Manusia pada dasarnya memiliki sifat kritis dan sifat ingin tahu yang besar, dengan sifat ingin tahu yang besar membuat manusia kemudian menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul, atas dasar inilah peradaban manusia semakin lama semakin maju dan berkembang. Manusia juga memiliki sifat “Mencari Kenikmatan” dan “Menghindari Sengsara”, lewat dua sifat inilah manusia menentukan pilihannya, bisa salah satu atau kedua-duanya.
Ketika dulu menempuh pendidikan, kita sangat semangat pergi kesekolah karena dua hal ini, “Mencari Kenikmatan/Kebahagiaan”, kenikmatan kumpul bersama kawan-kawan, kebagiaan yang dijanjikan apabila nanti selesai sekolah dapat kerja dan hidup lebih baik. Kita juga “Menghindari Sengsara” jika pendidikan tidak selesai akan jadi pengangguran dan masa depan jadi suram. Dalam beragama juga tidak terlepas dari dua hal ini, mencari surga dan menghindari neraka, atas dasar sifat dasar yang alamiah ini Tuhan menyediakan dua pilihan bukan 3 atau 4, yaitu surga dan neraka, tidak ada pilihan lain.
Atas dasar dua kebutuhan manusia yang bertentangan inilah system dunia ini dibangun oleh para penguasa. Koorporasi besar multinasional bisa berkembang keseluruh dunia karena mereka sangat paham bagaimana cara mempengaruhi manusia, menawarkan kebahagian dan memberikan ancaman akan kesengsaraan. Anda boleh membenci Yahudi, tapi anda tidak berdaya dengan produk-produk yahudi yang dengan baik hati memanjakan tubuh anda mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Anda boleh dendam dengan Kristen, tapi produk-produk dari perusahaan Kristen atau di Negara Kristen tidak dapat anda hindari. Kenapa? Karena semuanya berjalan dengan hukum yang sudah sangat di pahami oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
Coba perhatikan iklan di TV, juga berjalan atas dua hal tersebut, mengiming-iming anda atau/dan menakut-nakuti anda. “Rasakan Kesegarannya”, “Sayangi rambut anda, jangan sembarang gunakan sampoo” dan lain-lain.
Dalam iklan berlaku semboyan, “Kebohongan yang diulang-ulang akan menjadi sebuah kebenaran” dan sikap kritis anda makin lama makin hilang dan menerima apa yang diiklankan. Awalnya kita mentertawakan kalau ada iklan setelah minum-minuman bersoda lompat ke padang pasir maka seketika padang pasir berubah jadi kolam renang, tapi lama-lama hal itu menyenangkan dan tanpa sadar (memang di program di alam bawah sadar), akhirnya tergerak kita untuk minum-minuman tersebut. Iklan memang diciptakan tidak masuk akal, lucu dan kita mentertawakan, tapi kesenangan melihat hal konyol itulah yang membuat pesan-pesan iklan masuk ke alam bawah sadar kita.
Dalam sehari-hari pun demikian, sama dengan iklan, propaganda yang dirancang bagus, bisa jadi awalnya kita tolak, tapi setelah ramai orang menerima kita akan menerima tanpa bertanya lagi. Dunia ini di desain sedemikian oleh sekelompok kecil orang agar mereka bisa memanfaatkan dengan sebesar besarnya jumlah manusia yang besar itu untuk kepentingan mereka. Pendidikan yang dirancang seluruh dunia pada dasarnya bukan untuk membuat manusia cerdas tapi untuk membuat manusia patuh, tidak lebih dan tidak kurang. Cerdas yang didapat hanya efek samping dari tujuan utama yaitu patuh. Untuk apa pendidikan dirancang dengan patuh, agar nanti bisa dimanfaatkan oleh banyak pihak, pemerintah, perusahaan dan lain-lain.
Dalam 7 tahun belakangan ini saya belajar tentang NLP, Hynotherapy, Coaching, Parenting, dan ilmu-ilmu psikologi dari berbagai sumber dan apa yang saya sampaikan bukanlah bagian dari ilmu tasawuf tapi hasil dari pelajaran yang saya dapat dari ilmu-ilmu luar tersebut. Apa yang saya tulis di atas adalah ilmu yang telah saya pelajari dan saya pratekkkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari seluruh ilmu yang pernah saya pelajari, kesimpulan singkat bahwa tasawuf berada di atas semua itu.
Tentang hilangnya sikap kritis manusia, salah satu contoh adalah tentang semboyan dalam politik. “Tidak ada kawan abadi yang ada hanya kepentingan abadi”, dan seluruh orang menerima semboyan ini tanpa mau mengkritisi sedikit pun. Kemudian kita mencari alasan pembenaran atas sikap tidak setia kita kepada teman atau sahabat dengan motto itu, dan jadilah politik sebagai lahan perang yang berdarah-darah, bukan sebagai rahmat.
Apa efek ketika manusia menerima semboyan tersebut, hilangnya sikap setia dan munculnya sifat khianat dalam diri kita. Bukankah Rasulullah SAW memberikan contoh sebaliknya, selalu setia kepada sahabat dan selain kepentingan untuk agama, maka persahabatan berada di atas segalanya. Kemudian dibangunlah politik dengan wajah culas, kotor dan penuh dendam, langkah selanjutnya yang sudah bisa ditebak adalah MELARANG ULAMA untuk terjun ke dalam dunia kotor tersebut.
Ketika orang-orang paham agama tidak masuk kedalam politik, maka kekuasaan dipegang oleh manusia licik dan berhati kotor, bertambah parahlah kehidupan masyarakat. Ketika kehidupan dan akhlak masyarakat sedemikian buruk karena system memungkinkan demikian maka nanti yang disalahkan ulama karena tidak mengambil peran dalam membina akhlak, yang salah juga ulama.
Kalau melihat cara menghancurkan ummat ini yang dilakukan oleh kekuatan di luar sana ada dua yaitu :
- Menciptakan system sekuler, dimana kehidupan Negara dan agama saling terpisah. Negara tidak mencampuri urusan agama ummat dan sebaliknya agama tidak diperkenankan masuk ke dalam system bernegara. Turki salah satu contoh bagaimana tatanan kehidupan sedemikian baik dibangun oleh Kesultanan Turki hancur berkeping keping dengan system sekuler ini.
- Membangun sebuah system yang nampak sangat agamis tapi didalamnya dimasukkan Sistem Sekuler Terselubung. Masyarakat dilalaikan dengan slogan-slogan agama, apakah itu berupa “Syariat Islam”, “Kembali ke al Qur’an Hadist”. Dalam system ini masyarakat seperti dimasukkan ke sebuah ruangan, disitu diberikan segala kelengkapan agama, semua symbol symbol agama diberi secara berlimpah sampai mereka lalai, dan mereka tidak di izinkan keluar dari ruangan, mengintip pun tidak boleh. Sistim ini anda bisa lihat di Arab Saudi, negeri yang konon kabarnya sangat Islami. Silahkan anda potong tangan pencuri, silahan anda razia orang yang tidak berbusana muslim, TAPI jangan coba-coba anda terapkan kepada Raja dan aparatnya. Dalam system Negara ini, ulama diberi tempat namun dibatasi. Ulama jangan coba coba memuat fatwa yang bertentangan dengan Raja, kalau ingin hidup selamat di dunia yang fana ini.
Kedua system ini disodorkan kepada kita atas dua dasar sifat manusia, mencari nikmat dan menghindari sengsara. Sebagian orang menganggap system sekuler turki itu baik karena Negara tidak mengintervesi ranah pribadi warga Negara yaitu sikap keshalehan dalam beragama. Sebagian setuju dengan system Arab Saudi, kehidupan beragama warga di atur oleh Negara bahkan cara beragama secara detail dibuat petunjuk jelas, berbeda mazhab pun dilarang. Kelihatan indah dan islami tapi kenyataannya itu semua semu, karena pemerintahannya sama sekuler dengan Turki, Cuma secara terselubung. Kelompok pendukung satu diberi lebel Liberal, kelompok diseberang diberi Lebel Fundamentalis dan pencipta keduanya senyum senyum diluar sana.
Kita bersyukur hidup di Indonesia, sebuah negeri yang di bangun atas perjuangan para syuhada dan doa sekalian ulama sehingga berdiri sebuah Negara kesatuan yang kokoh dan kuat. Namun sejak reformasi, Indonesia mulai dirayu oleh kekuatan raksasa diluar sana untuk menjadikan sebagai Turki yang sekuler atau Arab Saudi yang Sekuler Terselubung. Saya menduga, sekali lagi menduga, bahwa yang merancang Negara Turki sekuler dan Arab Saudi Sekuler Terselubung adalah kelompok yang sama.
Daerah-daerah di Indonesia dengan otonomi daerah sedang menuju kepada dua jalan, namun jalan yang paling banyak dan menggiurkan adalah kepada SEKULER TERSELUBUNG, mencontoh Arab Saudi. Pemimpin tidak perlu pandai, cerdas dan paham agama, yang penting bagaimana dia bisa tampil “agamis” dalam kehidupan sehari-hari karena orang tidak akan menanyakan tentang kemiskinan dan ketidakadilan tapi orang menanyakan bagaimana “keshalehan” pemimpinnya. Maka berlomba-lombalah pemimpin daerah membuat acara-acara seremonial agama, pengajian besar-besaran dan membangun mesjid besar dan megah, karena memang itu yang bisa dijadikan sarana untuk menutupi ketidakmampuan mereka dalam memimpin.
Masyarakat yang protes dan tidak sepaham dengan mereka diberi lebel “Penentang Syariat Islam”, atau “Penentang Hukum Allah”, itulah yang dipraktekkan oleh Arab Saudi sejak Negara ini diciptakan oleh kelompok itu. Di Arab Saudi, perbedaan dirubah dari rahmat menjadi bala. Apapun yang tidak sesuai dengan paham wahabi akan digusur dan dimusnahkan. Pada akhirnya sikap kritis sebagai sifat dasar manusia kian lama kian melemah dan pada akhirnya hilang sama sekali.
Dalam Sistem Sekuler Terselubung, ulama diberi tempat terbatas, hanya mengisi ceramah-ceramah agama, pengajian dan membina pasantren dalam ruang lingkup terbatas. Ketika ulama yang memiliki kemampuan mempimpin mencoba untuk mengubah keadaan agar menjadi lebih baik, maka secara serentak, akur tanpa sikap kritis mereka berteriak, “Ulama Jangan Berpolitik”. Kalau ditanya darimana sumber ucapan tersebut, mereka tidak bisa menjawab, yang penting ulama tidak boleh berpolitik. Apakah ummat Islam tidak sadar bahwa kata-kata “Uama Tidak Boleh Berpolitik” itu adalah pesan-pesan yang di ciptakan oleh Kaum Orientalis yang telah meneliti ratusan tahun bagaimana cara melemahkan ummat Islam. Cara paling mudah adalah membatasi orang-orang yang paham agama dalam sebuah kerangkeng, sehingga mereka tidak bebas mengatur masyarakat.
Orang yang suka berteriak, “Ulama Jangan Berpolitik” barangkali lupa membaca sejarah Islam. Orang-orang yang mengisi pemerintahan di zaman Khulafaur Rasyidin kesemuanya adalah orang-orang yang paham tentang ilmu Agama. Abdullah bin Mas’ud atau Ibnu Mas’ud menjabat sebagai Gubernur Kufah pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Kenapa dijadikan Gubernur, karena Beliau paham agama dan baik akhlaknya. Masyarakat Kufah mengakui bahwa ia adalah orang yang sangat baik akhlaknya: “Kami tidak melihat ada orang yang melebihi Ibnu Mas’ud dalam mengajar.” Saidina Ali bin Abi Thalib pun memuji Ibnu Mas’ud, “Ia adalah orang yang membaca al-Qur’an dengan baik. Menjaga dan memenuhi halal dan haram al-Qur’an. Ia adalah seorang fakih dan alim terhadap sunnah Rasulullah Saw.”
Begitu banyak sahabat-sahabat Nabi yang ditujuk menduduki jabatan karena mereka sangat paham akan agama dan memiliki akhlak yang baik, lalu kenapa kita percaya dengan selogan, “Ulama Tidak Boleh Berpolitik”. Slogan itu sangat ampuh untuk Arab Saudi karena mereka khawatir kekuasaan klan nya tergeser dengan muncul orang-orang cerdas dan berkhualitas serta kritis dalam pemerintahan.
Setelah kita diberi keyakinan bahwa dalam politik tidak ada kawan abadi yang ada hanya kepentingan abadi, politik menjadi kotor, maka sangat masuk akal dimasukkan ide berikut, “Ulama Jangan Berpolitik”, karena nanti akan ikut menjadi kotor.
Apakah tugas ulama (orang berilmu) hanya menjadi tukang ceramah tanpa bisa merealisasikan isi ceramahnya? Apakah mereka hanya bisa berkata mari berbuat baik, mari hidup lebih sejahtera tanpa bisa berbuat apa-apa? Sementara yang mengatur mereka adalah orang-orang yang hatinya 100% hanya untuk dunia.
Apa yang terjadi ketika zaman Belanda dulu seluruh orang berkeyakinan bahwa ulama jangan masuk ranah politik, cukup dipasantren saja, sudah pasti sampai sekarang kita terjajah. Oleh karena sekelompok ulama yang keluar dari slogan itulah kemudian hari membentuk organisasi NU, Muhammadiyah, Serikat Islam dan membentuk pergerakan-pergerakan, inilah cikal bakal gerakan global di seluruh Indonesia yang membuat kita bisa menikmati kemerdekaan saat ini.
Ketika sebagian ulama terjun langsung dalam perang mengorbankan semangat jihad, saat itu pasti juga ada sekelompok orang yang berteriak dengan suara berbeda, “Ulama Jangan Berpolitik” nanti hatinya menjadi kotor. “Ulama Jangan Berperang Karena Jihad Hanya ada di zaman Nabi”. Namun para ulama, Guru-Guru kita yang mulia atas petunjuk dari Allah SWT tetap meneruskan perjuangan karena mereka tahu kalau mereka diam dan berhenti maka masyarakat akan tenggelam ke dalam neraka dunia.
Karena manusia diberi pilihan oleh Allah, maka semua kembali kepada diri kita masing-masing, apakah tetap membiarkan politik menjadi kotor dan licik, ulama dikurung dalam ruang terbatas ataukah politik kita Islamkan sebagaimana hidup kita keseharian menjadi Islam, sehingga dunia politik menjadi rahmat bagi sekalian alam sebagaimana tujuan sejati dari Islam itu sendiri.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika tulisan ini tidak berkenan di hati, terutama para penggemar Turki dan Arab Saudi…
sMoga bermanfaat…
Sufi Muda