Home / Ensiklopedia / Analisis / Sekilas Profil Para Tokoh Wanita Hebat di Cirebon

Sekilas Profil Para Tokoh Wanita Hebat di Cirebon

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Saudaraku, Cirebon pada abad-abad 13 sampai 15 adalah  sebuah titik episentrum penyebaran Islam yang sangat berpengaruh di Tanah Jawa. Titik episentrum itu, setidaknya, terjadi akibat leburnya ‘dua kekuatan’ yang berpengaruh dan mewarnai Tanah Jawa.

‘Dua kekuatan’ itu adalah yang pertama berasal dari pribumi yakni Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dan yang kedua adalah Tokoh Timur Tengah yakni Sayyid Hasanuddin ‘Adzmatkhan yang dikenal oleh orang Karawang sebagai Syaikh Qurratul ‘Ain yang di Cirebon digelari dengan gelar Syaikh Mursyahadatillah.

Syaikh Mursyahadatillah inilah yang menanamkan benih-benih Islam di dada Nyai Mas Subanglarang yang kemudian menikah dengan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi. Dari sinilah para tokoh Islam yang berasimilasi secara genetik dengan tokoh pribumi menjadikan Cirebon sebagai titik episentrum penyebaran Islam di Tanah Jawa.

Tokoh Islam yang sudah jelas dan masyhur di kalangan kita salah satunya adalah Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan Sunan Gunungjati. Sedangkan para Wanita Super (Wonder Woman) yang keberadaannya mewarnai  Cirebon sebagai titik episentrum penyebaran Islam di Tanah Jawa ini terdiri dari:

1. Syarifah Fathimah Al-Baghdadi (Nyimas Panatagama Pasambangan)

Putri dari Syaikh Dzatul Kahfi dan Istri dari Sunan Gunungjati ini terkenal sebagai Waliyyah (wali perempuan) yang masyhur di Caruban Nagari. Keilmuan Agama Beliau juga mumpuni hingga diangkat menjadi pengajar di Pesantren Pasambangan Amparan Jati yang didirikan oleh Syaikh Dzatul Kahfi Ayahnya.

2. Nyai Ratu Mas Subanglarang

Beliau adalah putri dari Mangkubumi Jumajan Jati Sang Penguasa Muslim Pertama Cirebon, Ibu dari Mbah Kuwu Sangkan, serta Nenek dari Sunan Gunungjati. Beliau adalah seorang Qari’ah yang sangat pakar dalam Ilmu Qira’ah. Kealiman Beliau dalam Qira’ah didapat dari pendidikan Guru Murabbi-nya Sayyid Hasanuddin ‘Adzmatkhan yang dikenal oleh orang Karawang sebagai Syaikh Qurratul ‘Ain yang di Cirebon digelari dengan gelar Syaikh Mursyahadatillah.

3. Nyimas Ratu Endang Geulis

Beliau adalah putri dari Resi Begawan Danuwarsih yang diperistri oleh Mbah Kuwu Sangkan. Beliau bersama suami tercintanya Mbah Kuwu Sangkan dan adik iparnya Nyimas Ratu Rarasantang bersama-sama mendalami agama Islam kepada Syaikh Dzatul Kahfi di Pasambangan Amparan Jati dan kepada Syaikh Bayanillaah di Makkah.

4. Syarifah Muda’im (Nyai Mas Ratu Rarasantang)

Beliau adalah anak kandung dari pasangan Sribaduga Maharaja Prabu Siliwangi dengan Nyai Ratu Mas Subanglarang. Beliau adalah Ibunda dari Sunan Gunungjati. Beliau juga seorang Murid dari Syaikh Dzatul Kahfi. Syarifah Muda’im juga berguru kepada Syaikh Bayanillaah dan para Masyaikh al-Haramain ketika masih tinggal di Makkah. Beliau diperistri oleh Sulthan Mahmud (Syarif ‘Abdullah Umdattuddin), seorang Raja di Kerajaan Champa (Vietnam) yang bertemu di Makkah saat Musim Haji. Jadi, Bapak kandung dari Sunan Gunungjati (Syarif Hidayatullah) adalah seorang Sulthan Mahmud keturunan Rasulullah SAW, yakni Syarif ‘Abdullah Umdatuddin.

5. Nyai Ratu Mas Gandasari

Murid Wanita Kebanggaan Sunan Gunungjati ini berjasa banyak bagi Kesultanan Cirebon. Beliau lebih unggul dalam hal ‘Ilmu Agama dan Kanuragan dibandingkan Santriwati Kanjeng Sunan yang lainnya. Keunggulannya menyebabkan beliau diangkat sebagai satu-satunya Senopati (Panglima) Wanita di Kesultanan Cirebon.

Beliau juga tokoh yang paling berjasa saat terjadi peperangan antara Kesultanan Pakungwati Cirebon dengan Kerajaan Rajagaluh di Gunung Kromong (Palimanan). Saat itu Beliau berperan sebagai Telik Sandi (mata-mata) yang masuk ke dalam basis pertahanan Kerajaan Rajagaluh hingga berhasil mengambil pusaka Bokor Kandaga Mas milik Prabu Cakra Ningrat. Beliau juga menciptakan tarian telik sandi Ronggeng Bugis sebagai salah satu taktik perang.

Karena jasa-jasa Beliau, Kanjeng Sunan menghadiahkan Beliau sebuah wilayah yang diberi nama Panguragan. Sebuah daerah yang kemudian menjadi makam beliau setelah wafatnya.

6. Nyimas Ratu Brai

Nyimas Ratu Brai adalah istri dari Maulana Syaikh Dzatul Kahfi. Beliau adalah yang memprakarsai Kesenian Musik Sufistik ‘Brai’ khas Cirebon yang kemudian dikembangkan oleh putranya Pangeran Panjunan.

7. Putri Tan Hong Tien Nio (Nyimas Ratu Rara Sumanding)

Masyhur dengan sebutan Putri Ong Tien. Beliau adalah putri dari Li Guan Cang, seorang Bangsawan Muslim Tang Lang Hokkian yang juga merupakan Panglima dari Kekaisaran Dinasti Ming di Tiongkok (China) kala itu. Beliau menikah dengan Sunan Gunungjati di Luragung Kuningan dan lama tinggal disana.

Buah dari pernikahan Beliau dengan Sunan Gunung Jati adalah Pangeran Kuningan yang pada akhirnya meninggal di umur 4 bulan karena sakit. Di manapun Sunan Gunungjati keliling Berdakwah, Putri Ong Tien selalu setia menemani.

8. Nyimas Ratu Pakungwati

Beliau adalah putri dari pasangan Mbah Kuwu Sangkan dengan Nyai Endang Geulis. Karena kecintaan Mbah Kuwu Sangkan terhadap putrinya begitu besar, maka Kesultanan Cirebon diberi nama ‘Kesultanan Pakungwati Cirebon’. Sedangkan Keraton-nya diberi nama dengan ‘Dalem Agung Pakungwati’. Beliau dinikahkan oleh Mbah Kuwu Sangkan dengan keponakannya sendiri Sunan Gunungjati.

9. Nyi Gede Sembung (Nyai Quraisyin)

Beliau adalah juru masak (koki) andalan Sunan Gunungjati di Keraton Dalem Agung Pakungwati. Makanan ‘Docang’ termasuk penemuan Beliau atas perintah Sunan Gunungjati untuk tidak membuang sisa bahan makanan di dapur keraton agar tidak menjadi tabdzir. Nyai Quraisyin ini masih kerabat dari Nyai Endang Geulis Istri Mbah Kuwu Sangkan.

10. Nyimas Ratu Antrawulan

Beliau adalah putra dari Ki Pancawala (Pembesar Talaga). Beliau menikah dengan Syarif ‘Abdurrahman bin Sulaiman Al-Baghdadi, Sang Senopati Tertinggi Kesultanan Pakungwati Cirebon yang dikenal dengan Ki Ageng Suropatih.

Diriwayatkan bahwa Beliau dengan Syarif ‘Abdurrahman adalah pasangan sejati. Hingga setelah wafatnya Syarif ‘Abdurrahman, setiapkali Nyimas Ratu Antrawulan ada yang mengganggu, Ruh Syarif ‘Abdurrahman selalu sigap datang untuk melindungi.

11. Nyi Gede Kalideres (Nyimas Ratu Rara Mangi)

Kalau Nyimas Ratu Gandasari adalah santriwati kebanggaan Sunan Gunungjati, maka Nyimas Ratu Raramangi adalah santriwati kebanggaan Mbah Kuwu Sangkan. Nyimas Ratu Raramangi ini adalah putra Ki Ageng Sepuh Sang Penasihat di Pakuan Pajajaran.

Nyimas Ratu Raramangi merupakan salah satu Sufi Wanita Cirebon di zamannya. Hidupnya penuh dengan ta’allum dan ta’lim (belajar dan mengajar). Sangat rajin mudawwamah awrad (melanggengkan wirid) dan muthala’ah kutub (meneliti kitab). Selain ilmu Agama, beliau juga pendekar wanita yang hebat.

12. Nyi Mas Ratu Baduran

Beliau adalah pendekar wanita yang juga murid Sunan Gunungjati. Beliau diamanatkan Sunan untuk membabat alas yang sekarang berada di wilayah Kecamatan Suranenggala. Wilayah tersebut sempat dijadikan Base Camp pasukan gabungan Kesultanan Cirebon dan Demak sebelum berangkat ke Sunda Kelapa (Jakarta) untuk melawan Penjajahan Portugis. Nama Beliau diabadikan sebagai nama daerah ‘Baduran’. Di masa Cirebon dikuasai Keresidenan Belanda, daerah Baduran berubah menjadi ‘Bedulan’ sesuai lidah orang belanda.

Oleh: Rohman Imam Praditha

About admin

Check Also

Maqamat Orang yang Berpuasa

”Sulthanul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani membagi puasa menjadi tiga tingkatan; Puasa Syari’at, Puasa Thariqat ...