Home / Agama / Kajian / Siapakah Luqman Al-Hakim?

Siapakah Luqman Al-Hakim?

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Saudaraku, seorang tokoh yang namanya disebut dalam al-Qur’an, bahkan dijadikan salah satu nama surat dalam al-Qur’an, namun namanya tidak terdaftar dalam salah satu nama seorang Nabi dan Rasul yang 25. Dialah Luqman. Ada baiknya kita kulik sejarah beliau yang disarikan dari beberapa sumber.

Allah SWT berfirman dalam QS. Luqman: 12:

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ ۞

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Luqman: 12).

Luqman al-Hakim (Luqman yang bijaksana) adalah anak dari Faqhur bin Nakhur bin Tarikh (Azar). Karenanya, Luqman adalah anak saudara Nabi Ibrahim as., atau dikatakan juga beliau anak saudara Nabi Ayub as.

Dikisahkan bahwa Luqman hidup selama seribu tahun, sehingga ia hidup hingga ke zaman kerasulan Nabi Daud as. Bahkan pernah berdialog dengan Nabi Daud as., memberikan kalam hikmah atau kebijaksanaan. Dan ia pernah menjadi qadi di kalangan Bani Israel.

Para ulama telah bersepakat bahwa Luqman itu seorang ahli hikmah (bijaksana) bukan seorang Nabi, kecuali dua orang saja, yakni Ikrimah dan Assyi’bi. Kedua ulama tersebut mengatakan bahwa Luqman adalah seorang Nabi dengan merujuk lafadz hikmah dalam ayat di atas dimaknakannya sebagai “kenabian”. Diriwayatkan pula ketika Luqman diperintah memilih hikmah dengan Nubuwwah (Kenabian), maka ia memilih hikmah.

Alkisah, suatu hari Luqman tertidur di siang hari lalu terdengar olehnya suara memanggil: “Hai Luqman! Maukah engkau jika Allah menjadikanmu khalifah di bumi untuk memerintah manusia dengan hukum yang benar?”. Lalu Luqman menjawab: “Kalau Tuhanku menyuruhku untuk memilih, maka aku akan pilih ‘afiat (selamat) dan aku tidak mau bala’ (ujian). Tetapi jika aku ditugaskan, aku akan ta’at. Karena aku tahu, bahwa ketika Allah menetapkan sesuatu kepadaku, Dia pasti menolong dan menjagaku”.

Kemudian para malaikat pun bertanya: “Hai Luqman! Adakah engkau suka diberi hikmah?” Luqman menjawab: “Sesungguhnya seorang hakim kedudukannya berat, dia akan didatangi oleh orang-orang yang teraniaya dari segenap tempat. Kalau hakim mampu berbuat adil, maka ia akan selamat. Jika tidak, maka ia akan ke neraka. Siapapun yang hidup di dunia, kemuliaan (dengan keadilan) itu lebih baik baginya. Dan siapapun yang lebih memilih dunia daripada akhirat, maka ia akan ditimpa fitnah dunia dan tidak akan mendapat kebaikan akhirat”.

Malaikat terkesan mendengar kata-kata Luqman. Jika tertidur, ia dikaruniai hikmah. Begitu terbangun dari tidurnya, tiba-tiba ia berbicara dengan kata-kata yang penuh hikmah.

Ada pula yang menceritakan bahwa Luqman itu adalah seorang budak yang berasal dari bangsa Habsyi. Kerjanya sehari-hari sebagai tukang kayu dan penggembala kambing. Suatu hari Luqman bertemu dengan seorang lelaki. Lalu ia berbicara dengan kata-kata yang mengandung hikmah. Laki-laki itu pun takjub, lalu bertanya; “bukankah engkau seorang penggembala kambing?”. Luqman menjawab; “benar”. Laki-laki itu bertanya lagi; “bagaimana bisa engkau mencapai kedudukan seperti ini?”. Luqman menjawab; “aku hanya berkata dengan bahasa kebenaran, memegang teguh amanah, dan tidak peduli dengan segala sesuatu yang bukan urusanku”.

Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak berkulit hitam yang berasal dari Sudan, Mesir. Bibirnya tebal dan telapak kakinya retak-retak. Dikatakan bahwa sebaik-baik orang Sudan itu hanya 3 orang, yakni Bilal bin Rabah, Mahja’ (hamba Sayyidina Umar ra) dan Luqman. Bahkan ada yang mengatakan orang keempatnya (yang sebaik-baik orang Sudan) adalah al-Najasyi, raja Habsyah yang beriman di zaman Nabi SAW.

Diantara nasehat-nasehat Luqman yang termaktub dalam al-Qur’an:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ۞

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13)

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۚ إِنَّ اللّٰهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ ۞

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Luqman: 16)

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ۞ وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ۞ وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ ۞

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (17). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (18). Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (19)”. (QS. Luqman: 17-19)

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, ucapan-ucapan seseorang yang berkualifikasi sebagai ucapan Nabi telah diabadikan di dalam Kitab Suci. Dari sisi ini dapat kita simpulkan bahwa Allah SWT telah menebarkan kebenaran di antara hamba-hamba-Nya sebagai pantulan cahaya-Nya. Artinya, kebenaran Allah itu begitu sangat obyektif dalam idea setiap orang. Meskipun munculnya idea itu sendiri menunjukkan subyektifitasnya. Semoga Allah SWT menganugerahkan kita limpahan hikmah agar terang jalan menuju-Nya, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

Wallâhu A’lam

About admin

Check Also

Mintalah Allah dan Tidak Meminta MakhlukNya

“Bila meminta masuk surga dan terhindar dari neraka maka berarti kita masih meminta makhluk ciptaanNya” ...