“Siapakah yang kasih nama Allah?” Ayo, siapa yang bisa jawab? Yakinlah pasti jawaban kita masih perlu perbaikan setelah mendengar ceramah berikut ini.
Oleh: Raden Mahmud Sirnadirasa*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.
Ada dua ayat yang patut kita renungkan untuk bisa memahami siapakah Tuhanku dan Tuhanmu sekalian. Tanpa mengenal Dia dengan sesungguhnya dan benar, baik secara hukum syari’at maupun hakikat, maka sesungguhnya kita tidak mengikuti Rasulullah SAW dan kita tidak berada pada Shirãthal Mustaqîm, alias kita tersesat. Silahkan disimak pada ajaran berikut ini:
Hanya ada dua ayat dalam Al-Quran yang menjadi pegangan Rasulullah SAW dalam menentukan siapakah Tuhannya, yaitu:
Surah Azzukhruf ayat 64:
اِنَّ اللّٰهَ هُوَ رَبِّىۡ وَرَبُّكُمۡ فَاعۡبُدُوۡهُؕ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِيۡمٌ ۞
Innallãha Huwa Rabbã wa Rabbukum fa’budûh, hãdzã Shirãtum Mustaqîm
“Sungguh Allah, Dia Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus”
Surah Maryam ayat 36:
وَاِنَّ اللّٰهَ رَبِّىۡ وَرَبُّكُمۡ فَاعۡبُدُوۡهُ ؕ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِيۡمٌ ۞
Wa innallãha Rabbî wa Rabbukum fa’budûh, hãdzã Shirãtum Mustaqîm
“(Isa berkata), “Dan sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus”.”
Dari penjelasan Gus Son dalam youtube di atas kita wajib untuk menetapkan siapakah Tuhan kita, agar arah ibadah kita jelas dan kita benar-benar berada pada “jalan lurus” yang ditetapkan Allah SWT, dan jangan hanya menyebut “Allah” tanpa kita mengetahui siapakah “Dia” karena tanpa mengetahui hal tersebut jelas kita akan tersesat dalam ibadah kita sendiri.
Sudahkah kita memahami dan menjelaskan kepada diri kita sendiri kalimah Tauhid berikut ini :
1. Lã ilãha illallãh (Allah)
2. Lã ilãha illã anã (Aku)
3. Lã ilãha illã anta (Engkau)
4. Lã ilãha illã huwa (Dia)
Keempat kalimah tauhid tersebut berada dalam Al Quran, namun kita hanya pandai menyebut kalimah tauhid tersebut tanpa kita bisa merasakan nikmat kebenaran kalimah tauhid tersebut dengan Qalbu kita.
Kita semua harus mengetahui apakah Ruh diciptakan sebagai makhluk atau ruh tersebut tidak diciptakan namun ditiupkan oleh Tuhan dan merupakan bagian Tuhan, demikianlah Syahadat Sejati sejak zaman azali…
Semoga Allah SWT menyayangi kita semua dan menunjukkan kita jalan yang lurus sehingga cinta kita bertambah kepadaNya serta kepada Rasul-RasulNya. Ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
_________
*Dr. Supardi, S.H., M.H.