Home / Relaksasi / Renungan / Surat Cinta dari Allah SWT

Surat Cinta dari Allah SWT

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Al-Qur’an menyampaikan bahwa di dunia terdapat musibah dan semua musibah terjadi atas izin Allah. Namun, ada orang yang bertanya, bukankah Allah itu Maha Baik, lalu kenapa Allah mengizinkan adanya musibah?

Ada yang menjawab bahwa terdapat dua Tuhan. Ada Tuhan yang baik dan ada Tuhan yang tidak baik dan jawaban itu tidak memuaskan nalar atau akal kita. Ada juga yang mengatakan bahwa Tuhan sudah bosan, karena manusia selalu durhaka. Ada juga yang mengatakan bahwa apa yang kita lihat tidak baik, hakikatnya itu adalah baik jika dilihat secara keseluruhan.

Banyak pendapat yang disampaikan, tetapi musibah hakikatnya adalah surat cinta Tuhan. Tuhan merindukan hamba-Nya, karena ketika Tuhan mengirimkan undangannya berupa kenikmatan dan kemewahan, manusia tidak memedulikan undangan Tuhan tersebut untuk naik ke langit.

Maka, Tuhan mengubah surat undangannya dalam bentuk musibah. Musibah dalam makna ujian keburukan (balaun sayyiah) mampu mengangkat martabat kemanusiaan. Namun, musibah dalam makna ujian kebaikan (balaun hasanah) sulit manusia untuk lulus, sehingga lebih banyak orang gugur dari ujian kemewahan daripada ujian musibah.

Kata musibah diulang oleh Allah beberapa kali dalam Al-Qur’an. Kata musibah diambil dari kata ashaba. Musibah dalam bahasa Al-Qur’an adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Musibah dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai bencana. Dalam Al-Qur’an, istilah yang dipakai untuk bencana adalah fitnah. Fitnah dalam Al-Qur’an diartikan sebagai bencana yang muncul akibat ulah manusia dan menimpa orang yang salah dan orang yang tidak bersalah.

Misalnya, sopir bus yang ugal-ugalan, kemudian menyebabkan kecelakaan yang merupakan bencana untuk yang lain. Istilah lain yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah bala. Bala artinya adalah ujian, bukan marahnya Tuhan (dalam bahasa Indonesia) dan bala datangnya dari Allah. Bala pasti dialami oleh manusia dan sumbernya adalah dari Allah. Istilah yang lain lagi adalah azab yang bermakna siksaan yang disesuaikan dengan tindakan seseorang dan selalu menyakitkan, tetapi Allah sering mengurangi walaupun mestinya secara adil harus setimpal.

Terkait ulah manusia, dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa tidak ada yang terjadi di luar izin Allah. Izin Allah maksudnya adalah adanya sistem dalam semesta (sunatullah). Misalnya, jika kita sedang berkendara membawa sepeda motor dan kemudian terjadi hujan deras, maka sistem yang berlaku adalah untuk tidak memacu kendaraan bermotor dengan cepat, karena jika tidak demikian maka kita akan terjatuh. Mahasiswa untuk bisa lulus ujian, mesti belajar. Api pastilah bersifat panas dan es pasti bersifat dingin dan semua itu adalah sistem yang berlaku pada semesta dan jika ingin selamat manusia mesti mengikuti sistem tersebut.

Allah adalah Rabbil ‘alamin, pemelihara alam semesta. Dalam pemeliharaan alam terkadang ada yang tidak baik bagi perspektif yang lain. Misalnya, meletusnya gunung berapi dan lain sebagainya yang menimpa orang yang berdosa dan tidak berdosa. Jadi, perlu untuk ditempatkan sesuatu pada tempatnya, apakah itu musibah, bala, atau itu adalah fitnah?

Penderitaan adalah salah satu ujian kenaikan kelas. Tanpa ujian, biasanya tidak ada kenaikan kelas. Namun, masih banyak manusia yang tidak memahami bahwa musibah dan penderitaan adalah ujian kenaikan kelas. Di balik setiap musibah dan penderitaan selalu ada rahasia Tuhan yang sulit ditebak. Musibah, bala, kekecewaan, dan ketidaknyamanan, bisa diubah menjadi sebuah kenyamanan, jika suasana batin aktif di dalam hati seseorang. Musibah dan penderitaan yang seharusnya menjadi sesuatu yang merepotkan, mengecewakan, menyakitkan, dan memalukan, tetapi ada orang yang berhasil menjadikannya sebagai suatu kenikmatan.

Penderitaan, rasa sakit, kecewa, malu, menderita, dan tertekan, hanyalah masalah psikologis. Musibah bisa dijadikan batu loncatan untuk naik lebih tinggi dari tempat semula. Banyak contoh dalam kehidupan kita musibah dijadikan sebagai hikmah untuk lebih maju, kreatif, dan berhasil.

Jangan memusuhi musibah karena pasti terasa lebih sakit. Jangan memusuhi penyakit karena pasti penyakit itu lebih terasa mendera. Nikmati penderitaan itu, niscaya kadar rasa sakitnya akan berkurang secara signifikan.

Dalam kosmologi Islam dikenal ada dua sayap kehidupan yang menerbangkan seseorang menuju Tuhan, yaitu sayap sabar dan sayap syukur.

Sayap sabar terbentuk dari ketabahan seseorang menerima cobaan berat dari Tuhan, seperti musibah, penyakit kronis, penderitaan panjang, dan kekecewaan hidup. Jika sabar menjalani cobaan itu, maka dengan sendirinya terbentuk sayap-sayap yang akan mengangkat martabat dirinya di mata Tuhan.

Sayap kedua ialah syukur. Sayap syukur terbentuk dari kemampuan seseorang untuk secara telaten mensyukuri berbagai karunia dan nikmat Tuhan.

Oleh: Fuad Mahbub Siraj, Staf Pengajar Universitas Paramadina Jakarta

 

About admin

Check Also

Serat Kalatida

“Sebuah syair kuno gubahan Ranggawarsita menggambarkan sebuah zaman di negrinya yang rusak” Oleh: H. Derajat* ...