Home / Agama / Kajian / Segala Sesuatu Selain Allah itu Pada Hakikatnya Tidak Ada

Segala Sesuatu Selain Allah itu Pada Hakikatnya Tidak Ada

Inilah salah satu makna kalimat “Lã Ilãha Illallãh“.

Oleh: H Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, Guru kami, Syaikh Ahmad Ibnu ‘Athaillah Assakandari dalam Kitab al-Hikam nomor hikmat ke-148 menuturkan:

مَاحَجَبَكَ عَنِ اللّٰهِ وُجُوْدُ مَوْجُوْدٍ مَعَهُ، وَلٰـكِنْ حَجَبَكَ عَنْهُ تَوَهُّمُ مَوْجُوْدٍ مَعَهُ

“Tiada benda apa pun yang menghijab engkau dari Allah, tetapi yang menghijab adalah persangkaanmu tentang adanya sesuatu di samping Allah”.

Segala sesuatu selain Allah itu pada hakikatnya tidak maujûd (tidak ada). Sebab yang wajib wujud (ada) itu hanya Allah, sedangkan yang lainnya terserah belas kasih Allah untuk diadakan atau ditiadakan.

Seorang Arif berkata, “Adanya seluruh makhluk ini bagaikan bayangan pohon di dalam air, maka ia tidak akan menghalangi jalannya kapal (perahu). Dengan demikian, hakikat yang sebenarnya adalah tiada benda apapun yang maujûd di samping Allah untuk menghijab engkau dari Allah, hanya engkau sendiri mengira bayangan itu sebagai sesuatu yang maujûd”.

Contoh lain, seseorang bermalam di suatu tempat. Tiba-tiba pada malam hari ketika dia akan buang air mendengar suara angin yang menderu masuk ke lubang, sehingga persis sama dengan suara harimau. Maka dia tidak berani keluar.

Pada pagi harinya dia tidak melihat bekas-bekas harimau. Akhirnya, dia tahu bahwa itu hanya tekanan angin yang masuk ke lubang. Dengan demikian, dia tertahan bukan karena harimau, hanya karena perkiraan adanya harimau.

Kemudian dalam hikmat ke-149, Syaikh Ahmad Ibnu ‘Athaillah Assakandari melanjutkan;

لَوْ لَا ظُهُوْرُهُ فِي الْمُكَوَّنَاتِ مَا وَقَعَ عَلَيْهَا وُجُوْدُ اِبْصَارٍ، وَلَوْ ظَهَرَتْ صِفَاتُهُ اِضْمَحَلَّتْ مُكَوَّنَاتُهُ

“Andaikan Allah tidak dzhãhir pada benda-benda (makhluk) alam ini, tidak mungkin ada penglihatan padaNya, Jikalau Allah mendzhãhirkan sifatNya pada semua makhluk, maka lenyaplah semua makhlukNya”.

Yakni, dzhãhirnya Allah kepada kita itu dari belakang tabir berupa semua makhluk. Inilah yang menjadikan dzhãhirnya semua makhluk sehingga menjadi sebab kita bisa melihat wujudnya makhluk. Seperti juga dzhãhirnya sinar matahari yang ada di kaca cermin.

Seumpama Allah tidak dzhãhir di belakang tabir makhluk, itu artinya Allah dzhãhir dengan sifat DzatNya secara langsung, maka semua makhluk akan hancur.

Allah SWT berfirman:

فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ ۞

Falammã tajallã rabbuhû lil-jabali ja’alahû dakkaw wa kharra mûsã sha‘iqã

“… Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan…”. (QS. Al-A’rãf [7]: 143)

Rasulullah SAW bersabda:

حِجَابُهُ النُّوْرُ لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سَبَحَاتِ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ ۞

Hijãbuhun nûru law kasyafahû la-ahraqat sabahãti wajhihî mantahã ilaihi basharuhû min khalqih

“Hijab Allah itu berupa cahaya, jika dibuka pasti akan terbakar segala sesuatu yang menghadapinya, penglihatanNya tak pernah habis kepada makhlukNya”.

Kututup tulisan ini dengan do’a:

اللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ، رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Allãhumma innã nas-aluka salãmatan fid-dîni wa ‘ãfiyatan fil-jasadi wa ziyãdatan fil-‘ilmi wa barakatan fir-rizqi wa taubatan qablal mauti wa rahmatan ‘indal mauti wa maghfiratan ba’dal mauti, Allãhumma hawwin ‘alainã fî sakarãtil mauti wan-najãta minan-nãri wal-‘afwa ‘indal hisãb. Rabbanã lã tuzigh qulûbanã ba’da idz hadaitanã wa hab lanã mil-ladunka rahmatan innaka antal wahhãb. Rabbanã ãtinã fid-dunnyã hasanah, wa fil-ãkhirati hasanah wa qinã ‘adzãban nãr.

“Ya Allah kami memohon kepadaMu keselamatan dalam agama dan kesejahteraan/kesegaran pada tubuh dan penambahan ilmu, dan keberkahan rizqi, serta taubat sebelum mati dan rahman di waktu mati, dan keampunan sesudah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami saat pencabutan nyawa selamat dari api neraka dan mendapat kemaafan ketika amal diperhitungkan. Ya Allah, janganlah Engkau goyahkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka”.

Wallãhu A’lamu bish-Shawãb

 

About admin

Check Also

Sudahkah Engkau Berdzikir?

Oleh: H. Derajat* بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ ...