Home / Relaksasi / Renungan / Sejadah Pemberian Sang Jenderal

Sejadah Pemberian Sang Jenderal

“Inilah kisah Presiden terpilih Jenderal Prabowo Subianto yang diberi nasehat oleh seniornya, Jenderal Wismoyo Arismunandar”

Oleh: H. Derajat*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.

Dalam sebuah pidatonya Pak Prabowo mengenang kembali nasehat dari seniornya yaitu Jenderal Wismoyo Arismunandar, ketika beliau akan berangkat ke sebuah pertempuran:

Apa yang menjadi Nasehat Jenderal Wismoyo tentunya sejalan dengan apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa sebaik-baik orang beriman adalah ia yang senantiasa mengingat kematian. Hal ini dikatakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللّٰهِ، أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا » قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ »

“Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita: Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya: Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik ? Beliau menjawab: Yang paling baik akhlaknya, orang ini bertanya lagi: Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)? Beliau menjawab: Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal.” (HR. Ibnu Majah).

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al-A’raf ayat 34:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ ۞

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”

Kehidupan dunia ini tidaklah kekal dan hanya sementara. Akan ada masa di mana semuanya berakhir termasuk dunia dan seisinya. Ketika itu, manusia dan makhluk lainnya akan binasa.

Hari kiamat tidak diketahui kapan akan terjadi. Namun yang pasti, kiamat kecil atau kematian sangat dekat dengan setiap manusia dan bisa terjadi kapan saja.

Oleh sebab itu, tidak semestinya seorang muslim terlalu asyik terhadap kehidupan duniawi, sehingga lalai atau lupa akan akhirat.

Allah SWT sering memperingatkan manusia untuk tidak hanya mementingkan kehidupan duniawi saja, namun harus fokus pada akhirat. Di antara peringatan tersebut adalah umur yang semakin bertambah, tubuh yang semakin lemah, dan sakit-sakitan.

Nasihat Kematian Imam Syafi’i

Sadar atau tidak, sesungguhnya seluruh manusia sedang menuju kepada kematian. Siap atau tidak, cepat atau lambat, tua atau muda, semua manusia akan menghadapinya.

Orang yang cerdas akan menjadikan kematian sebagai nasihat dan guru dalam kehidupan. Sedikit saja lengah, maka ia telah kehilangan guru terbaik dalam hidupnya.

Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW,

كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا (رَوَاهُ الطَّبْرَانِيّ وَالْبَيْهَقِيّ)

“Cukuplah kematian itu sebagai penasihat.” (HR Thabrani dan Baihaqi)

Dalam hadits lain, Beliau SAW juga bersabda:

اَكْثِرُوْا ذِكْرَ الْمَوْتِ فَإِنَّهُ يُمَحِّصُ الذُّنُوْبَ وَيُزَهِّدُ فِي الدُّنْيَا فَإِنْ ذَكَرْتُمُوْهُ عِنْدَ الْغِنَى هَدَمَهُ وَإِنْ ذَكَرْتُمُوْهُ عِنْدَ الْفَقْرِ أَرْضَاكُمْ بِعَيْشِكُمْ (رَوَاهُ أَبِي الدُّنْيَا عَنْ أَنَسٍ)

“Perbanyaklah mengingat mati, maka sesungguhnya ia membersihkan dosa-dosa dan membuat benci (kemewahan) dunia, jika engkau mengingatkannya di samping kekayaan, maka ia akan merobohkannya, dan jika engkau mengingatkannya di samping kefakiran, maka ia akan membuat ridha dengan kehidupan (ekonomi)-mu”. (HR. Ibnu Abid Dunya dari Anas).

Sementara itu, Imam Syafi’i juga memberi nasihat perihal kematian. Nasihat kematian Imam Syafi’i tersebut di antaranya:

“Tidak sepantasnya seorang mukmin lalai dari mengingat mati dan menyiapkan diri untuk menyambutnya.”

Pesan yang dapat diambil dari nasihat ini, setiap mukmin harus senantiasa mengingat kematian setiap saat. Dengan begitu, dirinya akan selalu terhindar dari perbuatan tercela maupun perbuatan dosa.

Mukmin tersebut tidak mungkin menyia-nyiakan waktunya yang hanya sebentar sebelum kematian menjemput ini dengan perbuatan sia-sia atau bahkan tercela. Oleh karena itu, dirinya akan senantiasa memperbanyak perbuatan baik dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Kemudian Imam Syafi’i memberi nasihat lainnya yang berbunyi,

“Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu.”

Nasihat ini memiliki pesan yang hampir sama dengan nasihat sebelumnya. Nasihat ini muncul karena banyaknya orang yang di dunia yang sangat tidak memprioritaskan akhirat dan malah fokus pada kehidupan duniawi.

Banyak dari manusia yang berpikiran bahwa akhirat adalah ilusi atau cerita fiksi yang keberadaannya tidak diyakini. Itulah sebabnya, Imam Syafi’i menasihati agar menjadikan akhirat senantiasa ada di hati kita.

Sementara itu, mestinya hal-hal yang duniawi harus ditempatkan di “tangan”. Artinya, manusia tidak boleh menjadikannya tujuan utama dalam kehidupan. Sebab semua hal yang ada di dunia ini adalah fana dan tidak kekal.

Ku akhiri risalah ini dengan do’a:

اَللّٰهُمَّ أَحسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْآخِرَةِ

Allãhumma ahsin ‘ãqibatanã fil umûri kullihã wa ajirnã min khizyid dun-yã wa ‘adzãbil ãkhirah

“Ya Allah, baguskanlah akhir dari segala urusan kami dan hindarkanlah kami dari kehinaan godaan dunia dan siksa di akhirat nanti.”

___________

* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

 

About admin

Check Also

Makna Bashirah dan Tingkatannya

“Syaikh Ahmad ibn ‘Athaillah Assakandary dalam al-Hikamnya membagi bashîrah dalam tiga tingkatan; Syu’ãul bashîrah, ‘Ainul bashîrah ...