Di bawah ini saya copas tulisan Sofia Abdullah di facebooknya. Sofia tekun sekali menelaah buku-buku sejarah dan naskah-naskah kuno, beberapa tulisannya pernah saya baca di media online. Tulisannya berikut ini memberi perspektif baru tentang sejarah Indonesia, menarik sekali. Antara lain, bahwa sebenarnya VOC adalah perusahaan multinasional yang menghalalkan segala cara demi meraup keuntungan sebesar-besarnya. Jadi, yang menjajah Nusantara pada awalnya bukan Belanda, melainkan korporasi global.
Sejarah berulang hingga kini, ketika kita secara lahiriah merdeka, tapi sejatinya sedang terjajah oleh korporasi global (bukan cuma Indonesia, tetapi juga kebanyakan negara-negara berkembang lainnya). Tengok saja bagaimana perilaku korporasi global hari ini yang memonopoli perdagangan dunia dengan cara-cara kasar, antara lain:
- melobi para politisi untuk meloloskan UU yang menguntungkan mereka; dana pembuatan UU itu pun digelontorkan oleh “lembaga sosial” yang sebenarnya perpanjangan tangan korporasi (baca buku Kudeta Putih, Hadi, et al)
- menggunakan kekuatan IMF dan Bank Dunia untuk memaksakan proyek-proyek yang sebenarnya tidak urgen, dan hanya membuat bangsa-bangsa terjerat utang semakin besar (baca buku John Perkins)
- memaksakan aturan-aturan di WTO agar sesuai dengan kepentingan mereka (baca buku Power in Global Governance, Barnet et al,)
Sedikit info ttg IMF: pemilik saham terbesar dalam IMF adalah AS, Jepang, Jerman, Inggris, dan Prancis (disebut G-5). Kekuatan dominasi G-5 terlihat jelas ketika sebuah negara meminjam uang kepada IMF. IMF baru mengucurkan dana pinjaman bila negara itu telah melaksanakan syarat-syarat yang ditetapkan IMF: mencabut subsidi, meningkatkan pajak, liberalisasi pasar, dan meningkatkan suku bunga. Semua persyaratan itu ujung-ujungnya hanya menguntungkan negara-negara pemegang saham terbesar di IMF dan Bank Dunia (keduanya saling bersekutu; oleh Stiglitz disebut sebagai “pilar globalisasi/pasar bebas”; untuk bisa ngutang di Bank Dunia harus jadi anggota IMF). (Baca: Brics, G20, IMF)
Jadi, terlihat ya, bahwa sejarah itu berulang?
********************
Hebatnya Indonesiaku!!
Selama bertahun-tahun disekolah, kita di beri pemahaman bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun!! Entah darimana awalnya pernyataan salah kaprah ini, karena negeri Belanda-nya saja baru resmi terbentuk tahun 1815!! (lih. https://en.m.wikipedia.org/wiki/Netherlands)
350 tahun adalah masa kedatangan bangsa Eropa ke negeri ini, karena sifat mereka yg kasar, Rasis dan ingin menguasai pasaran, penduduk nusantara spontan tidak menyukai mereka dan pada umumnya mengambil sikap bermusuhan. Namun ada juga beberapa bangsa Eropa yg awalnya diterima oleh beberapa penguasa di tanah air karena sikap mereka yg sopan dan menunjukkan sikap mau bekerja sama.
Namun sikap sopan mereka hanya sesaat, tabiat bangsa Eropa yang barbar dan ingin menguasai dan memonopoli perdagangan mulai nampak, kerusuhan pun mulai timbul di berbagai pusat perdagangan akibat ulah mereka, dari sinilah kemudian timbul peperangan di tiap-tiap wilayah. Dari sejak awal kedatangan bangsa Eropa inilah, penduduk Ind mulai melakukan perlawanan, agar wilayahnya kembali damai seperti seblm kedatangan bangsa Eropa.
Lalu siapa sebenarnya yang menjajah kita???
Buat pecinta sejarah, pecinta film-film dan novel-novel perjuangan jadul, selalu dikatakan yang menjajah kita adalah ‘kumpeni’, bukan Belanda, kenapa kumpeni? Karena Kumpeni adalah sebutan yang digunakan untuk VOC.
Kenapa VOC?? Karena penjajah sebenarnya negeri kita adalah persekutuan dagang multinational, yang lebih dikenal dalam bahasa Belanda sebagai VOC, yang merupakan singkatan dari Vereenigde Oost-indische Compagnie yang dalam bahasa Indonesianya berarti gabungan perusahaan dagang HindiaTimur atau dalam bahasa Inggrisnya disebut EIC (East India Company).
Yah! Multinational, dengan kata lain yang menjajah negeri ini bukan cuma 1 negara kecil yang bernama Belanda tapi hampir seluruh negara Eropa barat yang kita kenal sekarang, lebih tepatnya para tuan tanah pendiri negara-negara di Eropa barat yang kita kenal sekarang, termasuk Inggris, Perancis, Belgia dan Belanda serta negara-negara Eropa lainya yang (ternyata baru mulai) berdiri sekitar tahun 1500, kecuali Portugis dan Spanyol. Dengan bantuan pinjaman modal, pasukan dan senjata dari para tuan tanah ini negara-negara Eropa saling bantu untuk menguasai negeri kita tercinta.
Hebatnya, walaupun nusantara telah di keroyok sedemikian banyak negara-negara Eropa yang tergabung dalam VOC, baru setelah 200 tahun mereka dapat menguasai hampir seluruh wilayah nusantara dengan berbagai cara, dari mulai monopoly perdagangan, pembantaian, Adu domba antar wilayah nusantara, hingga peperangan terbuka. Sejak kedatangan bangsa Eropa ke negeri ini, leluhur nusantara selalu dalam posisi siaga tempur, untuk mempertahankan negeri tercinta.
Sebenernya apa sih VOC itu?? Dan apa tujuan dibentuknya VOC/EIC ?
Tujuan utama dibentuknya VOC dan EIC adalah untuk menguasai dan memonopoli pasar dagang di Hindia Timur. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya VOC atau EIC ini adalah persekutuan dagang multi nasional.
Persekutuan atau gabungan perusahaan dagang ini dimodali oleh tuan tanah-tuan tanah Eropa yang memiliki tanah atau wilayah pecahan kekaisaran Romawi Barat yang runtuh tahun 476M.
Tuan tanah-tuan tanah ini sering disebut juga ‘pettite kingdom’ atau kerajaan-kerajaan kecil karena mereka punya wilayah, penduduk dan raja di dalam wilayah-wilayah mereka yang di terlindungi di dalam kastil-kastil berbenteng.
Hindia Timur adalah nama yang digunakan bangsa Eropa untuk menyebut wilayah Asia Tenggara sd kepulauan Indonesia sekarang dan Hindia Barat untuk menyebut negeri India sekarang.
Awalnya kerajaan-kerajaan kecil di Eropa ini datang perorangan dengan bendera dari perusahaan dagang mereka masing-masing dari tiap-tiap klan keluarga bangsawan pemilik perusahaan dagang yang ada di Eropa saat itu, namun mereka kalah saing dengan portugis dan spanyol ditambah lagi barang dagangan mereka tidak laku di pasar tanah air kita, karena mereka tidak mampu mengalahkan pedagang-pedagang dari negeri Asia lainnya.
Karena kalah dalam persaingan dagang inilah para tuan tanah Eropa mengalami kerugian, jangankan menguasai wilayah, dalam persaingan dagang pun mereka kalah saing.
Dengan alasan inilah kemudian perusahaan dagang-perusahaan dagang Eropa ini bersatu, mengumpulkan modal bersama membuat persekutuan dagang multinasional yang di sebut VOC.
Dengan suntikan dana yang ada, VOC mengumpulkan pasukan dari berbagai bangsa yg telah mereka kuasai, dan merekrut para kriminal yang mereka bebaskan untuk dijadikan prajurit upahan mereka. VOC memiliki kekuasaan yang luas selain meminjamkan modal usaha bagi perusahaan perusahaan dagang anggotanya, mereka juga memproduksi senjata, mengeluarkan mata uang, memutuskan perang dan berbagai keperluan perang lainnya, seperti layaknya sebuah negara, karenanya VOC sering dikatakan sebagai ‘ Negara dalam Negara’.
Dengan kata lain segala yang di perlukan untuk menguasai Hindia Timur (Indonesia) disediakan oleh VOC dalam bentuk HUTANG, karena untuk menguasai Hindia Timur mereka membutuhkan senjata, pasukan dan modal yang besar, yang tidak mungkin di miliki oleh satu perusahaan dagang.
Dengan mengetahui sejarah di bentuknya VOC ini sebenarnya kita dapat mengetahui bahwa tujuan mereka sesungguhnya adalah menguasai Hindia bukan untuk berdagang, seperti yang selama ini kita baca dalam buku-buku sejarah umum.
Perdagangan yang mereka lakukan hanyalah kamuflase untuk menguasai Hindia Timur untuk mendapatkan GOLD (emas), GLORY (kejayaan/kekuasaan) GOSPEL (penyebaran agama Kristen), BUKAN rempah2..kalau tujuan mereka hanya untuk mendapatkan rempah-rempah, mereka gak perlu susah payah membentuk VOC.
Hindia Timur yang Maju menjadi latar belakang terbentuknya VOC
Bangsa kita adalah bangsa yang maju, dalam berbagai catatan perjalanan para pelaut Arab, Cina, Eropa dan negara-negara Asia lainnya di kisahkan bahwa pelabuhan2 sepanjang pantai utara jawa adalah pelabuhan2 Internasional, terlengkap pada masanya. Kota-kota pelabuhan ini berfungsi sebagai pusat perdagangan yang memberikan berbagai fasilitas dan jasa bagi kapal2 asing yang berlabuh dan mengadakan perdagangan, seperti misalnya penukaran uang, penginapan, bengkel kapal dsb.
Sementara kondisi Eropa sebaliknya, sejak runtuhnya kekaisaran Romawi pada tahun 476 M, negara-negara di Eropa terpecah menjadi beberapa kerajaan-kerajaan kecil yang selalu berperang memperebutkan wilayah. Karena selalu berperang antar wilayah, penduduknya menjadi terbelakang dan buta pengetahuan, hingga kemunduran bangsa Eropa mencapai puncaknya pada tahun 700-an hingga 1500-an, kemunduran ini disebut dengan ‘dark ages’.
Singkat kisah, munculnya agama Islam, invasi bangsa Arab ke benua Eropa hingga perang salib yang terjadi selama ratusan tahun, telah menyadarkan bangsa Eropa bahwa peradaban mereka telah tertinggal jauh dengan peradaban Islam dan negara-negara Asia lainnya.
Perang salib yang terjadi selama 500thn pada dasarnya adalah perebutan kekuasan antara penguasa Eropa yang dikuasai oleh kekuasaan gereja dan mengatas namakan Kristen dan penguasa Arab yang mengatasnamakan Islam.
Perang salib ini selain memiliki dampak merusak seperti pada umumnya perang, ternyata juga memiliki dampak positif bagi bangsa Eropa, diantaranya adalah tersebarnya informasi ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para ilmuwan muslim saat itu ke dunia barat, termasuk buku-buku karya ilmuwan Yunani dan Romawi yang telah ditinggalkan di negaranya namun masih tersusun rapi dalam perpustakaan-perpustakaan Islam.
Perkembangan Islam yang pesat, invasi bangsa Arab hingga ke wilayah Eropa, menimbulkan rasa Khawatir bangsa Eropa dan memaksa para penguasa Eropa mencari ‘Dunia baru’, yang akan mereka jadikan sebagai negara Eropa kedua. Dunia Baru bernama ‘India’, yang namanya mereka temukan dalam literatur Islam yang di salin dari buku karya ilmuwan Yunani bernama Plato, akhirnya menjadi tujuan utama mereka. Dimulailah era pencarian dunia baru yang diawali dengan perjalanan darat Marcopolo (1254-1324), seorang pedagang dan pengelana dari Venesia, utusan gereja Romawi Timur (Constantinopel).
India dalam benak bangsa Eropa saat itu adalah sebuah bangsa primitif, kanibal dan terbelakang. Kebayangkan gimana kagetnya bangsa Eropa ketika akhirnya mereka berhasil menemukan India, sebuah negara maju dengan penduduk yang beradab dan berfikiran maju, dan mayoritas penguasa wilayahnya dan penduduknya saat itu telah memeluk agama Islam.
Kota pelabuhan yang ramai, dengan para pedagang dari berbagai bangsa yang menjual berbagai barang dagangan, sistem pemerintahan yang teratur, bersatu, dengan hukum yang telah di jalankan dengan tertib, tentunya bukan saingan bagi bangsa Eropa, yang pada masa itu tertinggal jauh dibelakang baik dalam dunia perdagangan maupun ilmu pengetahuan. Dari titik inilah mereka akhirnya menyadari, bahwa hanya dengan bergabung mereka dapat mencapai tujuan mereka, hingga dibentuklah VOC pada tanggal 20 Maret 1602.
VOC, Sekutu, IMF & Lembaga sejenis
Setelah 200 tahun berkuasa dan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan kekuasaannya, pada tanggal 31 Desember 1799, VOC akhirnya dibubarkan, dengan alasan korupsi, manipulasi dsb.
Tapi menurut kami, berdasarkan data-data yang telah kami pelajari dari berbagai sumber, VOC dibubarkan karena memang misi-nya untuk menguasai Nusantara telah selesai, walaupun kemudian Hindia timur di kuasai oleh Belanda, para pemegang saham VOC tetap mendapat keuntungan terbesar dari pembagian keuntungan berupa hasil bumi dan kekayaan alam dari negara-negara yang pernah menjadi anggota VOC yang diambil dari negara-negara jajahannya.
Secara de facto dan de Jure VOC, EIC dan gabungan perusahaan dagang Eropa lainnya dengan bahasanya masing-masing, memang dibubarkan, namun sejarah membuktikan pada kita bahwa persekutuan itu tetap ada hingga saat ini dan tetap mempraktekkan cara-cara lama untuk keberhasilan tujuan mereka, hanya namanya saja yang berganti.
VOC dibubarkan kemudian berganti nama menjadi sekutu pada PD I dan II, setelah PD I & II untuk menekan negara-negara yang dianggap berpotensi membahayakan mereka membentuk NATO pada tahun 1949. Negara-negara dengan kekayaan alam yang besar mereka ikat dengan hutang melalui keanggotaan IMF yang di bentuk tahun 1945.
para pecinta sejarah tentu masih ingat bagaimana Belanda dengan liciknya ingin menguasai kembali Indonesia dengan menjadi bagian dari tentara sekutu yang datang ke nusantara untuk melucuti senjata tentara Jepang. Hadirnya Belanda dalam pasukan sekutu yang kemudian ikut andil dalam perang mempertahankan kemerdekaan setelah proklamasi antara 1945-1948 adalah bukti yang jelas bahwa kerjasama untuk menguasai wilayah Nusantara itu masih ada dan terus ada hingga saat ini dengan berbagai caranya.
Banyak kejanggalan seputar VOC/EIC atau apapun namanya dalam bahasanya masing-masing, bila dikatakan satu lembaga yang berbeda, dan bahkan saling bersaing antara yang satu dengan lainnya, bersaing untuk mendapatkan wilayah perdagangan antar perusahaan dagang secara perseroan mungkin iya, tapi dalam banyak hal mereka tetap bersatu dan bekerjasama di bawah 1 bendera VOC atau EIC dan mendapat fasilitas yang sama, itu sebabnya ketika tujuan mereka telah berhasil, VOC atau EIC yang fokus di wilayah malaysia dan Indochina dibubarkan dalam waktu hampir bersamaan.
Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan setelah sebagian besar Jawa, Kalimantan dan Sumatera telah mereka kuasai, demikian pula EIC dibubarkan tahun 1858 setelah tujuan untuk menguasai semenanjung Malaysia, sebagian Indochina dan anak benua India telah mereka dapatkan.
Kebetulan? Kami rasa tidak, baik VOC ataupun EIC di bubarkan karena memang misi mereka telah selesai, ketika para tuan tanah, pemegang saham utama VOC tinggal ‘menikmati’ hasil kerja yang mereka usahakan dengan menghalalkan berbagai cara selama 200 tahun kedatangan mereka di bumi Nusantara.
Bila dianalogikan pada masa kini persekutuan dagang VOC atau EIC ini ibarat Sekutu, Nato atau IMF (International Monetary Fund), yang dengan cara yang halus mengambil keuntungan dengan meminjamkan uang, pasukan, senjata dan modal utk berperang atau dalam bahasa mereka ‘meredakan konflik internal’, namun anehnya untuk meredakan ‘konflik internal’ ini mereka menggunakan kekuatan dari luar.
Kekayaan yang didapat oleh lembaga-lembaga sejenis ini diperoleh dari pembayaran hutang dari negara-negara anggota yang meminjam kepada mereka, beserta bunganya. ketika suatu negara tidak lagi membutuhkan IMF, mereka akan menciptakan konflik dalam negara tersebut, meminjamkan pasukan, uang dan senjata dengan cara ini mereka akan memenuhi kas2 negara mereka masing-masing.
Refleksi 17 Agustus
Walaupun telah menguasai sebagian besar pulau dan wilayah di Nusantara, tidak membuat leluhur kita menyerah dan pasrah pada penjajahan, perjuangan terus berlanjut, letupan-letupan perjuangan di berbagai daerah melawan pemerintah kolonial selalu ada hingga puncaknya dengan berakhirnya perang Jawa (1830) dan dikuasainya Aceh oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar tahun 1910-12 dengan cara yang licik.
Sebagai bangsa Indonesia kita seharusnya bangga dengan perjuangan leluhur kita yang tidak pernah mengenal kata menyerah, dengan kekuatan keyakinan dan semangat perang Jihad yang dirintis para ulama, kaum Santri, dan para pejuang negeri ini yang telah mengorkan jiwa dan raganya untuk membebaskan nusantara tercinta dari cengkraman penjajahan.
17 Agustus 1945 adalah pernyataan sikap kita sebagai bangsa yang merdeka, bangsa yang berdaulat, yang selama ratusan tahun berjuang menghadapi penjajah baik penjajah asing ataupun penjajah yang berkedok ‘pribumi’.
Kemerdekaan adalah mereka yang terbebas dari belenggu-belenggu yang tercipta pada era kolonial, yang menjadikan bangsa Indonesia terjajah lahir dan batin. Belenggu Adu domba, iming2 harta dan kekuasaan, fanatik buta, doktrinisasi dan sebagainya yang dijadikan alat untuk mencapai segala keinginan penjajah.
Pahlawan-pahlawan hebat negeri ini seperti Diponegoro, Cut Nyak Dien, Untung Surapati, para pendahulu dan penerus mereka adalah sosok yang merdeka lahir dan bathin, walaupun secara lahir mereka dikalahkan, disiksa, dipenjara dan dihinakan, mereka tidak pernah termakan hasutan, rayuan duniawi, Adu domba, fanatisme dan segala hal yang merugikan manusia lain yang melemahkan bangsa ini secara langsung ataupun tidak.
Kemerdekaan berada pada jiwa-jiwa yang merdeka, jiwa yang tidak terbelenggu oleh keinginan-keinginan duniawi yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Kemerdekaan berada pada jiwa yang terbebas dari segala bentuk Adu domba, hasutan, fanatisme, ketidak pedulian, dan lain sebagainya.
Apakah kita sudah merdeka? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing..
Semoga Allah SWT memberi kita kekuatan untuk menjadi orang yang merdeka lahir dan batin, seperti yang diajarkan Rasul saw dan Ahlilbaitnya yang suci..
Sholawat dan Fatihah kepada rasul dan ahlulbaitnya dan kepada para pahlawan bangsa yang telah menjadi kan rasul saw dan ahlulbaitnya sebagai sumber kekuatan perjuangan mereka untuk memperoleh kemerdekaan bagi negara Indonesia, pengakuan sebagai bangsa yang bebas dan merdeka, yang telah dengan tulus dan ikhlas mengorbankan jiwa dan raganya bagi kemerdekaan Nusantara tercinta..
Ditulis oleh Sofia Abdullah
Disarikan dari sumber-sumber di bawah ini :
- Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern
- Heuken, Adolf, Historical sites of Jakarta
- Biografi Raden Saleh, berkisah tentang sikap penduduk Banten dan Cirebon ‘menyambut ‘ kedatangan bangsa portugis.
- Blackburn, Susan, Jakarta Sejarah 400 tahun
- Stockdale,John Joseph, Sejarah Tanah Jawa
- Van Kessel, Inneke, Serdadu Afrika di Hindia Belanda 1831-1945
- https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dutch_East_India_Company
- https://en.m.wikipedia.org/wiki/East_India_Company
- https://en.m.wikipedia.org/wiki/NATO
- https://en.m.wikipedia.org/wiki/International_Monetary_Fund
- https://en.m.wikipedia.org/wiki/Allies_of_World_War_I
- https://en.m.wikipedia.org/wiki/Allies_of_World_War_II