di Trowulan, Mojokerto, itu terkenal sebagai tempat peristirahatan terakhir sang mubaligh.
Tercatat pada Naqobah Ansab di Irak, Mesir dan Pakistan
Sayyid Jamaluddin alias Makhdum Jumadil Kubro merupakan leluhur sejumlah Wali Nusantara (yang kelak menurunkan para Ulama Nusantara). Berikut silsilah dan biografi leluhur Sayyid Jumadil Kubro sesuai itsbat Naqobah Ansab (lembaga pencatat nasab) di Negara Irak, Mesir, dan Pakistan.
Nama Sayyid Jamaluddin atau Makhdum Jumadil Kubro tercatat secara resmi oleh Naqobah Ansab (lembaga pencatat nasab) internasional sebagai bagian dari keluarga Al-Bukhori Al-Kazimi Al-Husaini. Di antara naqobah yang mencatat nama beliau adalah Naqobah Irak, Mesir, dan Pakistan.
Makhdum Jumadil Kubro (Syekh Jumadil Kubro) berasal dari Pakistan. Sementara datuknya berasal dari Uzbekistan. Beliau adalah putra dari Makhdum Mahmudinil Kubro. Namanya tercatat di sejumlah Naqobah Internasional. Naqobah Irak, Mesir, dan India (Pakistan) secara resmi mencatat nasab beliau sebagai berikut:
Sayyid Jamaluddin (Makhdum Jumadil Kubro) bin Mahmud Nasiruddin (Makhdum Mahmudinil Kubro) bin Jalaluddin Husain bin Ahmad Kabir bin Husain Jalaluddin al-Bukhori bin Ali bin Jafar bin Muhammad bin Mahmud bin Ahmad bin Abdullah bin Ali Al-Asyqori bin Jafar az-Zaki bin Ali Al-Hadi An-Naqi bin Muhammad At-Taqi Al-Jawad bin Ali Ar-Ridho bin Musa Al-Kazim bin Jafar Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah Az-Zahra binti Rasulillah SAW.
Sebelum berdakwah ke Bumi Nusantara, Syekh Jumadil Kubro lahir dan tumbuh di Pakistan (India). Sementara leluhurnya berasal dari Hijaz (Makkah-Madinah) yang bermigrasi ke Irak-Iran, lalu berpindah ke Asia Tengah (Uzbekistan), untuk kemudian berada di India (Pakistan).
Pergerakan migrasi leluhur Syekh Jumadil Kubro ini, tercatat dalam sejumlah manuskrip dan data Naqobah Ansab. Tak hanya bersumber dari manuskrip dan data Naqobah, dari penelitian DNA yang diambil dari sampel dzuriyah pun, peta migrasi genetik menunjukan jalur yang sinkron.
Peta migrasi Leluhur Wali Nusantara |
Dari data peta migrasi genetik, secara ilmiah terbukti jika leluhur Syekh Jumadil Kubro berasal dari Hijaz (Makkah-Madinah), lalu bergerak menuju Irak-Iran, bergerak menuju ke Uzbekistan (Asia Tengah), bergerak menuju ke India (Pakistan), lantas kemudian hijrah menuju Nusantara.
Berikut biografi singkat para leluhur Syekh Jumadil Kubro yang semula berasal dari Hijaz, lalu pindah ke Irak-Iran, kemudian hijrah ke Bukhoro (Uzbekistan), untuk selanjutnya berpindah ke India (Pakistan), dan terakhir ke Tanah Nusantara.
1. Husain Jalaluddin Al-Bukhori
Husain Jalaluddin bin Ali Al-Bukhori dilahirkan di Bukhoro (Uzbekistan). Beliau datang ke India bersama dua anaknya yang bernama Ali dan Ja’far. Beliau sosok pertama yang hijrah ke India dari Uzbekistan. Ketika sampai di Bahakkar (Pakistan), ia menikah dengan perempuan setempat yang bernama Zahra.
Ketika Zahra meninggal dunia, ia kembali menikah dengan saudari dari istrinya yang bernama Fatimah. Kemudian keluarga ini pindah ke Kota Al Ujj, Pakistan. Dari pernikahan ini, Husain Jalaluddin dikaruniai dua putra bernama Muhammad dan Ahmad.
2. Ahmad bin Husain Jalaluddin
Ahmad bin Husain Jalaluddin dikenal dengan Ahmad Kabir. Ia menikahi perempuan dari Kota Al Ujj yang bernama Huwaid Hatun. Dari pernikahan ini, ia dikaruniai seorang anak bernama Husain. Sepeninggal istrinya, ia menikah lagi dengan perempuan bernama Bibi Hatun. Dari pernikahan kedua ini, ia dikaruniai dua anak bernama Shodruddin Muhammad dan seorang Putri.
3. Husain bin Ahmad Al-Ujj
Husain bin Ahmad, juga dikenal dengan nama Makhdum Jihaniyan. Beliau memilik 3 istri. Istri pertama adalah putri pamannya yang bernama Muhammad (pernikahan ini dikaruniai anak bernama Nashiruddin Mahmud), istri kedua dari Bangsawan Delhi (pernikahan ini dikaruniai putra bernama Abdullah), istri ketiga perempuan berbangsa Rom (dari pernikahan ini berputra Ali Akbar).
4. Nashiruddin Mahmud
Dalam data Nusantara, nama Nashiruddin Mahmud dikenal dengan Mahmudinil Kubro. Beliau memiliki 3 istri. Dari 3 istri ini, beliau memiliki keturunan sebanyak 25 anak. Di antaranya bernama Jamaluddin. Dalam kitab Bahrul Matholib Fii Ansaabil Abi Tholib, keturunan Mahmudinil Kubro ini disebut secara lengkap sebagai berikut:
(1) Ismail, (2) Alauddin, (3) Syihabuddin, (4) Alamuddin, (5) Abdul Haq, (6) Syarifuddin, (7) Abdul Rozaq, (8) Faizullah, (9) Isa, (10) Sirojuddin, (11) Taifur, (12) Baha’uddin, (13) Makhdum Hamid, (14) Hazrat Burhanuddin, (15) Qutubuddin, (16) Kamaludin, (17) Jalaluddin, (18) Husamuddin, (19) Jamaluddin, (20) Qoyyum, (21) Zainul Abidin, (22) Abdul Wahab, (23) Asadullah, (24) Salahudin, (25) Islam Shah.
5. Jamaluddin Kubro
Sayyid Jamaluddin Kubro atau Syekh Jumadil Kubro ulama yang berdakwah ke berbagai daerah di Nusantara. Ini alasan beliau punya banyak petilasan di berbagai daerah. Namun secara ilmiah, sesuai dawuh Gus Dur, beliau dimakamkan di Tosora, Bugis, Sulawesi Selatan. Jamaluddin alias Jumadil Kubro adalah leluhur para Wali Nusantara (penyebar islam abad 15 yang kelak menurunkan ulama-ulama Nusantara).
Syekh Jumadil Kubro bergelar Al-Bukhori Al-Kazhimi Al-Husaini. Al-Bukhori adalah nisbat leluhurnya, karena berasal dari Bukhoro (Uzbekistan). Al-Kazhimi sebagai penanda beliau keturunan Sayyid Musa Al-Kazhim. Sementara Al-Husaini karena turun dari cucu Nabi Muhammad SAW yang bernama Sayyid Husain.
Syekh Jumadil Kubro adalah ayah dari Maulana Ibrohim Asmaraqandi. Kakek dari Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel). Buyut dari Makdum Ibrohim (Sunan Bonang).
Terkait gelar Makdhum yang juga melekat pada Syekh Jumadil Kubro (Makhdum Jumadil Kubro), adalah ciri khas para ulama penyebar Islam di Pakistan dan Asia Tengah (Uzbekistan). Sosok pertama bergelar Makhdum adalah Sayyid Husain bin Ahmad Al-Ujj (Makhdum Jihaniyan), yang tak lain adalah datuk dari Makhdum Jumadil Kubro.
Gelar Makhdum juga disandang sejumlah Wali Nusantara. Di antaranya Makhdum Asmoroqondi, Makhdum Ampel Denta, Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Makhdum Gunung Jati (Syarif Hudayatullah), dan lainnya. Sandangan gelar Makhdum ini menunjukkan kedekatan ajaran yang dibawa Wali Nusantara dengan tanah asal para leluhurnya (Uzbekistan).
Sumber Artikel:
1. Hasil Isbat Naqobah Irak, Mesir, dan India (Pakistan)
2. Kitab Nuzhatul Khowatir Wa Bahjatul Masami’ (kitab Al I’lam Biman Fi Tarikhil Hindi Minal A’lam)
3. Kitab Tadzkirotus Saadah Al Bukhoro
4. Kitab Luqotatul ‘Ajlan
5. Kitab Bahrul Matholib Fii Ansaabil Abi Tholib
6. Tulisan R. Tubagus Mugi Nurfadhil (Rabithah Babad Kesultanan Banten)
____________
Source: Jurnaba.Co