“Para sahabat menjadikan kesabaran dalam kesulitan sebagai jalan mencapai ridha Allah SWT”
Oleh: Raden Mahmud Sirnadirasa*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Di masa kesulitan ekonomi seperti di negara kita saat ini, tentulah akan banyak kita jumpai orang-orang yang memiliki hutang, baik untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya, atau membangun ekonomi rumah tangganya. Situasi sulit semacam ini juga pernah dialami Sayyidina Mu’adz bin Jabal RA, sahabat Nabi Muhammad saw yang terkenal sangat cerdas dari klan Khazraj, Madinah.
Diriwayatkan, sahabat Mu’adz RA mempunyai utang emas satu uqiyah (setara 201 gram), atau sekitar 180 juta rupiah, kepada orang Yahudi bernama Yohana bin Maria. Malangnya, pada Jumat pagi, Yohana datang untuk menagihnya dan menunggunya di depan pintu rumah Mu’adz RA.
Mengetahui Yohana menghadangnya di depan pintu untuk menagih utang, Mu’adz RA pun bersembunyi di dalam rumah hingga tidak berangkat Jum’atan. Hal ini tentu mengagetkan. Saat shalat Jumat, Nabi SAW pun mencari-cari Mu’adz RA yang tidak nampak di sana.
Pada waktu berikutnya saat bertemu Nabi SAW segera menegur Mu’adz RA: “Apa yang mencegahmu dari berangkat menunaikan shalat Jumat, hai Mu’adz?”
“Karena Yohana Nabi,” lalu Mu’adz RA menceritakan kisahnya. “Karenanya, aku enggan keluar rumah khawatir, Yohana menagihku. Sementara aku belum punya harta untuk melunasinya,” jawab Mu’adz RA secara jujur.
“Tidakkah kamu mau aku ajari, hai Mu’adz, beberapa kalimat yang bila kamu berdoa dengannya, andaikan kamu punya utang emas sepenuh bumi, niscaya Allah akan melunasinya darimu?” Tanya Nabi SAW setelah mendengar cerita Mu’adz RA.
“Ya, Nabi,” jawab Mu’adz RA penuh semangat. Kemudian Nabi SAW mengajari Mu’adz RA untuk membaca Surat Ali ‘Imran ayat 26-27 dan sebaris doa. (Ja’far bin Muhammad al-Mustaghfiri, Fadhâ’ilul Qur’ân, Beirut, Dârul Kutubil ‘Ilmiyah), halaman 216).
Inilah Surat Ali Imran Ayat 26-27:
قُلِ اللّٰهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ۞ تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ ۖ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ ۖ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ۞
Qulillãhumma mãlikal-mulki tu`til-mulka man tasyã`u wa tanzi’ul-mulka mim man tasyã`u wa tu’izzu man tasyã`u wa tużillu man tasyã`, biyadikal-khaîr, innaka ‘alã kulli syai`ing qadîr (26) Tûlijul-laila fin-nahãri wa tûlijun-nahãra fil-laili wa tukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa tukhrijul-mayyita minal-ḥayyi wa tarzuqu man tasyã`u bighairi ḥisãb (27).
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu (26). Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan (27).”
Inilah doa yang diajarkan kepada Muadz bin Jabal RA. Usai mendawamkan doa ini, Allah SWT memenuhi utang yang dimiliki Muadz RA.
اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Allãhumma innî a’ûdzu bika minal-hammi wal-hazani wa a’ûdzu bika minal-‘ajzi wal-kasali wa a’ûdzu bika minal-jubni wal-bukhli wa a’ûdzu bika min ghalabatid daini wa qahrir rijãli.
“Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari kekhawatiran dan kesedihan dan saya berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan dan saya berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan saya berlindung kepada-Mu dari keutamaan agama dan menaklukkan orang-orang berkata, Saya dapat melakukannya, Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, dan telah melunasi utangku kepadaku.” (HR Dawud).
Adapula doa yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Abu Umamah RA.
اَللّٰهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ، إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَحْمٰنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَرَحِيْمَهُمَا تُعْطِيْهُمَا مَنْ تَشَآءُ وَتَمْنَعُ مِنْهُمَا مَنْ تَشَآءُ، اِرْحَمْنِيْ رَحْمَةً تُغَنِّيْنِيْ بِهَا عَنْ رَحْمَةٍ مِنْ سِوَاكَ
Allãhumma mãlikal-mulki tu`til-mulka man tasyã`u wa tanzi’ul-mulka mim man tasyã`u wa tu’izzu man tasyã`u wa tużillu man tasyã`, biyadikal-khaîr, innaka ‘alã kulli syai`ing qadîr, rahmãnad dunyã wal-ãkhirati wa rahîmahumã tu’thîhuma man tasyã’u wa tamna’u minhumã man tasyã’u, irhamnî rahmatan tughannînî bihã ‘an rahmatin min siwãk.
“Ya Allah, Engkau pemilik kerajaan. Hargai siapa pun yang Kau kehendaki dan hina siapa pun yang Kau kehendaki, di tangan-Mu kebaikan , karena Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang Maha Penyayang di dunia dan di akhirat, dan Yang Maha Penyayang di antara mereka. Engkau memberikannya kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan mencegahnya dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Kasihanilah aku dengan rahmat yang cukup kepada saya, Tak ada yang dapat memberi rahmat selain Engkau ya Allah.” (HR At-Thabrani)
Ada hikmah yang harus kita jadikan pedoman kehidupan sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
اِحْفَظِ اللّٰهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إلَى اللّٰهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Ihfadzhillãha tajidhu amãmak, ta’arraf ilallãhi fir-rakhã’i ya’rifka fisy-syiddah, wa’lam anna mã akhtha’aka lam yakun liyushîbak, wa mã ashãbaka lam yakun liyukhthi’ak, wa’lam annan-nashra ma’ash-shabri, wa annal-faraja ma’al-karbi, wa anna ma’al-‘usri yusrã
”Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu, ingatlah Allah dalam keadaan engkau lapang, niscaya Dia akan mengingatmu dalam keadaan engkau sulit. Dan ketahuilah, bahwa segala sesuatu yang Allah tetapkan luput darimu, niscaya tidak akan pernah menimpamu. Dan segala sesuatu yang telah ditetapkan menimpamu, maka tidak akan luput darimu. Ketahuilah, bahwa pertolongan itu bersama kesabaran dan kelapangan itu bersama kesulitan dan bersama kesukaran itu ada kemudahan.” (HR. Imam al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman [2/27])
Wallãhu A’lamu bish-Shawãb
____________________
*Dr. Supardi, SH., MH., Kepala Kejaksaan Tinggi Riau.