15 tahun penelitian + 4 tahun sosialisasi
Beberapa hari menjelang pembuatan buku terapi pete versi pertama (di awal Mei 2012), saya temukan banyak berita (artikel, tulisan, page, blog) di internet tentang pete, yang menggambarkan pete sebagai buah yang begitu bermanfaat untuk kesehatan. Ada yang menulis tentang penelitian di mancanegara, ada yang menulis tentang kandungan yang ada dalam buah pete, ada yang menulis bagaimana pete telah dipakai di berbagai negara untuk berbagai keperluan, dlsb.
Saya tertarik dengan obat herbal, sekitar tahun 1995 saya tahu tentang pete dari sebuah artikel yang ditulis Prof. Hembing yang menyatakan pete bagus untuk membersihkan darah, sejak itu saya menjalankan terapi pete, langsung merebus pete, makan buah pete rebus, kemudian secara intuitif mencari bagaimana pete itu bekerja. Rasa ingin tahu yang besar membawa saya ke uji-coba dengan saya sendiri sebagai kelinci percobaan pertama. Saya hanya berpatokan kepada pernyataan Prof. Hembing itu, saya belum punya kesempatan untuk melakukan penelusuran soal pete (Parkia speciosa) ini di internet. Saya tidak punya referensi lain kecuali artikel dari Prof. Hembing itu. Buku buku pengobatan herbal yang saya baca juga tidak menyebutkan soal pete atau khasiatnya.
Berdasarkan pengamatan saya, terapi pete benar bisa membersihkan darah, bisa membuang berbagai toxin-poison-dirt (TPD) yang ada di dalam sistem pencernaan, di dalam darah, di dalam pembuluh darah, di seluruh tubuh. Setelah makan pete, akan muncul bau pesing pada pagi hari setelahnya, bau pesing itu merupakan indikasi adanya TPD yang dikelola oleh pete, ditangkap dan dihancurkan (diluruhkan) oleh pete kemudian dikeluarkan bersama puff, urine dan keringat. Bau pesing itulah tanda keluarnya TPD yang selama ini ditimbun di dalam badan. Bau puff, urine dan keringat akan berkurang dari hari ke hari dan menghilang apabila kita menjalankan terapi itu selama 4 hari berturut. Setelah saya menjalankan terapi selama seminggu (atau 2 minggu), lalu saya berhenti makan pete selama seminggu atau 2 minggu, kemudian saya kembali makan pete … ternyata puff, urine dan keringat tetap tidak berbau pesing … kecuali bila saya sengaja mengkonsumsi makanan (masakan) yang berisi TPD. Untuk membuktikan hal ini, saya sudah melakukan beberapa kali uji-coba, saya sengaja mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak TPD, kemudian saya jalankan terapi, maka keesokan pagi harinya puff dan atau urine berbau agak pesing.
Toxin dan poison itu bisa berupa bermacam bahan pengawet, bahan penyedap, zat pewarna textil, insektisida, pestisida, dll. Dirt/kotoran itu seperti bahan makanan kadaluarsa, yang sudah rusak, basi, busuk dll atau bahkan bukan bahan pangan yang dicampurkan oleh para pengusaha bahan pangan yang tidak jujur.
Darah yang bersih tentu dapat mengikat oksigen, nutrisi dengan lebih optimal, sementara pembuluh darah yang bersih menjamin kelancaran peredaran darah sampai ke saluran yang paling kecil dan paling jauh dengan mudah, maka jantung tidak perlu bekerja terlalu keras untuk mendorong stamina dan power pada saat-saat yang dibutuhkan, jantung bisa bekerja optimal tanpa paksaan. Pete memberikan tenaga tambahan, baik untuk berolahraga, kerja fisik, ataupun bagi suami menghadapi saat-saat romantis bersama istri. Pete bisa menghancurkan kolesterol, granula, TPD yang ada di dalam pencernaan, di darah, di pembuluh darah dan kemungkinan besar juga menghancurkan timbunan-timbunan TPD yang terbawa dan tersimpan di berbagai organ tubuh, maka dari itu saya yakin pete bisa menyembuhkan bermacam penyakit: asam urat, rhematik, darah tinggi, diabetes, impotensi, dlsb.
Dari 1995 sampai 2010/2011, 15 tahun lamanya saya menguji coba terapi pete, antara rutin makan pete dan tidak makan pete dalam beberapa kombinasi waktu yang dapat dibaca di bagian “III. PENGALAMAN TERAPI PETE” di buku TERAPI PETE V7, akhirnya saya yakin akan kemampuan pete, saya memutuskan untuk mulai menyebarkan terapi ini secara luas dan terbuka agar terapi ini bisa digunakan oleh banyak orang untuk menjaga kesehatan dan menyembuhkan bermacam penyakit. Untuk sehat tidak harus mahal, tidak harus sulit, tidak harus berbelit-belit, tidak harus berlama-lama … bisa murah, mudah, sederhana dan singkat saja … TERAPI PETE!
Sejak sosialisasi mulai tahun 2010/2011, banyak orang yang berhasil saya ajak untuk ikut terapi pete. Ada banyak pengalaman yang saya terima dari ‘pasien’ yang ikut menjalankan terapi pete. Para peserta itu bervariasi, kebanyakan barada di usia 30 tahunan sampai 60 tahun. Yang usia belasan tahun dan diatas 60 tahun juga ada beberapa orang. Sosialisasi terapi pete dari 2010/2011 sampai Oktober 2014 merupakan masa uji coba dengan peserta yang lebih umum, dengan bermacam-macam penyakit dan halangan yang dimiliki para peserta. Dalam uji coba dengan banyak peserta (ribuan orang), terapi pete telah ter-uji kemampuannya.
Rata-rata para peserta mendapatkan hasil yang positive, berangsur sehat dari berbagai penyakit kronis, ada yang mengidap beberapa penyakit yang sebelumnya begitu susah disembuhkan, harus sering berkunjung ke perawatan kesehatan, membeli obat-obat-an yang mahal, menjaga jatah makanan, menghindari berbagai jenis makanan (pantangan, diet), mereka sehat dan bugar kembali setelah ikut terapi pete. Berbagai macam penyakit yang diakibatkan oleh penurunan fungsi organ tubuh, berhasil dibantu-sembuhkan, begitu juga beberapa penyakit seperti serangan virus dari luar juga bisa dibantu-sembuhkan. Kerusakan saraf akibat serangan DM ataupun karena trauma saraf, akibat penuaan saraf (fatigue), ke-getas-an saraf, bisa diperbaiki kembali dalam waktu relatif singkat.
Resep/Cara Penggunaan Pete
Resep terapi pete hampir tidak berubah sejak awal penelitian, menggunakan rebusan buah pete dan rebusan kulit pete untuk menghasilkan buah pete rebus dan air pete.
Selama masa sosialisasi dengan jumlah peserta yang lebih banyak daripada masa penelitian, didapatkan banyak pengakuan dari para peserta, ditemui beberapa hal baru yang perlu diketahui peserta baru, bisa digunakan untuk menghindarkan peserta baru dari “kekagetan” saat menjalankan terapi ini. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh peserta baru terutama saat minum air pete. Ada efek agak mengagetkan bagi peserta baru yang memiliki tendensi darah rendah dan normal bila minum air pete yang 11 menit sementara bagi peserta yang memiliki gejala hipertensi minum air yang sama memberikan rasa nyaman.
Demi keamanan dan kenyamanan, pilihlah waktu rebusan yang 20 menit untuk menghindarkan dari ‘kekagetan’ itu.
Ada 3 resep/cara penggunaan pete:
A. TERAPI UTAMA
B. TERAPI KULIT BUAH PETE
C. REFILLING PETE.
A. TERAPI UTAMA
Tujuan: membersihkan badan, darah, organ tubuh secara berkelanjutan, membuang, membersihkan, meluruh, menghancurkan TPD (toxin/poison/dirt) yang ditumpuk secara sengaja atau tidak sengaja selama bertahun-tahun atau bahkan selama berpuluh tahun. Tidak sengaja memakan makanan yang mengandung formalin, borax, zat pewarna, zat penyedap, dll. Sengaja makan/minum obat-obat-an yg sebenarnya mengandung zat negative.
Lama terapi: 2 minggu untuk mereka yang sehat, atau berumur s/d 45 tahun. Buat mereka yang memiliki penyakit atau bahkan sudah mengidap beberapa penyakit sekaligus, akan butuh waktu lebih panjang, bisa sebulan atau beberapa bulan.
Jumlah pete yang dibutuhkan: sehari 2 lanjar (papan), siang 1 lanjar, malam 1 lanjar.
Kenapa harus dikonsumsi saat makan siang, bukan saat makan pagi? Karena orang biasa makan pagi sedikit, sementara makan siang biasanya lengkap dan banyak. Kalau makan malam dipilih untuk memberikan kesempatan pete bekerja saat tidur malam hari.
Alat yang dibutuhkan: mug besi (stainless steel, aluminium) diameter 8-10 cm dengan tutupnya atau panci kecil atau kendil tanah liat dengan ukuran 12-15 cm (juga dengan tutupnya), gunting/pisau, mangkuk, dan saringan (kalau perlu).
Caranya:
* masak air sekitar 200 ml di dalam mug,
* sambil menunggu air mendidih, bersihkan (cuci) pete (masih dengan kulit/pod),
* pete itu digunting/dipotong selebar 2 / 3 mata buah pete
* ketika air mendidih, masukkan potongan pete ke dalam mug,
* rebuslah (dimasak) sekitar 2-3 menit saja.
* Setelah 2 (3) menit, keluarkan potongan pete itu,
* dinginkan/rendam di mangkuk berisi air dingin.
* Keluarkan biji/buah pete dari kulitnya.
Biji/buah pete siap dikonsumsi, bisa dimakan begitu saja atau dimakan bersama nasi + lauk pauk makan siang (/malam).
Air rebusan pete yang 2 menit itu bisa diminum juga, rasanya biasa-biasa saja (hambar, tidak pahit), guna yang bisa saya pantau adalah sebagai pencahar cacing (obat cacing!).
Gambar 2) Mug besi (diameter 8 cm) dan tutupnya. Agar uap tidak keluar saat merebus pete, mug itu ditutup. (Maaf, tutup mug itu tidak ikut difoto.)
Gambar 3 & 4) Bila Anda memasak menggunakan mug bertutup, cukup gunakan air sebanyak 2/3 gelas (gambar 3) atau 200 ml di gelas takar (gambar 4), tetapi bila Anda hanya punya panci tak bertutup, gunakan air secukupnya, agar pete itu berada di dalam air saat direbus dan airnya tidak habis saat dimasak.
Gambar 5) air dituang kedalam mug besi. Hidupkan kompor, masaklah air itu sampai mendidih. Sementara itu, siapkan pete.
Gambar 6) Ambil/gunting 1 lanjar (lonjor atau papan).
Gambar 7) Guntinglah pinggiran kulit pete sekitar 1 mm. Ini dimaksudkan agar getah yang ada di kulit pete akan dapat keluar saat pete dan kulitnya direbus.
Gambar 8) Saat air mendidih, segera masukkan pete, dengan cara dipotong/digunting 2 atau 3 mata.
Gambar 9) Pete berikut kulit itu direbus selama 2 menit (2 – 3 menit).
Gambar 10) Setelah direbus 2 (3) menit. Pete diambil dari dalam mug.
Gambar 11) Direndam di mangkuk berisi air dingin (didinginkan).
Gambar 12) Buah pete dipisahkan dari kulitnya.
Gambar 13) Buah pete sudah dikeluarkan. Tapi masih terbungkus kulit ari. Kulit ari yang membungkus buah pete itu boleh dimakan, boleh saja dibuang.
Biji/buah pete siap dikonsumsi, bisa dimakan bersama nasi + lauk pauk makan siang (/malam) atau dimakan begitu saja seperti cemilan. Air rebusan pete yang 2 menit itu bisa diminum, rasanya biasa-biasa saja (hambar, tidak pahit), guna yang bisa saya pantau adalah sebagai pencahar cacing.
3 atau 4 hari pertama, saat buang air kecil, urine (pipis, air kencing) memang berbau pesing, saat buang air besar akan berbau menyengat, mungkin keringat akan berbau tidak enak. TETAPI, masuk hari ke-4 atau ke-5, saat buang air kecil urine tidak berbau lagi, juga saat buang air besar dan begitu juga dengan keringat. AJAIB!? Hari ke-6 dan selanjutnya puff dan urine tidak bau, badan terasa segar, dan kekuatan tubuh akan bertambah, lebih baik daripada sebelum terapi.
Memang, ada 2 kasus, 2 orang peserta terapi baru berhasil lepas dari OUTPUT berbau itu setelah hari ke-7. Dari wawancara secara langsung (atau lewat teman), ternyata kedua orang itu sudah mengidap beberapa penyakit kronis sekaligus dan sudah lama minum obat ‘segenggam’ banyaknya. Jelas, kedua orang itu sudah menumpuk TPD cukup intensive selama waktu yang cukup lama … dan jelas juga, untuk membuang TPD itu butuh waktu lebih lama dari 4 hari.
B. TERAPI AIR REBUSAN KULIT PETE
Tujuan: memanfaatkan getah kulit pete dengan merebus kulit pete untuk membantu TERAPI UTAMA
Alat yang dibutuhkan: sama seperti di TERAPI UTAMA, gunting/pisau, mug besi.
Lama proses: 2 (atau 3) menit, 11 menit dan 20 menit.
Perlu saya tegaskan sekali lagi, air rebusan 11 menit hanya untuk penderita hipertensi (darah tinggi) saja. Bagi yang punya gejala darah rendah dan yang cenderung sehat (tekanan normal), gunakan air rebusan 20 menit!
Ada 3 penggunaan air kulit buah pete (pod):
B.1. Rebusan kulit pete dan buah pete di dalamnya yang 2 atau 3 menit di TERAPI UTAMA bisa langsung diminum sebagai obat pencahar cacing. Buah pete dimakan, air rebusan diminum juga, membantu proses pembersihan badan/darah.
B.2. Rebusan kulit pete 11 menit atau 20 menit: setelah buah pete di TERAPI UTAMA dikeluarkan, kulitnya jangan dibuang, kulit pete dipotong/dirajang dengan pisau (atau digunting) menjadi irisan-irisan kecil, masukkan irisan itu ke air rebusan yang 2 menit tadi. Rebus lagi kulit pete itu selama 11 menit atau 20 menit. Kemudian, irisan kulit pete itu boleh dibuang. Setelah air rebusan kulit pete itu dingin, boleh diminum dicampur madu, gula atau teh.
Gambar 14) Kulit pete digunting tipis tipis. Air rebusan yang sebelumnya bisa digunakan untuk merebus kulit pete. Boleh juga menggunakan air baru.
Gambar 15) Kulit pete digunting tipis tipis langsung dimasukkan kedalam mug. Boleh juga dipotong tipis tipis dengan pisau di atas talenan, kemudian dimasukkan kedalam mug.
Gambar 16) Rebuslah kulit pete selama 11 atau 20 menit. Tutuplah mug (panci atau kendil) itu. Begitu air mulai mendidih, kecilkan api kompor secukupnya agar air sekedar mendidih, agar penguapan tidak terlalu cepat terjadi.
Berdasarkan uji-coba, 4 X minum air rebusan kulit pete ini menyembuhkan asam urat, gejala rematik yang saya rasakan cukup lama sebelumnya itu, menghilang begitu saja, juga banyak peserta terapi menyatakan hal yang sama. Rasa sakit, linu/pegal saat menggerakkan persendian menghilang. Air rebusan kulit pete juga berguna untuk memperbaiki jaringan saraf yang sudah fatique, melenturkan dan meregenerasi saraf-saraf. Selain itu, bagi beberapa peserta pria yang minum air pete, air pete membangkitkan kembali si Otong yang telah tidur panjang. Lihat di bagian “III. PENGALAMAN TERAPI PETE” di buku TERAPI PETE V7.
!!!!!!!!!!! HATI-HATI !!!!!!!!!!!
Untuk yang punya gejala darah rendah atau cenderung sehat, harap gunakan air pete rebusan 20 menit!
Rebusan 11 menit HANYA untuk penderita HIPERTENSI!
!!!!!!!!!!! HATI-HATI !!!!!!!!!!!
B3. Biasanya saat memasak makanan dengan bahan buah pete seperti sambal goreng hati atau masakan yang lain, kulit pete (pod) itu tidak digunakan. Rebus saja kulit pete itu, minum sebagai obat asam urat/rematik. Mereka yang tidak suka pete tetapi punya asam urat atau gejala rematik, inilah obatnya, hanya rebusan kulit pete saja, tanpa perlu makan buah petenya.
Air direbus dulu sampai mendidih, baru masukkan irisan (potongan) kulit pete. Waktu 20 menit itu dihitung sejak irisan dimasukkan ke dalam air mendidih!
Mereka yang tidak suka makan buah pete, karena tidak biasa atau mungkin sudah tidak bisa mengunyah lagi (sudah tua, tidak punya gigi), bisa menggunakan terapi rebusan kulit buah pete ini. Kulit pete (1 lanjar) direbus selama 20 menit, setelah dingin diminum begitu saja.
Ada seorang teman yang mencoba terapi B3, dia cari kulit pete ke pasar, ke warung-warung yang sering membuat makanan dengan bahan pete yang tidak menggunakan kulitnya. Dia bisa mendapatkan kulit pete itu gratis atau kalaupun harus membeli, tentu lebih murah daripada membeli buahnya.
!!!!!!!!!!! HATI-HATI !!!!!!!!!!!
Sebaiknya air pete (air rebusan kulit pete) diminum setelah makan, juga bukan pagi hari, sebaiknya siang hari setelah makan siang. Untuk lebih aman, air rebusan itu jangan diminum sekaligus, tetapi dibagi 2 atau 3 untuk 2X minum atau 3X minum. Ada peserta terapi berdarah rendah, dia minum rebusan 13 menit (2 + 11 menit), langsung berkeringat, jantung berdebar-debar, tegang dan tidak bisa tidur. Dalam pembicaraan per telpon itu, saya bertanya apakah dia punya gejala darah rendah … ternyata benar dia punya darah rendah, dan dia minum air pete sebelum makan! Saya berikan jalan keluar: segera makan yang cukup, makan pisang juga bisa, dan atau minum kopi. Selanjutnya saya anjurkan untuk merebus kulit selama 20 menit dan dijadikan 2X minum, dengan jeda antara minum itu sekitar 1 – 2 jam. Setelah dia menjalankan sesuai anjuran dia tidak mengalami hal yang mengerikan itu lagi. Aman.
Kalau Anda merebus kulit satu lanjar, dengan air 200 ml menggunakan mug bertutup akan menghasilkan air rebusan yang hampir sama banyaknya, penguapan tidak akan banyak terjadi. Air rebusan dituang (disaring) ke gelas. Berapapun air rebusan yang ada di gelas, jangan diminum sekaligus. Air yang ada itu dibagi 2 atau dibagi 3, bisa 2 atau 3 kali minum untuk satu orang peserta atau 2 / 3 peserta.
C. REFILLING PETE
Tujuan: membersihkan darah/badan di antara TERAPI UTAMA
Setelah menjalankan terapi utama yang 2 minggu itu, kita bisa menjalankan REFILLING atau TERAPI PENDEK setiap bulan cukup 2 atau 3 hari X 2 lanjar pete (siang 1 lanjar, malam 1 lanjar), direbus 2 menit juga. Kalau satu saat mulai tercium bau pesing lagi, atau merasakan penurunan kesehatan/kekuatan badan, jalankan kembali TERAPI UTAMA yang 2 minggu tersebut di atas. Berdasarkan 3 kali percobaan, penurunan kesehatan/kekuatan yang signifikan itu bisa terjadi setelah 1,5 tahun sama sekali berhenti makan pete sejak TERAPI UTAMA. Penurunan itu terjadi karena TPD telah menumpuk kembali. Jadi, lebih baik disiplin menjalankan REFILLING setiap bulan dan setahun sekali jalankan TERAPI UTAMA.
Buat mereka yang sudah terkena penyakit kronis atau sudah berusia lanjut, mereka butuh waktu terapi utama yang diperpanjang, harus terus menjalankan terapi sampai sembuh, bisa sebulan sampai 3 bulan, dan setelah sembuh, juga hanya perlu sebulan sekali menjalankan ‘refilling’ yang sama seperti diatas.
Relatif Murah
Menjalankan terapi pete, saat ini masih murah, karena harga pete relatif masih murah dan stabil. Harga pete per Agustus 2012: Rp3500 per lanjar, per Oktober 2014 juga masih sama. Harga di daerah yang tidak begitu mengenal masakan berbahan pete juga masih cukup murah, seperti di Denpasar Bali per Oktober 2014, Rp2000 per lanjar atau Rp35.000 per ikat isi 20 lanjar. Di desa yang cukup jauh dari kota tetapi ada banyak penggemar terapi pete, seperti di Cicadas, harganya Rp3500 per lanjar. Sementara di daerah Sumatera yang banyak terdapat kebun pete (hutan dengan banyak pohon pete), harga jelas jauh lebih rendah, per September 2014 di daerah Riau harga pete hutan hanya Rp. 10.000 satu ikat isi 50 lanjar lebih. Menurut pengalaman seorang teman yang berada di Riau di bulan September itu, satu ikat pete itu digunakan oleh 5 orang untuk menjalankan terapi pete selama 2 minggu.
Untuk menjalankan Terapi Utama selama 2 minggu, kita butuh pete untuk: 2 minggu, 2 lanjar per hari = (2 X 7 hari) X 2 lanjar X Rp3500 = Rp98.000 (sembilan puluh delapan ribu rupiah) untuk menjaga kesehatan. Dengan Rp98.000 sudah cukup untuk menjauhkan diri kita dari bermacam penyakit, kita bisa berhemat biaya perawatan kesehatan di institusi kesehatan, menghemat biaya profesional kesehatan, menghemat biaya pembelian obat KW3. Ingat, nilai ketiga hal itu bisa berkali lipat, berpuluh kali lipat dari nilai Rp98.000 itu, atau mungkin bisa lebih besar lagi.
Meski harus menjalankan terapi selama sebulan atau lebih, biaya terapi ini relatif masih lebih murah daripada biaya perawatan dengan obat-obat kimia.
Mungkinkah harga pete akan meroket seiring dengan bertambahnya penggemar terapi pete, apalagi kalau sampai para penderita berbagai penyakit di luar negeri itu juga ikut berpindah ke terapi pete?
Hal itu bisa saja terjadi, karena teori pasar akan berjalan, ada permintaan besar maka ada kenaikan harga, tetapi kita punya banyak sumber-sumber (daerah) penghasil pete yang masih belum tergali, belum dikedepankan, belum dikomersilkan seperti di Riau, di Lampung, dlsb. Mungkin saja satu saat harga itu bisa begitu tinggi karena ada begitu banyak orang yang mencari pete, sementara pete belum masuk masa panen, kalaupun ada hanya terbatas.
Nah pada kondisi munculnya permintaan yang tinggi seperti itu, biasanya pengepul (orang-orang yang biasa mencari barang dagangan) akan bergerak lebih jauh lagi dalam menggali cadangan pete yang belum ter-ekspos selama ini. Jumlah pengepul juga akan bertambah, sesuai dengan banyaknya permintaan, gerakan pengepul akan semakin jauh ke daerah yang ada banyak pohon pete yang sebelumnya tidak dikomersilkan, jumlah pete akan kembali banyak, harga akan turun dan hanya akan naik turun sedikit saja. Apalagi kalau sudah ada banyak warga yang paham akan komoditi pete maka akan ada banyak warga yang ikut menanam pete seperti yang sudah terjadi di antara para peserta terapi pada masa sosialisasi, mereka paham pete adalah obat yang unggulan, akan banyak yang mencari pete, maka mereka segera menanam pohon pete sebagai tabungan di masa yang akan datang.
Perlu diperhatikan, penderita Diabetes mellitus (DM) di dunia ada lebih dari 700 juta orang, dan mereka merupakan pasar masa depan pete. Tidak hanya yang menderita DM saja yang akan menjadi penggemar pete, tetapi mereka yang sehat dan tidak ingin terkena DM, yang ingin bahagia dengan efek Slow Vixgrx, akan menjadi penggemar pete juga. Maka bersiaplah.
Segera ikut menjalankan terapi pete mumpung harga masih relatif murah, jangan terlambat. Segeralah menanam pohon pete, karena pete pasti jadi komoditas ekspor.
HATI-HATI DALAM MENKONSUMSI PETE
Jadi, saat kita makan pete, puff dan urine akan berbau pesing, itu karena pete melakukan pembersihan badan, darah, pembuluh darah, dst. Pete dalam keadaan mentah memiliki kekuatan ‘penghancur’ yang kuat, lebih kuat dari daun pepaya yang sering dipakai membungkus daging untuk melunakkan daging. Daging sebelum dimasak, dijadikan sate atau masakan lain, dibungkus dulu dengan daun pepaya atau ditaburi dengan bubuk daun pepaya. Daging kerbau yang liat (keras) akan melunak setelah dibungkus daun pepaya. PETE memiliki kekuatan yang lebih dari daun pepaya. Inilah sebabnya pete direbus 2 menit itu, dan juga dikonsumsi di siang hari saat makan cukup banyak. Jadi jangan makan pete mentah dalam jumlah yang banyak, apalagi terus menerus.
Untuk lebih jelas, lihat di tulisan “Jus Pete Mentah” di bagian “IV. PENGALAMAN UJI COBA HERBAL SELAIN PETE” juga “Improvisasi Berakibat Fatal” di bagian “III. PENGALAMAN TERAPI PETE”.
HATI-HATI DALAM MENKONSUMSI AIR PETE
Air pete, terlihat hanya sekedar jamu biasa, tetapi sebenarnya air pete cukup berbahaya bila salah menentukan waktu perebusan kulit pete.
- Air rebusan pete yang 11 menit itu tidak untuk semua orang!
- Air pete 11 menit HANYA untuk penderita HIPERTENSI (darah tinggi)!
- Mereka yang punya gejala darah rendah cenderung normal, harap gunakan air pete yang dierebus selama 20 menit.
Air pete 11 menit itu bagus untuk mereka yang memiliki gejala darah tinggi (hipertensi). Air pete yang diminum itu langsung akan masuk kedalam peredaran darah, langsung melakukan pembersihan darah … tekanan darah akan langsung turun. Sebaliknya bagi peserta yang memiliki gejala darah rendah cenderung normal akan merasa pusing, berkeringat dan jantung berdebar lebih cepat … air pete langsung masuk ke peredaran darah dan membersihkan darah, tekanan darah akan turun dengan cepat .. terjadi DROP!
Untuk amannya, gunakan saja rebusan yang 20 menit, lebih aman. Karena seseorang yang sebelumnya punya hipertensi akan kembali stabil dalam waktu relatif cepat, dan orang ini akan masuk kedalam kelompok katagori normal. Cara lain, batasi konsumsi air pete: jangan minum air pete dalam jumlah banyak, cukup 3 sendok makan (SDM) sampai 5 SDM untuk sekali minum, setelah 3 jam bisa minum porsi berikutnya, bisa dilakukan 2 kali minum sehari, siang 5 SDM setelah makan siang, dan malam 5 SDM setelah makan malam.
JANGAN MAKAN KULIT PETE
Saya kenal beberapa orang yang suka makan kulit pete. Ada yang dimakan begitu saja, bahkan makan buah dan kulit pete mentah. Ada kuliner khusus kulit pete: kulit pete diiris kecil kecil dicampur dengan ikan teri. Ada yang makan kulit pete sisa rebusan buah pete.
Sebaiknya kulit pete jangan dimakan. Paling tidak, jangan sering sering makan kulit pete dalam keadaan mentah ataupun telah direbus. Kemungkinan terkena asam urat, rhematik dan kolesterol karena mengkonsumsi kulit pete,
Begitu juga buat yang suka pete bakar. Jangan terlalu sering! Karena ukuran waktu pemanasan buah pete dengan cara dibakar tidak bisa diukur seperti cara perebusan dalam air.
Warna Air Rebusan
Beberapa kali saya mendengar dari peserta yang berbeda. Mereka bingung, kenapa air pete yang mereka peroleh, warnanya tidak jenih, cenderung putih susu dengan rona merah. Warna air pete seharusnya bening atau sedikit gelap tapi tidak putih kemerahan.
Warna putih kemerahan itu karena saat merebus pete si peserta menggunakan air dari jaringan PAM (perusahaan bukan air minum itu) yang mengandung bahan bahan kimia. Bahan bahan kimia itu langsung diikat oleh air pete dan terbentuklah air pete berwarna putih kemerahan.
Kalau terpaksa, gunakan air galon (kemasan) yang berasal dari gunung, bukan air hasil penjernihan melalui proses filterisasi kimia, untuk memasak makanan ataupun untuk minuman sehari hari.