Home / Agama / Kajian / Semua Dari Allah

Semua Dari Allah

“Berbuatlah kalian, karena segala hal dipermudah kepada apa yang diciptakan untuknya”. (Rasulullah SAW)

Oleh: H Derajat*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Sahabatku, inilah satu kunci mencapai kebahagiaan hidup yaitu menempatkan Allah pada Qalbu kita secara benar yaitu kita berasal dari Allah, bersama Allah dan terakhir menuju kepada Allah.

Cobalah kita renungkan setiap saat tentang Sangkan Paraning Dumadi yaitu Lã Haula Walã Quwwata illã Billãh yang maknanya “kita tidak punya kekuatan apapun kecuali Dia Pemiliknya” dan berakhir dengan Innã Lillãhi wa Innã Ilaihi rãji’ûn bahwa kita tidak boleh punya kehendak kembali ke Surga karena baik surga maupun neraka adalah hanya makhluk Allah semata. Kita wajib punya kehendak kembali kepada Allah saja.

Firman Allah dalam Surat As-Sãffãt [37] ayat 96:

وَٱللّٰهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ ۞

Wallāhu khalaqakum wa mā ta’malûn

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.

Gus Mukhlason telah mengatakan dalam ceramahnya:

Di tengah umat Islam –khususnya antara aliran Asy’ariyah dan Muktazilah– sering terjadi perbedaan pendapat berkenaan apakah Allah SWT mengatur seluruh tindakan manusia atau tidak? Perdebatan ini biasanya berujung pada anggapan bahwa segala tindakan manusia telah “diskenario” oleh Allah SWT atau sebaliknya, manusia “bebas-mandiri” dalam bertindak atau di tengah-tengah keduanya.

Pertanyaan apakah Allah SWT mengatur seluruh tindakan manusia memang cukup sulit untuk dijawab. Jika jawabannya terlalu condong pada kenyataan bahwa “Allah SWT Maha Penentu takdir seluruh makhluk”, maka yang mungkin terjadi adalah hilangnya eksistensi manusia dan penyandaran tindakan keburukan kepada-Nya. Di sisi lain, jawaban yang menekankan pada kemandirian manusia membuat peran Allah ternegasikan.

Salah satu sumber atau akar perdebatan “apakah Allah SWT mengatur seluruh tindakan manusia atau tidak?” adalah penafsiran terhadap surah as-Sãffãt [37] ayat 96. Secara literal, ayat ini memang berbicara mengenai totalitas peran Allah dalam kehidupan manusia, mulai dari menciptakan mereka hingga apa yang mereka perbuat (tindakan). Namun, ayat tersebut mesti dipahami dalam konteks yang proporsional.

Hal pertama yang harus dipahami berkenaan surah as-Sãffãt [37] ayat 96 adalah ia merupakan bagian dari perkataan Nabi Ibrahim AS saat mengkritik tajam kaumnya yang membuat berhala dan menyembahnya. Ia berkata, “Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu buat itu? Padahal Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu buat itu. Sungguh ini adalah suatu kebodohan yang luar biasa!” (Tafsir al-Misbah)

Imam al-Thabari menyebutkan dalam kitabnya, Jãmi’ al-Bayãn fî Ta’wîl al-Qur’ãn, surah as-Sãffãt [37] ayat 96 setidaknya mengandung dua makna, yaitu:

Pertama, jika huruf sebelum kata ta’malûn dianggap sebagai mashdar, maka makna ayat ini adalah Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan tindakan kalian. Dalam konteks ini dipahami bahwa Allah SWT mengatur segala tindakan manusia.

Kedua, jika huruf sebelum kata ta’malûn berarti alladzî atau “yang”, maka makna surah as-Sãffãt [37] ayat 96 adalah Allah-lah yang telah menciptakan kalian dan yang kalian buat itu. Maksudnya, Allah SWT telah menciptakan manusia dan berbagai sumber daya yang dapat digunakan manusia untuk membuat sesuatu, termasuk berhala. Dengan kata lain, ayat ini merupakan sindiran kepada penyembah berhala atas keburukan logika berpikir mereka.

Abu Manshur al-Maturidi menyebutkan, surah as-Sãffãt [37] ayat 96 berisi tentang dalil bahwa Allah SWT mengatur segala tindakan manusia. Bagi pengikut Asy’ariyah, melalui ayat ini Allah ingin menegaskan bahwa diri-Nya telah menciptakan manusia dan setiap perbuatan manusia. Tidak ada satu perbuatan manusia pun yang lepas dari pengaturan-Nya (Tafsir al-Maturidi).

Pendapat Abu Manshur al-Maturidi di atas dikuatkan oleh Imam al-Tsa’labi. Ia menerangkan dalam al-Kasyfu wa al-Bayãn ‘an Tafsîr al-Qur’ãn surah as-Sãffãt [37] ayat 96 adalah dalil yang menunjukkan bahwa tindakan atau perbuatan makhluk merupakan ciptaan Allah SWT. Ia juga menyebutkan secara eksplisit ayat ini membatalkan paham aliran Qadariyah dan Jabariyah.

Mursyid kami, Kyai Haji Haroun Al-Rashid, menegaskan bahwa walaupun kita mengetahui bahwa diri kita maupun amal perbuatan kita diciptakan Allah, tetap saja kita harus menyatakan dalam qalbu kita bahwa “semua kebaikan datangnya dari Allah, sedangkan semua keburukan timbul dari Nafs kita sendiri“, hal ini untuk menjaga adab kita pada Allah.

Tentang hal ini, secara bijaksana Rasulullah SAW menjelaskan, sebagaimana dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadits dari Jabir RA bahwa seseorang bertanya kepada Nabi SAW:

“Wahai Rasulullah, perbuatan hari ini sesuai dengan apa? Apakah sesuai dengan sesuatu yang pena-pena telah kering dengannya dan takdir-takdir berlangsung dengannya ataukah sesuai dengan sesuatu yang akan datang?”

Nabi SAW menjawab, “Tidak, namun sesuai dengan apa yang pena-pena telah kering dengannya dan takdir-takdir telah berlangsung.”

Orang tersebut berkata, “Kalau begitu, untuk apa perbuatan itu?” Nabi SAW lalu bersabda, “Berbuatlah kalian, karena segala hal dipermudah kepada apa yang diciptakan untuknya.” (HR Muslim No. 2648).

Semoga Allah merahmati, menyayangi, memberkahi, dan melimpahkan kebahagiaan kepada kita semua, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

_____________

* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

About admin

Check Also

Mintalah Allah dan Tidak Meminta MakhlukNya

“Bila meminta masuk surga dan terhindar dari neraka maka berarti kita masih meminta makhluk ciptaanNya” ...