Oleh: Ki Aji Saptorenggo
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Dengan berpedoman kepada Mursyid kami terdahulu Kyai Muhammad Arjaen agar murid-muridnya selalu memegang teguh sikap mensucikan cita-citanya dengan selalu mawas diri, maka kami mencoba menggalinya dari satu pedoman orang tua kami yang selalu ditanamkan kepada anak-anaknya.
Sikap hidup orang Indonesia, pada umumnya, selalu menjaga etika dan taat kepada adat-istiadat warisan nenek moyangnya, selalu mengutamakan kepentingan umum atau masyarakatnya daripada kepentingan pribadinya, jelas tergambar dalam pedoman-pedoman hidup yang sangat populer.
Dalam hal ini, dapat kami ambilkan contoh dari pedoman sikap hidup orang Jawa seperti: Aja Dumeh dan anjuran untuk menghindari Aji Mumpung.
Aja Dumeh adalah pedoman mawas diri bagi semua orang jawa yang sedang dikaruniakan kebahagiaan hidup oleh Tuhan YME. Aja Dumeh adalah suatu peringatan agar seseorang selalu ingat kepada sesamanya. Pedoman mawas diri tersebut diantaranya berbunyi sebagai berikut :
• Aja Dumeh Kuwasa, tumindake daksura lan daksia marang sapada-pada, (janganlah mentang-mentang sedang berkuasa, segala tindak-tanduknya pongah dan congkak serta sewenang-wenang terhadap sesamanya).
• Aja dumeh pinter, tumindake keblinger (janganlah mentang-mentang diakui pintar lalu kebijaksanaannya menyimpang dari aturan yang seharusnya).
• Aja Dumeh Kuat lan Gagah, tumindake sarwa gegabah (jangan mentang-mentang kuat dan gagah lalu tindakannya serba gegabah).
• Aja Dumeh Sugih, tumindake lali karo sing ringkih (jangan mentang-mentang kaya lalu tingkah perbuatannya tidak mengingat kepada yang lemah ekonominya).
• Aja Dumeh Menang, tumindake sewenang-wenang (jangan mentang-mentang dapat mengalahkan lawan lalu tindakannya sewenang-wenang kepada lawan).
Ketika kita berada dalam posisi di atas dibandingkan orang di sekeliling kita, maka janganlah kita mempergunakan Aji Mumpung dan harus mengendalikan diri dari sifat-sifat serakah dan angkara murka.
Orang Jawa percaya bahwa hidup di dunia ini diatur oleh-Nya sehingga putaran hidup manusia itu seperti “roda pedati” / “cokro manggilingan”. Cakra adalah senjata panah yang ujung panahnya berbentuk roda. Senjata cakra adalah milik Prabu Kresna. Kalau nasib kehidupan manusia sedang berada pada putaran atas atau sedang memperoleh kepercayaan masyarakat untuk mengatur sesuatu, hendaklah selalu diingat untuk mengendalikan diri jangan lalu memanfaatkan kesempatan selagi berkuasa dan mumpung lagi ada kesempatan atau lagi mumpung bisa berbuat seenaknya sendiri sehingga melupakan kewajiban, aturan serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yaitu:*
• Mumpung Kuat lan Gagah, njur tanpa arah-arah (memanfaatkan kesempatan selagi kuat dan berkuasa, sehingga tindakanya tanpa pedoman atau gegabah).
• Mumpung Pinter, njur sembrana nerak wewaler (memanfaatkan kesempatan karena merasa pintar sendiri, sehingga tindakanya seenaknya sendiri melanggar aturan dan norma yang berlaku).
• Mumpung Kuwasa, sapa sira sapa ingsun (memanfaatkan kesempatan selagi berkuasa, sehingga tidak lagi ingat kepada teman dan saudara).
• Mumpung Sugih, njur nyenyamah karo sing ringkih (memanfaatkan kesempatan karena kaya raya, sehingga bertindak angkara murka terhadap mereka yang melarat.
• Mumpung menang, njur nyawiyah hake liyan (memanfaatkan kesempatan selagi memperoleh kemenangan, lalu bertindak merampas dan menginjak-injak hak orang).
Selain itu, sikap hidup seorang pemimpin Jawa hendaklah bersifat satria dan pinandita. Sehingga dia tidak akan menggantungkan hidupnya kepada semat, derajat, kramat, dan hormat. Tujuan seorang pemimpin adalah rame ing gawe, sepi ing pamrih, sugih tanpa banda (giat bekerja, jauh dari keserakahan dan selalu merasa kaya akan kebijakan dan selalu bisa memberi siapa saja yang minta pertolongan kepadanya).
Ya Allah ya Rab, kulo sedhoyo nyuwun dumatheng panjenengan petunjuk ingkang leres ya Allah, nggih petunjuk supadoso kulo sedhoyo sageto istiqomah wonten margi ketakwaan dumatheng panjenengan. Ya Allah ingkang kagungan sedhoyo kamulyaning jagad, panjenengan paringi kulo lan sedhoyo sederek kulo kesehatan jasmani lan kesehatan rohani, ugi panjenengan paringi kulo lan sedhoyo sederek kulo sugihipun manah lan Iman dumatheng panjenengan ya Allah.
Ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
___________
* Budiono, 1981, 82.