Home / Agama / Thariqat/Tasawwuf / Sekilas Tentang Tuhan dalam Pandangan kaum Sufi

Sekilas Tentang Tuhan dalam Pandangan kaum Sufi

“Hanya ada satu Tuhan, abadi, satu-satunya Wujud, tak ada yang eksis kecuali Dia.”

Bagi para ahli mistik dan tasawuf, Tuhan adalah sumber dan tujuan dari segalanya, dan “segalanya adalah Tuhan”. “Tuhan adalah setiap hal dari segala”, meskipun pada waktu yang bersamaan, dari sudut pandang yang lain, setiap sesuatu “tidak berarti apa pun”. Karena keterbatasan akalnya, manusia tak dapat memahami Tuhan sepenuhnya. Yang dapat dilakukan adalah membentuk konsepsi tentang Tuhan bagi dirinya sendiri agar dapat membuat sesuatu yang dapat dipahami dari hal yang tidak terbatas. Berbeda dengan kalangan filosof yang menganggap Tuhan sebagai realitas abstrak yang transenden.

Tuhan bukanlah sesuatu yang abstrak bagi seorang ahli tasawuf atau mistik, bagi mereka Tuhan adalah Realitas Sejati (yang nyata). Tugas kehidupan spiritual adalah menjadikan Tuhan sebagai realitas sejati, sehingga bukan semata-mata imajinasi. Hubungan yang terjalin antara manusia dengan Tuhan adalah lebih nyata jika dibandingkan hubungan–hubungan manusia yang lain dengan segala sesuatu yang ada di dunia.

Manusia tidak boleh menganggap Tuhan sebagai sosok realitas yang abstrak. Dengan mengubah Tuhan menjadi sosok realitas yang abstrak, maka manusia akan kehilangan kesempatan yang diberikan kepadanya untuk mendapatkan manfaat dengan formasi konsepsi Tuhan. Jika kita memulai kehidupan keagamaan kita dengan menyembah Tuhan yang abstrak maka kita memulai dan berakhir pada sesuatu yang salah. Dalam pandangan Inayat Khan, sesungguhnya pandangan dan gagasan tentang Tuhan adalah sebuah jembatan yang menghubungkan kehidupan yang terbatas dengan realitas yang tak terbatas. Siapa pun yang melewati jembatan ini akan selamat melewati kehidupan yang terbatas menuju kehidupan yang tidak terbatas. Gagasan tentang Tuhan atau pikiran ketuhanan adalah kedalaman kehidupan, kedalaman aktivitas yang kepadaNya seluruh dan setiap aktivitas dihubungkan.

Dengan penuh keyakinan para sufi menganggap bahwa Tuhan adalah realitas yang zahir dan immanen meski pada sisi lain dia bersifat batin dan transenden. Meskipun Tuhan tersembunyi (batin) dan “jauh” (transenden) tidak membuat kaum sufi merasa Tuhan begitu jauh dan tak terjangkau sebagaimana yang dikonsepsi oleh para filosof. Para sufi lebih menekankan pandangan Tuhan begitu “dekat” dan “menyatu” (immanen) dengan makhlukNya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib, ketika ia ditanya, “mengapa engkau menyembah Tuhan yang tak kau lihat”?. Imam Ali menjawab ; “bagaimana mungkin aku menyembah Tuhan yang tak aku lihat? Aku melihat Tuhan yang aku sembah, tapi aku tidak melihat dengan mata lahirku, melainkan dengan mata batinku”. Dalam keempatan lain Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, “aku melihat Tuhan sebelum, pada saat, dan sesudah melihat sesuatu”.

Tuhan para sufi adalah Tuhan dari setiap keyakinan, dan Tuhan dari semua makhluk. Meskipun realitasNya hanya satu, tapi ia disebut dengan banyak nama. Allah, Tuhan, God, Gott, Khuda, Brahma, Baghwan, semua nama ini adalah namaNya. Namun, sesungguhnya dia berada di luar batasan nama. Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, para sufi dan mistikus memandang Tuhan adalah “setiap hal dari segala”. Sufi melihat Tuhan di matahari, api, patung, yang disembah sekte-sekte yang berbeda-beda., dan mereka mengenalNya dalam segala bentuk semesta. Tuhan adalah yang lahir dan yang batin, satu-satunya Wujud, Tuhannya para sufi bukan semata-mata keyakinan religius, tetapi juga cita-cita tertinggi yang dapat dibayangkan dan dijangkau oleh manusia.

Sufi dengan mengalahkan ego dan bertujuan semata-mata untuk menemui Tuhan, senantiasa berada di bawah naungan cahaya dan cinta. “Dalam Tuhan” para sufi melihat kesempurnaan segala sesuatu yang ada dalam jangkauan persepsi manusia, akan tetapi para sufi tahu, bahwa Tuhan berada di luar jangkauan manusia. Mereka memandang diriNya seperti memandang kekasih, dan mengambil segala sesuatu yang berasal dariNya dengan penuh tawakkal. Nama suci dari Tuhan baginya adalah seperti obat mujarab. Ajaran Ilahi adalah pedoman bagi dirinya dalam mengemudikan kapal jiwa menuju pantai keabadiaan, Tuhan bagi para sufi adalah seperti pengangkat yang menaikkan (mengangkat) dirinya menuju tujuan kekal (derajat tertinggI), yakni satu-satunya tujuan hidup yang sejati.

Wallahu a’lam bi shawab.

Source: al-Muntazhar

About admin

Check Also

Kitab Rahasia-Rahasia Puasa

”Selama syahwat itu subur, maka hilir mudik setan pada diri manusia senantiasa ada. Selama pengaruh ...