”Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mampu mencapai tujuan kehidupan bangsanya dengan tingkat konsumsi, termasuk energi yang minimal”.
Oleh: Admin
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Saudaraku yang dikasihi Allah SWT. Kurang dari satu hari kita akan memasuki bulan suci Ramadhan 1446 H./2025 M. Meski hari ini tetap menunggu hasil ijma’ hisab-rukyat yang dipimpin Kemenag RI, namun Ormas Muhammadiyah sudah menetapkan berdasarkan metode hisab hakiki wujûdul hilãl bahwa 1 Ramadhan 1446 Hijriyah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Saudaraku, dalam berbagai perspektif, kajian puasa selalu saja menimbulkan kesadaran baru yang seolah melengkapi pemahaman kita tentangnya. Tak ubahnya sebuah tulisan yang dirilis oleh seorang guru besar pada website Institut Teknologi Surabaya ini.
Beliau mengemukakan sebuah kesadaran ‘self-denial’ dalam kajiannya tentang puasa yang secara apik akademik melengkapi pemahaman kita tentang puasa. Dirilis dari website ITS, berikut tulisan Prof. Daniel Mohammad Rosyid, Ph.D.
Latar Belakang
Shaum yang sering diterjemahkan sebagai puasa adalah sebuah proses self-denial (penyangkalan diri) dengan menahan diri dari dorongan syahwat perut dan kelamin sejak matahari terbit hingga terbenam. Shaum adalah resep yang dianjurkan oleh ajaran para nabi terdahulu.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۞
“Wahai orang-orang yang beriman, telah dituliskan atas kamu berpuasa sebagaimana dituliskan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183)
Jika dilakukan dengan berdisiplin, shaum tidak saja menyehatkan tubuh namun juga pikiran, mental dan spiritual. Memang tubuh manusia dapat mencapai kinerja optimal jika sering atau secara teratur melakukan puasa. Yosinori Ohsumi memperoleh hadiah Nobel atas penemuan fenomena autopaghie pada puasawan yaitu proses pembersihan sel-sel tubuh yang mati lalu mengeluarkannya dari tubuh oleh protein autopaghisom. Wa an tashûmû khairul lakum in kuntum ta’lamûn, our body is designed to starve.
Ramadhan juga bulan belajar (syahru madrasah) secara multi-ranah dan multi-cerdas yang diorganisasikan secara mandiri, menciptakan sebuah self-organized learning environment (SOLE) tanpa membebani APBN atau APBD.
Dikombinasikan dengan mengkaji al-Qur’an, meningkatkan frekuensi shalat dan infaq, Ramadhan benar-benar menjadi bulan qur’anisasi diri, sebuah kawah condrodimuko bagi penempaan kompetensi taqwa, sebuah spektrum kemampuan atau kecerdasan tubuh, mental, dan spiritual.
Dengan menjalankan puasa sebulan penuh, setiap manusia yang beriman akan mencapai tingkat kompetensi muttaqûn: setia menegakkan shalat sebagai pembinaan diri, dan ringan berinfaq yaitu senang berbagi rizqi.
Sebagaimana didefinisikan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an, bahwa orang-orang yang bertaqwa (muttaqûn) itu:
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ ۞
“(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 3)
Shaum Dalam Islam
Shaum adalah bagian tak terpisahkan dari ad-dînul Islãm sebagai model tata kelola kehidupan bersama yang majemuk atau plural seperti dalam madînah, sebuah kota metropolitan. Perintah shaum jatuh pada tahun ke-2 Hijrah.
Dalam proses transformasi masyarakat Madinah yang plural itu, diperlukan sebuah investasi modal sosial yang memadai agar masyarakat baru itu memiliki ketangguhan (shabr) menghadapi berbagai gangguan baik dari dalam maupun dari luar. Namun gangguan dari dalam selalu lebih berbahaya.
Nabi Muhammad, Rasulullah SAW usai perang Badr bahkan mengatakan bahwa setelah Badr akan datang perang yang lebih besar, yaitu perang melawan nafsu diri sendiri.
Tesis hadits bahwa puasa adalah perisai (ash-shiyãmu junnatun), satu teknologi pertahanan, mendapatkan validitasnya di sini. Teknologi adalah sebuah sistem kemampuan proses nilai tambah. Pertahanan dan ketahanan sebagai nilai tambah publik dihasilkan oleh puasa.
Rasulullah SAW bersabda:
اَلصِّيَامُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ، مَا لَمْ يُخْرِقْهَا بِكَذِبٍ أَوْ غِيْبَةٍ . (رواه أحمد والنسائي وابن ماجه، عن عثمان بن أبي العاص)
“Puasa merupakan benteng dari neraka, seperti benteng salah satu dari kalian dari perang, selagi benteng tersebut tidak dibakar dengan kebohongan dan ghibah.” (H.R. Imam Ahmad, Imam An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah, dari Utsman bin Abi Al-‘Ash).
Pada saat hawa nafsu syahwat perut dan kelamin tidak terkendali dalam sebuah masyarakat, maka kehidupan hedonistik, konsumtif, boros tinggi-energi akan marak menggerogoti modal sosial masyarakat tersebut, menurunkan tingkat kesehatan tubuh, mental dan spiritual, sehingga masyarakat tersebut rentan mengalami disintegrasi dan disfungsi di banyak sektor kehidupan. Korupsi marak, hutang ribawi menggunung, kesenjangan sosial melebar, persatuan melemah, dan berbagai penyakit sosial berkembang merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Maka dengan puasa itulah ketangguhan sosial dan ekonomi ditempa menjadi kekuatan pertahanan menghadapi berbagai krisis dan konflik. Kecanggihan persenjataan dan alutsista tidak cukup jika tidak dioperasikan oleh manusia puasawan.
Pembangunan memang tidak boleh semata-mata dirumuskan hanya sebagai upaya peningkatan kemakmuran melalui peningkatan konsumi makanan, energi dan sumberdaya alam lainnya yang terbatas. Pembangunan perlu dirumuskan kembali sebagai upaya mewujudkan prasyarat budaya bagi bangsa yang merdeka yaitu dengan memperluas kemerdekaan (Sen, 1997) yang telah diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta.
Perluasan kemerdekaan adalah tugas utama pemerintah yang adil. Merdeka tidak saja berarti mandiri untuk bertanggung jawab, tapi juga pembebasan dari penghambaan pada alam dan ego diri dan kelompok.
Pendidikan dalam pembangunan seperti itu adalah sebuah platform untuk belajar merdeka, bukan sekedar untuk menyiapkan tenaga kerja yang cukup trampil menjalankan mesin-mesin, sekaligus cukup dungu untuk setia bekerja bagi kepentingan pemilik modal.
Penutup
Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mampu mencapai tujuan kehidupan bangsanya dengan tingkat konsumsi, termasuk energi yang minimal. Negara-negara yang dengan congkak menyebut dirinya sebagai negara maju kenyataanya mengalami energy obesity dengan gaya hidup yang tinggi energi (sekitar 7-10 kLiter setara minyak pertahun perkapita).
Di sini berlaku hukum U-terbalik, atau law of diminishing return. Sesuatu yang baik hanya akan menyehatkan jika tidak melampaui batas. Jika melebihi ambang batas, maka sesuatu yang baik itu mulai merusak. Seperti gula darah.
Di sinilah para puasawan memiliki kepekaan Hattanomics untuk mengatakan enough is enough lalu sanggup hidup sederhana, sak madyo, sak sedhenge wae. Bukan hidup sak enake udhele dhewe. Di tingkat energi-rendah itu kesempatan hidup berbahagia terbuka lebih besar.
Saudaraku yang disayangi Allah SWT. Penjelasan kesadaran tentang puasa di atas memerlukan sikap dan tekad yang total untuk menjalankan puasa dengan sebenar-benarnya dan sesungguh-sungguhnya.
Artinya, puasa Ramadhan yang dijalankan sebulan penuh harus mampu mengubah pola hidup kita; dari mental yang cenderung buruk kepada mental yang cenderung baik, dari pemborosan kepada penghematan, dari mental konsumtif kepada produktif, dari kemewahan kepada kesederhanaan, dst. Jika tidak, maka bulan Ramadhan justru sebuah bulan yang menyebabkan terjadinya inflasi, deman lebih tinggi dari supply, konsumtifitas justru ditampakkan, seperti yang sudah sering terjadi berpuluh tahun di setiap menjelang bulan Ramadhan. Semoga saja Allah SWT memudahkan pencapaian tekad kita untuk mengubah mental kita.
اَللّٰهُمَّ سَلِّمْنِيْ لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِيْ وَسَلِّمْهُ مِنِّيْ، اَللّٰهُمَّ فَاطِرَ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادةِ، رَبَّ كُلِّ شَيءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّآ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ ۞
Allãhumma sallimnî liramadhãna, wa sallim ramadhãna lî, wa sallimhu minnî. Allãhumma fãthiras samãwãti wal-ardhi ‘ãlimal ghaybi wasy-syahãdah, rabba kulli syai-in wa malîkah, asy-hadu allã ilãha illã anta, a’ûdzu bika min syarri nafsî wa min syarrisy syaithãni wa syirkih
“Ya Allah, selamatkanlah aku (dari penyakit dan uzur lain) demi (ibadah) bulan Ramadhan, selamatkanlah (penampakan hilal) Ramadhan untukku, dan selamatkanlah aku (dari maksiat) di bulan Ramadhan. Ya Allah, Yang Maha Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Tuhan segala sesuatu dan yang merajainya, aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, dan dari kejahatan setan beserta sekutunya”.
Ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
_____________
Source: Dikutip dari “Puasa Satu Teknologi Pertahanan“, Prof. Daniel Mohammad Rosyid, Ph.D, Institute Teknologi Surabaya (ITS), 2023.