Home / Agama / Kajian / Rajah Kalacakra
"Rajah Kalacakra" (Source: "Kembalikan Budaya Bangsaku, hal. 128, Bab Tawassul Nadzhoman, Penerbit Pasulukan Loka Gandasasmita, 2010.)

Rajah Kalacakra

“Amalan yang dibaca dan diamalkan oleh Syekh Subakir dalam mengembangkan agama dan menaklukkan Tanah Jawa”.

Oleh: Dr. Supardi, S.H., M.H.*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.

Betapa hebatnya Mursyid kami yaitu Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Syekh Subakir dan terakhir Abah Umar (Habib Umar Bin Yahya Panguragan yang mana beliau adalah sesepuh dari Habib Luthfi bin Yahya) yang mewariskan kepada kita semua sebuah amalan yang sangat terkenal yaitu Rajah Kalacakra.

Rajah Kalacakra ini adalah amalan tua tanah Jawa, yang mampu mengusir setan, menimbulkan aura baik, mendamaikan dunia, memperoleh hidup tenang, menolak sihir dan menolak niat buruk orang lain.

Di Peguron kami Pasulukan Loka Gandasasmita yang menurunkan keilmuan dari Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang maupun Sunan Kalijaga Rajah Kalacakra merupakan bagian dari Tawassulan, Nadzoman yang sudah disusun secara baik dalam Kitab warisan para Wali tersebut dari Abah Umar Panguragan, yang diturunkan kemudian kepada Syekh Ahmad Nuril Mubin dan diteruskan kepada Mama H. Derajat di Garut.

Di Tanah Jawa Para Wali menyebarkan Islam melalui Budayanya sehingga sedemikian pesatnya Agama ini berkembang di seluruh Nusantara karena Agama Islam berkembang melalui Budaya masing-masing daerah, itulah strategi dakwah Islamiyyah.

Seperti inilah para Wali mengembangkan agama melalui tembang Jawi sebagaimana dalam link sbb:

Alangkah nikmatnya mendengarkan tembang Jawi tersebut, sangat adem dan menenteramkan, maka dari itu agama mudah masuk ke berbagai kalangan.

Adapun isi Rajah Kalacakra yang biasa dibacakan Abah Umar maupun Syekh Subakir adalah sbb:

Yamaraja, Yamaraja, Jamaraya,
“Siapa yang menyerang akan berbalik belas kasih”.

Yamarani, Yamarani Niramaya,
“Siapa yang datang dengan niat buruk akan dijauhkan”.

Yamidusa, Yamidusa, Sadumiya,
“Siapa yang berbuat dosa akan berbalik berbuat jasa”.

Yamiduro, Yamiduro Rodumiya,
“Siapa yang memberikan kemiskinan, akan berbalik memberikan kekayaan”.

Yasiyafa, Yasiyafa, Fayasiya,
“Siapa yang menyebabkan rasa lapar, akan memberikan rasa kenyang”.

Yasiyaro, Yasiyaro, Royasiya,
“Siapa yang akan membuat celaka akan berbalik memberikan keselamatan”.

Yadayuni, Yadayuni, Niyudaya,
“Siapa yang membawa kehancuran akan berbalik memberikan penciptaan”.

Yadayuda, Yadayuda, Dayudaya,
“Siapa yang memerangi, akan berbalik memberi kedamaian”.

Banyak orang yang keliru dalam menilai amalan Rajah Kalacakra ini karena amalan ini biasa dikatakan juga diamalkan oleh umat agama Hindu. Padahal tidaklah demikian, karena amalan ini adalah amalan tua Tanah Jawa yang tidak mengenal agama apapun. Karena itu, Syekh Subakir mengamalkan Rajah Kalacakra dalam rangka menyebarkan agama Islam.

Semoga Allah membukakan hati kita untuk bisa menerima ajaran para Wali Allah, dan semoga kita selalu dilindungi Allah dalam menjalani kehidupan. Ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn…

Wallãhu A’lamu bish-Shawãb.

____________

*Alias Raden Mahmud Sirnadirasa

About admin

Check Also

Makna Bashirah dan Tingkatannya

“Syaikh Ahmad ibn ‘Athaillah Assakandary dalam al-Hikamnya membagi bashîrah dalam tiga tingkatan; Syu’ãul bashîrah, ‘Ainul bashîrah ...