بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Rindu Sang Ibu Nyai Mas Rarasantang
Dikisahkan pada kisah sebelumnya, Pengembaraan Sunan Gunung Jati untuk bertemu Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Sunan Gunung Jati berhasil menemui Nabi Sulaiman AS di salah satu pulau yaitu Pulau Manjeti.
Sunan Gunung Jati mendapatkan wejangan dari Nabi Sulaiman dan juga diberikan satu cincin mustika maklumat dari Nabi Sulaiman.
Satu cincin yang mengeluarkan cahaya yang begitu terang benderang, dan kemudian hilang menyatu bersama jiwa Sunan Gunung Jati.
Suasana hening dan sakral dalam pertemuannya dengan Nabi Sulaiman AS tersebut menjadi pengalaman spiritual yang sangat berarti bagi Sunan Gunung Jati.
Tidak berselang lama, setelah memberikan wejangan dan mewasiatkan cincin maklumat kepada Sunan Gunung Jati, kemudian Nabi Sulaiman AS pun pamit dan menghilang dari hadapan.
Nabi Sulaiman AS pun menghilang dari tempat persemayaman di Pulo manjeti, konon diceritakan Nabi Sulaiman alaihissalam berada di tempat tersebut selama beratus-ratus tahun lamanya.
Keberadaan Nabi Sulaiman AS semata-mata menunggu kedatangan seorang Putra Mesir yang sedang mencari kesejatian ilmu Allah yang kelak ia akan menegakkan perintah Allah dan ajaran rasulnya.
Seseorang tersebut tidak lain adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati setelah pertemuannya dengan nabi Sulaiman ‘alaihissalâm, kemudian berpamitan kepada Qomarullah yang telah mengantarnya bertemu dengan Nabi Sulaiman.
Sunan Gunung Jati kemudian melanjutkan perjalanannya mencari Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu, di waktu yang bersamaan, sang ibunda Sunan Gunung Jati yaitu Nyai Mas Rarasantang dirundung pilu karena rindu terhadap Putra sulungnya Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati sudah lama tidak bertemu dengan ibundanya Nyai Mas Rara Santang.
Sang ibunda begitu sedih dan sangat khawatir dengan keadaan Sunan Gunung Jati, karena sudah sangat lama ia tidak mengetahui kabar dan keberadaan anaknya, Sunan Gunung Jati.
Merasakan kesedihan yang sangat dalam, dan rasa rindu yang begitu terasa berat di kalbu, Sang Ibunda Nyai Mas Rarasantang kemudian bertafakur dan berdoa siang malam kepada Allah SWT.
Dalam doanya sang ibunda Nyai Mas Rarasantang meminta agar putranya Sunan Gunung Jati, selalu dijaga dan dijauhkan dari marabahaya.
Nyai Mas Rarasantang pun berdoa semoga hajat dari putranya segera terwujud yaitu bisa segera bertemu dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Nyai Mas Rarasantang kemudian melakukan tirakat, dan dalam tirakatnya Nyai Mas Rara Santang mendengar suara tanpa rupa sebanyak 3 kali.
Suara yang begitu jelas terdengar yang berbunyi,
“Jika dirimu sayang pada putramu pergilah ke tanah Jawa tepatnya di Gunung Jati”, terdengar jelas suara tanpa rupa.
Tak lama kemudian Nyai Mas Rarasantang teringat akan keberadaan gurunya di Gunung Jati yaitu Syekh Nurjati, lalu segera ia mengheningkan cipta, dan tak terasa sampailah ia di Gunung Jati.
Nyai Mas Rarasantang dalam sekejap sudah berada di hadapan seorang Petapa yang tak lain adalah gurunya sendiri, yaitu Syekh Nurjati.
Sang Guru lalu menyambut muridnya Nyai Mas Rarasantang dan bertanya, kenapa tiba-tiba ia datang ke Gunung Jati dan meninggalkan negara Mesir.
Nyai Mas Rarasantang pun menerangkan perihal kedatangannya setelah ditinggalkan Putra sulungnya yang berkelana, ia menjadi sangat sedih dan rindu yang teramat sangat.
Setelah mendengar apa yang dikatakan Nyai Mas Rarasantang, kemudian Sang Guru pun memerintahkan Nyai Mas Rarasantang untuk menunggu di tempat itu.
Syekh Nurjati memberi nama tempat itu menjadi Batu Dampul, karena kelak di tempat tersebutlah Nyai Mas Rarasantang akan bertemu dengan putranya, Sunan Gunung Jati.
Syekh Nurjati pun berpesan agar jelas Nyai Mas Rarasantang tetap bersabar dan selalu waspada kepada sukmajati.
Setelah menerima pesan dan wejangan dari Syekh Nurjati, Nyai Mas Rarasantang pun mengerti dan ia pun langsung menghaturkan sembah bakti kepada gurunya, Syekh Nurjati.
Pertemuan antara nabi Sulaiman AS dan Sunan Gunung Jati pada saat itu, bisa diartikan ke dalam pertemuan batiniah namun ada pula sebagian catatan yang menyebutkan bahwa pertemuan tersebut benar-benar terjadi secara nyata atau dzahir.
Oleh: Rahman Prayitno Sodikin
Sumber: YouTube Bujang Gotri
Sumber Artikel: Portal Majalengka