Oleh: H. Derajat
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Wasshalaatu wassalaamu ‘alaa Muhammadin wa aalihi ma’at tasliimi wabihii nasta’iinu fii tahshiilil ‘inaayatil ‘aammati wal-hidaayatit taammah, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai InayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, aamiin ya Robbal ‘alamin”.
Nama Allah Al-Lathiifu ( اللطيف ) yang artinya Yang Maha Halus atau Maha Lembut adalah termasuk Al-Asma Al-Husna. Sebagaimana firman Allah:
لَّا تُدْرِڪُهُ ٱلْأَبْصٰرُ وَهُوَ يُدْرِكُ ٱلْأَبْصٰرَ ۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلْخَبِيرُ ۞
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (Al-An’aam [6]: 103)
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا ۖ وَقَالَ يَا أَبَتِ هَٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا ۖ وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي ۚ إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ ۞
“Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan Berkata Yusuf: “Wahai ayahku inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Yusuf [12]: 100)
Makna Kata Al-Lathif
Nama Allah, Al-Lathiifu bermakna Yang mengetahui segala perkara sampai sehalus-halusnya. Atau sangat mengasihani terhadap segala makhlukNya.
Makna ( اللَّطِيْفُ ) menurut bahasa ialah;
اَلْبِرُّ وَالحَفَاوَةُ وَالإِكْرَامُ وَالتَّرَفُّقُ فِى تَحْقِيْقِ الْمُرَادِ
“Berbuat baik, memberi, memuliakan dan berlemah lembut dalam mencapai apa yang dimaksudkan”.
Allah Al-Lathif juga membawa makna;
اَلْعِلْمُ بِدَقَآئِقِ الْأُمُوْرِ وَغَوَامِضِهَا
“Mengetahui segala sesuatu secara mendalam dan sehalus-halusnya dan mengetahui tentang segala yang tersembunyi”.
Oleh karena itu, jika berhimpun kelembutan pada perbuatan dan kehalusan pada pengetahuan, maka akan sempurnalah makna Al-Lathif. Jadi, Nama Al-Lathif mencakupi maksud;
عِلْمُهُ بِالأَشْيَآءِ الدَّقِيْقَةِ وَإِيْصَالُهُ الرَّحْمَةَ بِالطُّرُقِ الخَفِيَّةِ
“Ilmu pengetahuan Allah tentang segala sesuatu secara sangat halus dan menyampaikan rahmat kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya melalui cara yang sangat halus”.
Dan makna tersebut semua tidak terhimpun kecuali pada sisi Allah, Tuhan sekalian makhluk.
Jadi, makna Al-Lathif ada dua jenis, yaitu :
Pertama, Dia Maha Mengetahui segalanya dan ilmu-Nya mencakupi segala rahasia, perkara yang tersembunyi, perkara ghaib, perkara yang tersemat di dalam dada dan segala sesuatu walaupun bagaimana halus dan kecilnya.
Kedua, Dia Maha halus terhadap hamba-Nya dan wali-Nya dengan menyempurnakan untuk mereka ihsan dan kebaikan-Nya, mengangkat derajat mereka ke martabat yang tinggi, memudahkan urusan mereka dan menghindarkan mereka dari kesusahan. Berlaku pelbagai ujian ke atas mereka yang mereka benci dan berat menanggungnya, tetapi justeru kesusahan demi kesusahan itu membawa mereka kepada kebahagiaan yang hakiki. Ini sebagaimana kesusahan yang dialami oleh para Nabi dengan penentangan umatnya sebagaimana yang Allah ceritakan tentang kisah-kisah para Nabi ‘Alaihimussalaam.
Kehebatan Nama Al-Lathif
Nama Allah Al-Lathif sangat luas maknanya. Makna-makna tersebut hanya ada pada sisi Allah, Tuhan sekalian makhluk. Di antara makna-makna tersebut ialah :
Dialah Allah yang Maha Mengetahui segala-galanya hingga tentang perkara-perkara yang paling halus, kecil, batin, rahasia dan segala yang tersemat di dalam hati.
Dialah yang meyempurnakan segala urusan makhluknya hingga tercapai maksud hamba-Nya dengan cara yang paling halus dan lembut, dengan cara yang paling baik, mempermudah untuk mendapat kemanfaatan bagi hamba-Nya, apakah dengan yang mereka ketahui atau cara yang tidak mereka ketahui.
Dia berbuat baik kepada hamba-Nya, menyampaikan kepada mereka segala kemaslahatan dan kemanfaatan melalui kehalusan dan kelembutan-Nya dengan cara yang mereka tidak sangka dan tidak sadari. Ini sebagaimana perkataan Nabi Yusuf AS.;
إِنَّ رَبِّي لَطِيْفٌ لِمَا يَشَاءُ ۞
“Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki”. (Yusuf : 100).
Sifat Allah yang demikian mengandungi makna bahwa Dia Maha Mengetahui maksud dan tujuan dan mengetahui pula jalan untuk mencapainya.
Dia, Allah Yang Maha Halus penciptaan-Nya, hikmah-Nya, dan sangat halus sehingga sukar dipahami oleh makhluk-Nya apakah maksudnya. Dan di antara bukti kelembutan Allah, Dia memberi makhluk-Nya melebihi daripada apa yang mereka perlukan dan Dia membebankan mereka dengan kewajiban yang jauh lebih ringan daripada apa yang mereka mampu melakukannya, serta Dia telah mempermudahkan mereka mencapai kebahagiaan dalam masa yang sangat singkat.
Di antara kehebatan Nama Allah Al-Latif ialah kelembutan dan kehalusan-Nya sehingga makhluk tidak dapat mengetahui “kaifiyyat”.
Maksudnya: Bagaimana tentang Allah. Contoh : Kita yakin dan mengetahui bahwa Allah memiliki Sifat-Sifat yang sempurna belaka, apakah Sifat Tsubutiyyah atau Sifat Salbiyyah. Sifat-Sifat Allah lebih banyak berbanding Nama-Nama-Nya, sebab selain sifat Allah tersirat di dalam setiap Nama-Nya, juga segala ucapan dan perbuatan Allah termasuk ke dalam Bab Sifat Allah.
Setiap perbuatan Allah pasti ada kaifiyatnya (cara Allah berbuat). Dalam hal ini kita hanya wajib meyakini Sifat Allah, tetapi kita tidak mengetahui kaifiyat atau bagaimana sifat tersebut. Allah SWT berfirman :
لَّا تُدْرِڪُهُ ٱلْأَبْصٰرُ وَهُوَ يُدْرِكُ ٱلْأَبْصٰرَ ۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلْخَبِيرُ ۞
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Al-An’am : 103 )
Allah SWT tidak dapat dilihat di dunia, sebagai bukti kelebutan dan kehalusan serta kebijaksanaan-Nya. Tetapi Allah dapat dilihat di akhirat sebagai anugerah dan kemuliaan. Namun demikian, disebabkan karena keagungan-Nya, kebesaran-Nya dan kehalusan-Nya, maka Hakikat Allah itu tidak dapat diketahui di dunia dan juga di akhirat.
Berapa banyak kelembutan Allah itu, tidak mampu diketahui dan difahami oleh manusia. Berapa banyak keinginan manusia di dunia ini, seperti kedudukan dan pangkat, kekuasaan dan sebab-sebab yang diduga bisa membawa kebahagiaan, lalu ditolak dan tidak dikabulkan oleh Allah apa yang mereka inginkan, sebagai rahmat dan kasih-sayang daripada-Nya, agar tidak binasa agamanya. Lalu manusia menghadapinya dengan bersedih hati karena kejahilannya dan kurang makrifatnya terhadap Tuhannya.
Sebab jika mereka mengetahui betapa besar pahala dan ganjaran untuknya yang tersimpan di sisi Allah dan kehendak Allah itu demi kebaikan dirinya sendiri, niscaya mereka akan bertahmid (memuji Allah) dan bersyukur kepada-Nya, bukan sebaliknya. Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang taat dan patuh kepada-Nya.
Renungkanlah doa yang warid (datang) dari Nabi SAW di bawah ini :
اَللّٰهُمَّ مَا رَزَقْتَنِي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ قُوَّةً لِيْ فِيْمَا تُحِبُّ، وَمَا زَوَّيْتَ عَنِّي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ فَرَاغًا لِيْ فِيْمَا تُحِبُّ ۞ ( رَوَاهُ التُّرْمُذِي وَحَسَّنَهُ عَبْدُ القَادِرِ الْأَرْنَؤُوْطِ )
Allaahumma maa razaqtanii mimmaa uhibbu faj’alhu quwwatan lii fiimaa tuhibbu, wamaa zawwayta ‘annii mimmaa uhibbu faj’alhu faraaghan lii fiimaa tuhibbu
“Ya Allah, apa saja yang aku sukai lalu Engkau berikan ia kepadaku, maka jadikanlah ia sebagai kekuatan bagiku untuk melakukan apa yang Engkau sukai, dan apa saja yang aku sukai lalu Engkau pojokkan atau palingkan ia daripadaku, maka jadikanlah ia sebagai kekosongan atau kelapangan bagiku untuk melakukan apa yang Engkau sukai”. (HR Tarmidzi – Hadis Hasan menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Arnauut)
Fadhilah Mengetahui Nama Al-Lathif
Di antara faedah atau manfaat meyakini Nama Allah Al-Latif yakni Maha Lembut atau Maha Halus sebagaimana yang telah diperjelaskan di atas, maka akan muncullah dari diri insan tersebut beberapa kesan berikut, yaitu :
Seorang muslim akan berlemah lembut kepada kaum muslimin, menyayangi anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Selain itu, dia juga akan menjadi orang yang gemar mendamaikan orang-orang yang sedang bersengketa dan suka menggunakan perkataan yang lemah lembut dan halus ketika berbicara dengan orang lain, dan menampakkan wajah yang ceria kepada mereka.
Dia akan menjadi orang yang tidak suka berburuk sangka kepada orang lain, sebab buruk sangka itu merupakan seburuk-buruk perkataan hati. Allah SWT mencela sikap buruk orang-orang munafiqun yang menuduh Ummul Mukminin ‘Aisyah RA dengan kedustaan, lalu Allah mengangkat derajatnya dan membatalkan tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Do’a yang Menyertakan Nama Al-Lathif
Adapun doa yang menggunakan Nama Allah Al-Lathif, antaranya :
اَللّٰهُمَّ إِنَّكَ لَطِيْفٌ لِمَا تَشَآءُ، وَأَنْتَ الْعَلِيْمُ الحَكِيْمُ، اِرْفَعْ عَنِّي البَلآءَ وَالشَقَآءَ، وَأَعِذْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ۞
Allaahumma innaka lathiifun limaa tasyaa, wa antal ‘aliimul hakiim, irfa’ ‘annil balaa-a wasy-syaqaa-a, wa a’idznii minasy syaithaanir rajiim.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Lembut terhadap apapun yang Engkau kehendaki, dan Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, karena itu, hilangkanlah keburukan dan kesusahan daripadaku, dan lindungilah aku daripada syaitan yang terkutuk”.
اَللّٰهُمَّ اُلْطُفْ بِيْ فِي تَيْسِيْرِ كُلَّ عَسِيْرٍ، فَإِنَّ تَيْسِيْرَ كُلِّ عَسِيْرٍ عَلَيْكَ يَسِيْرٌ، وَأَسْأَلُكَ اليُسْرَ وَالمُعَافَاةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ۞
Allaahumma ulthuf bii fii taysiiri kulli ‘asiir, fainna taysiira kulli ‘asiirin ‘alayka yasiir, wa as-alukal yusra wal-mu’aafaata fid-dunia wal-aakhirah.
“Ya Allah, perlakukanlah aku dengan lemah lembut, dengan memudahkan segala perkara sulit, sebab memudahkan perkara sulit itu mudah bagi-Mu. Aku memohon kepada-Mu kemudahan dan keselamatan di dunia dan di akhirat”.
Wallaahu A’lam