Sebuah pepatah sufi mengatakan, ”Darwis adalah anak zamannya.” Ini berarti, kita menyadari dan memperhatikan ketika mengikat tali sepatu setiap memakai sepatu. Saat mengikatkan tali sepatu, kita tidak berpikir tentang surel atau merencanakan apa yang akan kita lakukan di sore hari. Saat mengancingkan kemeja atau menyikat gigi, atau melakukan apapun, kita tetap hadir dalam tindakan itu sendiri.
Setelah menjalani kehidupan yang cukup lama, kita semua menjadi kecanduan akan multikerja. Anak-anak…menonton televisi, belajar, dan mengobrol di telepon pada saat yang sama. Kita sendiri sering gagal memusatkan perhatian pada satu momen tanpa memikirkan hal lain ketika kita melakukan suatu aktivitas.
Ada pengertian modern yang aneh tentang efisiensi. Pengertian itu mengatakan bahwa kita dianggap bekerja secara efisien jika saat melakukan sesuatu secara mekanis atau karena kebiasaan, kita bisa melakukan hal-hal lain dengan sama baiknya. Cara seperti itu dianggap sebagai cara kerja yang efisien. Kita mengira telah menghemat waktu dengan melakukan beberapa hal sekaligus dalam waktu yang sama.
Kita tahu bahwa mengemudi sambil berbicara di telepon genggam itu berbahaya, tetapi sebagian besar orang masih melakukannya. Ketika sedang mengemudi, pusatkan perhatian pada kemudi, dan jangan melakukan hal lain, seperti menelepon. Kita berbicara di telepon, pusatkan perhatian pada pembicaraan. Berusahalah selalu hadir dalam apapun yang sedang kita kerjakan.
Setiap kali kita mencoba melakukan beberapa hal sekaligus, sebenarnya kita tengah membangun kebiasaan untuk mengalihkan perhatian. Akibatnya, saat mendirikan shalat, kita kesulitan untuk khusyuk dan memusatkan perhatian. Tidaklah mengejutkan jika kita tidak bisa khusyuk saat menunaikan shalat karena sepanjang hari perhatian kita biasa teralihkan dengan melakukan berbagai hal di waktu yang sama.
…Lakukanlah satu pekerjaan di satu waktu. Tunjukkan perhatian dan kesadaran ketika melakukan suatu aktivitas. Pahamilah ungkapan sufi di atas bahwa seorang darwis adalah anak zamannya. Secara sederhana, ungkapan itu berarti, hati dan pikiran kita hadir sepenuhnya pada saat kita melakukan sesuatu. Hati dan pikiran kita dicurahkan pada apa yang sedang kita kerjakan.
…Karena selama ini kita melakukan berbagai aktivitas tanpa kehadiran hati dan pemusatan perhatian, akhirnya kita merasa terbungkus dengan semua aktivitas itu dan tidak mampu melihat apa yang ada di balik semua aktivitas itu.
Aktivitas yang kita lakukan secara rutin, mekanis, dan nyaris tanpa kesadaran telah mengasingkan kita dari aktivitas itu sendiri. Kita tidak lagi memahami, untuk sesungguhnya semua aktivitas itu dilakukan. Karenanya, kita harus mengambil langkah perubahan, misalnya dengan melatih diri kita untuk melakukan sesuatu yang benar-benar disadari meskipun hanya sebentar… Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk memperkaya kehidupan batiniah…[]
(* Dikutip dari : “Sufi Talks: Teachings of an American Sufi Sheikh“; 2012/ “Obrolan Sufi, Untuk Transformasi Hati, Jiwa, dan Ruh”; Syekh Ragip Frager (Robert Frager, Ph.D); 2013)
Source: Demi Maha Cinta