“Jangan engkau mengi’tiqadkan do’a (permintaanmu) sebagai sebab untuk menghasilkan tuntutan kepada Allah”
Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Sahabatku terkasih, risalah ini aku buatkan sehubungan dengan banyaknya kekecewaan dari para sahabatku akibat dari seolah tertolaknya kehendak mencapai sesuatu, sehingga terjerumus pada ketergantungan pada makhluk, menyalahkan do’a maupun upaya yang mereka jalankan. Itu tidak benar sahabat !!!
Sesungguhnya Allah telah menetapkan sesuatu yang terbaik bagimu, juga menetapkan waktu yang terbaik untuk mengabulkan permintaan mu. So be happy, katakan pada jiwa kita dan inipun akan berlalu !!! Jabatan akan hilang, harta akan punah bahkan jasad kita pun akan lebur bersama tanah, hanya jiwa yang selalu bersama Rabbnya yang akan abadi baik di dunia maupun di akhirat kelak…
Imam Syafi’i mengatakan: “Kehendak manusia itu terserah kepada Allah. Manusia tidak berkehendak apa-apa kecuali dikehendaki oleh Allah Ta’ala. Manusia itu dapat mewujudkan perbuatan-perbuatan mereka. Perbuatan-perbuatan itu adalah salah satu makhluk Allah. Takdir baik maupun buruk, semuanya dari Allah. Azab kubur itu hak (benar), pertanyaan kubur juga hak, bangkit dari kubur juga hak, hisab (perhitungan amal) itu juga hak, surga dan neraka juga hak, begitu dalam sunnah Nabi saw.”
Wahai Sahabat, aku berdo’a semoga Allah selalu merahmati mu, memberkahi mu, melimpahkan rizki dan kebahagiaan untuk mu dan keluargamu terkasih.
Untuk lebih memahami risalah berikut ada baiknya kita membuka kembali nasehat seorang ulama sholeh R. Bawa Muhaiyaddeen ketika menasehati anak cucunya tentang kedudukan do’a, amal perbuatan dan takdir Allah dalam yang pernah diposting di web ini dengan judul: “Memahami Takdir”.
***
Sahabatku terkasih…
Yakinilah bahwa setiap do’a kita semua pasti dikabulkanNya, hanya saja pola pikir kita yang salah. Ketika kita menilai bahwa pilihan kitalah yang baik, dan yang dikatakan terkabulnya doa adalah karena hal yang dimaksud sesuai dengan keinginan kita dan bukan keinginan Allah untuk kita dalam perkara tersebut.
Mursyid kami yang mulia Syekh Ibnu Athaillah mengatakan dalam Kitab Al-Hikam Pasal 6 tentang Doa dan Ijabah :
لاَ يَكُنْ تَأَخُّرُ أَ مَدِ الْعَطَاءِ مَعَ اْلإِلْحَاحِ فيِ الدُّعَآءِ مُوْجِبًا لِـيَأْسِكَ، فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ اْلإِجَابَةَ فِيْمَا يَـخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيمَا تَختَارُ لِـنَفْسِكَ، وَفيِ الْوَقْتِ الَّـذِيْ يُرِ يـْدُ لاَ فيِ الْوَقْتِ الَّذِي تُرِ يدُ
“Janganlah karena keterlambatan datangnya pemberian-Nya kepadamu, saat engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, menyebabkan engkau berputus asa; sebab Dia telah menjamin bagimu suatu ijabah (pengabulan doa) dalam apa-apa yang Dia pilihkan bagimu, bukan dalam apa-apa yang engkau pilih untuk dirimu; dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki.”
Makna kalimat tersebut dapat disyarahkan sbb:
Doa adalah sebuah bentuk ibadah. Dan dalam Al-Quran, Allah memerintahkan kepada kita untuk berdoa kepada-Nya—dan Dia Ta’ala pasti kabulkan.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ ۞
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.” (Q.S. Al-Mu’min [40]: 60)
Tanda seorang mukmin sejati adalah: lebih yakin dengan apa yang ada di Tangan Allah daripada apa yang dapat diusahakan oleh tangannya sendiri. Ketika doa yang kita panjatkan seolah tidak mendapat pengabulan dari Allah Ta’ala, di situ terdapat ruang pengetahuan yang kosong yang harus kita cari dan isi. Doa di sini bukan hanya terkait masalah duniawi; tetapi juga termasuk dalam hal spiritual. Misalkan, kita berdoa agar diterima taubatnya dan dibersihkan dari segala dosa.
Hakikatnya, setiap doa yang kita panjatkan adalah sebuah refleksi dari objek yang telah Allah siapkan. Tidak serta merta kita menginginkan sesuatu di dalam hati, kecuali telah ada objeknya. Tanpa objek yang telah Allah sediakan, pada dasarnya setiap orang tidak akan punya keinginan untuk berdoa. Seperti ketika menginginkan sebuah makanan, karena baunya sudah tercium dari jauh.
Hanya saja manusia kerap terjebak oleh ketidak-sabaran dan wahm (kesalahan pemikiran) tentang dirinya sendiri. Seperti ketika seorang sahabat meminta kepada Rasulullah SAW agar berjodoh dengan seorang perempuan; maka jawaban Rasulullah SAW adalah: sekalipun dirinya dan seluruh malaikat memanjatkan doa maka bila itu bukan haknya dan tidak tertulis di Lauh Mahfudz pasti tidak akan terlaksana. Keinginannya untuk memiliki jodoh adalah sebuah isyarat akan objek yang telah Allah sediakan, tetapi keinginannya akan perempuan tertentu adalah karena syahwat dan wahm-nya yang masih belum surut.
Doa membutuhkan pengenalan (ma’rifah) akan Allah dan akan diri sendiri. Allah yang lebih tahu apa yang terbaik bagi makhluknya, lebih dari seorang ibu mengetahui kebutuhan bayinya.
Apabila segala sesuatu telah ditetapkanNya bagi setiap hambaNya lalu apa gunanya perintah berdo’a tersebut?
Jawaban ulama besar Syeikh Ibnu ‘Athailah As-Sakandari tentang permasalahan tersebut terdapat dalam kitab terkenal beliau yaitu Kitab Al-Hikam hikmah ke 179:
لَا يَكُنْ طَلَبَكَ تَسَبُّبًا إِلَى الْعَطَآءِ مِنْهُ فَيُقِلُّ فَهْمُكَ عَنْهُ، وَلْيَكُنْ طَلَبَكَ لِإِظْهَارِ الْعُبُوْدِيَّةِ وَقِيَامًا بِحُقُوْقِ الرُّبُوْبِيَّةِ
“Jangan engkau mengi’tiqadkan do’a (permintaanmu) sebagai sebab untuk menghasilkan tuntutan kepada Allah, yang itu menunjukkan kekurangpengertianmu terhadap-Nya. Hendaklah sadari bahwa permintaanmu adalah pernyataan kehambaan dan pemenuhan atas hak-hak ketuhanan.”
Wallahu ‘alam….
__________
* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita