Kita Tidak Punya Alasan
Hari ini Islam telah diserahkan kepada kalangan ulama di seluruh negeri kita, baik itu yang punya profesi lain atau tidak memiliki profesi lain tapi menjadi imam jumat atau imam shalat jamaah dan atau mereka yang tidak di dua profesi ini, seperti mereka yang hanya memimbing masyarakat. Nabi Muhammad Saw memperhatikan bangsa Iran. Seluruh perilaku kita diawasi oleh Allah Swt dan catatan amalan kita akan diserahkan kepada Imam Zaman af sesuai dengan riwayat. Imam Zaman af senantiasa mengawasi kita dan juga ulama. Mengawasi apa yang mereka lakukan.
Kini, ketika Islam diserahkan kepada ulama, maka tidak ada lagi alasan. Mereka tidak dapat mengatakan bahwa kami tidak mampu. Mereka tidak punya alasan untuk mengatakan kami tidak tahu. Mereka tidak boleh mengatakan bahwa rezim Shah tidak memberikan kita kesempatan untuk melakukan sesuatu. Semua ini sudah tidak ada dan Islam sekarang ada di tangan kalian. Ada di tangan ulama di seluruh negeri dan kalian ada dalam pengawasan ketat. Kalian diawasi Allah Swt dan para malaikat diperintahkan untuk mengawasi kalian. (Pidato di depan imam jumat dan jamaah provinsi Khorasan dan Fars, Sahifah Nour, jilid 18, hal 17-18)
Akibat Buruk Tidak Peduli
Mereka yang tidak punya kepedulian akan urusan masyarakat, musibah yang menimpanya dan kejahatan yang terjadi di negara Islam lalu tenggelam dalam makan dan kenikmatan materi termasuk orang-orang yang dimaksud dalam ayat ini, “… Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12)
Mereka menikmati dan makan sama seperti binatang. Orang-orang seperti ini tempatnya di neraka. Mereka lalai dan tidak mau tahu bahwa mereka tengah makan dari Baitul Mal. Mereka harus berkhidmat kepada Islam dan Muslimin. Apa yang dilakukan itu membuat mereka diserupakan dengan binatang. Karena binatang tidak tahu makanan yang tengah dimakannya berasal dari mana. Bila seluruh dunia mati dan hancur, ia akan tetap gembira selama rumput yang makanannya masih tetap berada di tempatnya. Tidak ada yang dipikirkannya. Ia menginginkan rumpunya dan makan “Ya’kuluun Kamaa Ta’kulu al-An’am”. Dunia menjadi terhina dari orang-orang seperti ini. Muslimin terhina dengan orang-orang semacam ini. (Pidato Imam bertepatan dengan peringatan 2500 tahun, Sahifah Nour, jilid 1, hal 174)
Adanya Perubahan
Ini merupakan sebuah perubahan yang terjadi. Sebuah perubahan yang mengajak semua untuk terlibat dalam masalah keseharian dan masalah politik. Masyarakat yang sebelumnya mempermasalahkan membaca koran, sekarang di rumah orang-orang itu ada radio dan bahkan televisi. Barang-barang halal, bukan yang haram. Sekarang masalah aktual juga diketengahkan dan dikonsumi umum. (Pidato di depan mahasiwa Fakultas Babul, Sahifah Nour, jilid 8, hal 183) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Jangan Melupakan Peran
Patut disayangkan bukan hanya rakyat, tapi ulama di negara-negara Islam kebanyakan tidak mengetahui peran konstruktif dan menentukan mereka dalam masalah kontemporer dan politik internasional. Mereka dipengaruhi doktrin dan pemahaman materialistik sehingga membayangkan pengaruh ulama sudah berkurang di masa peradaban, teknologi, industri, perkembangan sains dan kemajuan materi. Bahkan, Na’udzu billah, mereka membayangkan Islam tidak mampu mengelola negara.
Alhamdulillah, pasca kemenangan Revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh ulama mampu membalikkan pandangan ini. Dan sekalipun banyak upaya untuk menjegalnya dan konspirasi Timur dan Barat ditambah kedengkian kaki tangan mereka, tapi kemampuan ulama justru semakin mengkilap. (Pesan Baraah di musim haji, Sahifah Nour, jilid 20, hal 125)
Mempertahankan Republik Islam Kewajiban Paling Agung
Bila kita semua, khususnya ulama tidak berpartisipasi dan tidak hadir dalam setiap peristiwa yang terjadi, maka dapat dipastikan bahwa ketidakhadiran ini bakal menghancurkan revolusi ini, sekalipun hal itu akan terjadi di masa depan, sama seperti yang terjadi pada Revolusi Konstitusi. Melindungi Islam merupakan kewajiban ilahi dan kewajiban yang paling tinggi. Yakni, tidak ada kewajiban dalam Islam yang lebih tinggi dari melindungi Islam.
Bila melindungi Islam merupakan kewajiban terbesar, maka bagi kita semua dan seluruh ulama menjaga Republik Islam merupakan kewajiban paling agung. Bila diasumsikan ulama harus meminggirkan diri dan tidak mau berusaha memperbaiki masalah yang ada atau para penceramah melupakan peristiwa-peristiwa aktual, begitu juga masalah revolusi, maka Revolusi Islam ini akan hancur. (Pidato di hadapan para ulama dan penceramah, Sahifah Nour, jilid 15, 203)
Melindungi Citra Ulama
Setiap orang harus serius dengan pekerjaannya dan setiap pekerjaannya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dan pada saat yang sama mereka harus berpartisipasi bagi negaranya. Ia tidak boleh menghilang dari urusan politik yang terjadi di negaranya. Harus diperhatikan bila satu waktu, sebagai contoh ada individu, kelompok atau pemerintah yang salah meletakkan kakinya, maka semua harus memrotesnya. Jangan biarkan kesalahan itu terjadi. Atau bila ada seorang yang tidak benar dipilih sebagai petugas, sementara para tokoh dan ulama mengetahui bahwa orang itu fasid, maka mereka sendiri jangan menemuinya, tapi memberikan informasi kepada lembaga yang dapat mengubahnya dan menuntut dari lembaga itu untuk menggantinya.
Bila mereka sendiri yang pergi menemui orang itu dan menurunkan dan mengeluarkannya, hal ini menyebabkan kelemahan. Bagi mereka yang ahli ilmu harus membimbing mereka dan membimbing pemerintah. Mereka harus memberitahukan pemerintah bahwa orang yang ditugaskan itu tidak benar dan berusaha memaksa pemerintah atau parlemen agar masalah ini dibereskan.
Bila mereka sendiri secara langsung ingin mencampuri urusan ini, maka yang terjadi adalah rakyat akan berprasangka buruk. Oleh karenanya, kalian harus melindungi citra kalian sendiri dan hukumnya adalah wajib. Setiap orang mukmin harus menjaga citranya dan hukumnya wajib. Akan tetapi penekanan kewajiban ini lebih kepada para ulama. Ini merupakan kewajiban kita agar setiap orang menghormati pekerjaannya dan jangan sampai mereka tidak suka dengan pekerjaannya. Imam jamaah harus menghormati jamaahnya, penceramah dengan mimbar tempat ia berceramah dan begitu juga setiap marji dengan marjaiyahnya serta ulama dengan masalah yang dimilikinya.
Mereka harus menghormati apa yang dimilikinya dan harus berpartisipasi dalam urusan politik. (Pidato di hadapan ulama dan imam jamaah, Sahifah Nour, jilid 12, hal 229-230) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Berpartisipasi Politik Secara Bersama
Saya berharap kalian dengan kesucian hati mau bersama-sama dan mengajak masyarakat ke arah perbaikan serta yang lebih penting semua bersama-sama berpartisipasi politik. Kalian harus mengajak rakyat untuk ikut berpartisipasi politik. Jangan sampai ada gambaran bahwa ada orang baik yang meminggirkan dirinya dengan tangan memegang tasbih dan berzikir di masjid. Karena bila orang baik itu definisinya demikian, maka Rasulullah Saw dan Imam Ali as sudah pasti melakukan perbuatan itu. Sementara kita tidak pernah tahu dalam sejarah ada yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw dan Imam ali as mengisolasi diri dari kehidupan dan hanya duduk di masjid sambil berzikir. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya, mereka hadir dalam setiap peristiwa dan terlibat dalam masalah politik.
Oleh karenanya, bila ada sebagian orang yang duduk menyendiri dan mengatakan bahwa kita harus mengisolasi diri adalah ucapan yang tidak benar. (Pidato di hadapan para Imam Jumat provinsi Khorasan, Sahifah Nour, jilid 17, hal 83)
Berpartisipasi Aktif dalam Politik Kunci Kemenangan
Saya telah mengatakan kepada ulama agar senantisa mengingatkan rakyat, begitu juga para mubalig bahwa partisipasi mereka di arena politik dan dukungan mereka kepada Republik Islam Iran, parlemen, pemerintah, mahkamah agung, militer, Pasdaran dan semuanya merupakan rahasia kemenangan yang akan kembali kepada kalian sendiri. Sebagai bentuk ucapan syukur akan nikmat kemenangan, kalian harus mengajak rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam urusan politik. Rakyat tidak boleh membiarkan masalah yang dihadapi pemerintah, parlemen atau militer dan hanya memandangnya, tapi harus mengontrol dengan cara berpartisipasi aktif dalam urusan politik. Aktivitas kalian yang membuat Republik Islam Iran tetap hidup dan Insya Allah, aktivitas kalian ini akan tetap hidup dan berkembang. (Pidato di hadapan para Imam Jumat dan ulama provinsi Hamedan, Sahifah Nour, jilid 17, hal 95)
Mengisolasi Diri Termasuk Tipuan Iblis
Para ulama harus bersatu dan jangan sampai mengisolasi diri. Semua harus berpartisipasi aktif dalam urusan politik dan bersatu. Kita ingin menjaga Islam. Dengan mengisolasi diri, kita tidak dapat melindungi Islam.
Jangan pernah berkhayal bahwa dengan menarik diri dari urusan politik berarti kewajiban telah gugur untuk kalian. Karena yang terjadi kewajiban itu menjadi lebih berat bagi kalian. Oleh karenanya, kalian harus berpartisipasi aktif dalam urusan politik. Semua ulama harus berpartisipasi.
Mengisolasi diri merupakan tipuan Iblis. Ia tidak ingin kita bersatu. Karena kekuatan dihasilkan dengan persatuan; baik militer, Pasdaran, Basij, kelompok-kelompok masyarakat. Semua harus bersatu. Bila kalian bersatu, maka Allah Swt akan memberikan pertolongan kemenangan kepada kalian. (Pidato di hadapan Presiden, Ketua Parlemen…, Sahifah Nour, Jilid 20, hal 6)
Memarjinalkan Ulama Merupakan Tujuan Utama
Kalian, khususnya ahli ilmu, menjadi target utama. Bila kalian berhasil dikeluarkan dari urusan politik, berarti mereka telah meminggirkan Islam. Ilmu kedokteran tanpa seorang dokter tidak bermanfaat. Oleh karenanya kita membutuhkan dokter dan juga orang-orang yang ahli di pelbagai bidang.
Islam tanpa ulama sama seperti ilmu kedokteran tanpa dokter. Bila kita menyaksikan Islam berada dalam kondisi saat ini dikarenakan perjuangan para ulama. Sekarang kalian harus waspada dan berkewajiban untuk menyerahkan Islam dengan penuh keagungan dan kewibawaan kepada generasi yang akan datang. (Pidato di hadapan ulama Tehran, Sahifah Nour, jilid 5, hal 62) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sadarlah!
Kita semua dan seluruh generasi akan datang harus membuka mata dan telinga, sehingga setan tidak datang lagi untuk menggoda mereka bahwa “Wahai ulama, apa urusan kalian dengan politik? Wahai Ulama, mengapa kalian mencampuri urusan negara?” Ini adalah godaan setan dan sampai saat ini juga sedang menggelar godaannya dan menyebarkannya.
Dengan dasar ini, wajib kepada kalian para imam Jumat dan jamaah di Iran dan di seluruh negara Islam untuk menyadarkan masyarakat. Kalian harus memahamkan kepada mereka akan masalah ini bahwa ungkapan yang disebarkan di seluruh negara Islam “Ulama tidak boleh mencampuri urusan politik” adalah sebuah rencana kekuatan-kekuatan besar dan pelaksananya mereka yang ada di dalam negara-negara Islam. Jangan mendengar ucapan mereka!
Sampaikan kepada masyarakat sehingga mereka memahami ucapan tentang “Ulama harus meminggirkan dirinya dari politik” hanyalah sebuah sejarah masa lalu. Kita harus sadar dan memperhatikan masalah ini, bahkan generasi akan datang harus memahami masalah ini. Jangan sampai suatu waktu mereka melupakan jalan ini, jalan yang telah ditemukan saat ini oleh umat Islam. (Pidato di depan imam Jumat seluruh negeri, Sahifah Nour, jilid 13, hal 219)
Jangan Keluar dari Dunia Politik
Bila dari sejuta kemungkinan, kita memberikan satu kemungkinan bahwa kehormatan Islam dalam bahaya dengan kehadiran seseorang atau satu kalangan, maka kita punya kewajiban untuk mencegahnya, semampu kita. Apa yang mereka inginkan telah disampaikan kepada kita bahwa negara kita negara Mulla dan yang semacam ini. Tentu saja ini cara mereka untuk menyerang kita dan mengeluarkan kita dari dunia politik. Kita tidak akan keluar dari dunia politik! (Pidato di hadapan ulama, Sahifah Nour, jilid 16, hal 212)
Dampak Ulama Keluar dari Dunia Politik
Saya telah menyampaikan kepada kalangan ulama bahwa bila mereka meminggirkan diri dari dunia politik, maka hal itu, seperti yang terjadi dahulu kala, bangsa kita akhirnya dipisahkan dari tokoh-tokoh mereka. Setelah itu mereka melakukan apa yang diinginkan terhadap negara dan setelah itu mereka meninggalkannya. Perbuatan buruk apa saja yang mereka inginkan, telah mereka lakukan. Bila kalian wahai ulama, meninggalkan dunia politik, maka akan terjadi apa yang telah terjadi sebelumnya. (Pidato di depan kelompok minoritas Armenia, Yahudi dan Asyuri, Sahifah Nour, jilid 17, hal 80)
Peringatan Kepada Para Santri
Hendaknya semua waspada akan pemikiran pemisahan agama dari politik. Berusahalah agar pemikiran terkebelakang ini tidak sampai ke para santri. Ini satu masalah yang harus disampaikan kepada para santri bagaimana di periode pengaruh orang-orang yang berlagak suci, tidak mengerti, sederhana dan bodoh ada sekelompok ulama yang bangkit untuk menyelamatkan Islam, hauzah dan ulama dan mengorbankan dirinya. (Pesan Imam Khomeini kepada para marji Islam dan ulama seluruh negeri, Sahifah Nour, jilid 21, hal 92.)
Waspadai Revolusioner Palsu
Saya memperingatkan para santri, selain harus mewaspadai orang-orang yang menunjukkan dirinya ulama padahal tidak demikian, mereka juga harus mewaspadai pengalaman pahit berkuasanya orang-orang yang mengaku revolusioner. Orang-orang yang secara lahiriah seperti orang paling berakal, tapi tidak pernah berdamai dengan prinsip dan tujuan ulama. Mereka harus mengambil pelajaran dari peristiwa ini, sehingga jangan sampai pemikiran dan pengkhianatan mereka ini terlupakan, berempati terhadap mereka atau sederhana melihat masalah sehingga membuat mereka kembali ke jabatan-jabatan penting dan menentukan di Republik Islam Iran. (Pesan Imam Khomeini kepada para marji Islam dan ulama seluruh negeri, Sahifah Nour, jilid 21, hal 95)
Melemahkan Ulama, Konspirasi untuk Menjarah dan Membuat Negara Tidak Independen
Sadarlah! Bangsa kita harus sadar. Perhatikan setiap orang yang ingin menciptakan perselisihan dan setiap orang yang ingin melemahkan ulama pada dasarnya mereka tidak hanya fokus kepada ulama. Karena setelah ulama lemah, maka mereka akan melemahkan kalian.
Mereka sebenarnya ingin menyerang negara ini dan kemudian menjarah kekayaan negara ini, sementara tidak boleh ada yang menghalang-halangi perbuatan mereka, apalagi melawan. Kalian semua masih ingat sejak awal ketika Reza Khan berhasil mengkudeta dan sampai sekarang yang berada di barisan terdepan melawannya adalah ulama. Mereka disiksa, dipenjara dan diasingkan. Umat Islam senantiasa mengikuti mereka. Ketika umat Islam dipisahkan dari ulama atau sebaliknya, maka pada saat itu kekuatan-kekuatan besar akan gembira.
Para cendekiawan yang menolak menjadi anasir kekuatan-kekuatan besar, tapi perbuatan dan ucapan mereka pada gilirannya sama dengan tujuan yang ingin diraih kekuatan-kekuatan besar, harus sadar dan perlu mengetahui bahwa ini adalah negara Islam. Sebuah negara yang menjadi milik kalian. Negara ini independen dan tidak bergantung kepada satu negarapun. Oleh karenanya, mereka jangan berbuat sehingga kebergantungan yang telah terputus harus kembali lagi.
Hendaknya kalian mengajak ke Islam. Ajak orang untuk memperbaiki. Ajak untuk mempersenjatai diri. Dan ajak orang kepada budaya Islam.
Kalian selama lebih dari 50 tahun telah menyaksikan budaya Barat dan apa yang terjadi terhadap bangsa ini. Semua dikarenakan budaya Barat. Setiap penyimpangan yang terjadi pada para pemuda kita akibat budaya Barat.
Para cendekiawan harus memperhatikan dan memberikan kesempatan beberapa tahun untuk mencoba budaya Islam, setelah itu mereka bisa menyampaikan pendapatnya. (Pidato Imam Khomeini di hadapan kelompok Pasdaran yang akan berangkat ke medan tempur, Sahifah Nour, jilid 13, hal 196-197) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Senantiasa Waspada!
Kita semua dan semua generasi yang akan datang hendaknya membuka mata dan telinga agar setan tidak kembali memprovokasi “Pak, mengapa ulama harus mengurusi politik? Mengapa harus terlibat urusan pemerintahan? Ini merupakan rencana setan dan saat ini juga mereka tengah berusaha menerapkannya serta sibuk mengiklankannya.”
Dengan mencermati masalah ini, kalian para imam shalat Jumat dan jamaah di Iran dan di seluruh dunia Islam punya kewajiban untuk menyadarkan masyarakat dan memahamkan mereka akan masalah ini. Di seluruh negara Islam, dengan satu irama mereka secara lantang mengatakan bahwa ulama tidak boleh mencampuri urusan politik. Mereka harus tahu bahwa ini merupakan rencana negara-negara adidaya yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalam negara-negara Islam.
Sadarkan mereka agar tidak mendengar suara-suara ini dan pahamkan mereka bahwa tujuannya adalah untuk meminggirkan ulama dari politik setelah itu mereka dengan mudah melakukan apa saja yang telah dilakukan sebelum ini terhadap kita.
Kita harus sadar dan waspada! Semua harus memahami masalah ini begitu juga dengan generasi akan datang. Jangan sampai suatu waktu mereka kehilangan jalan yang telah ditemukan kembali oleh umat Islam. (Pidato di depan imam Jumat seluruh negeri, Sahifah Nour, jilid 13, hal 219)
Jangan Tinggalkan Panggung Politik!
Bila dari satu juta kemungkinan, kita memberikan satu kemungkinan bahwa citra Islam dalam bahaya dengan adanya satu orang atau satu kelompok, maka kita diperintahkan untuk mencegahnya sekuat tenaga. Tidak penting apa yang akan mereka katakan, silahkan mengatakan bahwa negara kita “Negara Mulla”, “Pemerintahan Akhond” dan yang semacam ini. Sekalipun kita tahu bahwa ucapan ini dengan sendirinya merupakan pukulan terhadap kita agar meninggalkan panggung politik. Tapi kita tidak akan keluar dari panggung politik! (Pidato di hadapan ulama, Sahifah Nour, jilid 16, hal 212)
Akibat Meninggalkan Panggung Politik
Saya ingin menyampaikan satu hal kepada para ulama bahwa sikap meninggalkan panggung politik akan berakibat seperti yang telah terjadi sebelumnya ketika ulama meninggalkan masalah politik, maka rakyat dengan sendirinya meninggalkan mereka. Akibatnya, apa saja yang ingin dilakukan oleh negara dapat dilakukan dengan mudah dan berhasil, sementara ulama membiarkan mereka melakukan apa saja yang diinginkannya, begitu juga dengan kezaliman.
Jadi, bila kalian meninggalkan panggung politik, begitu juga dengan ulama dan ilmuwan, maka yang akan terjadi hanyalah pengulangan apa yang sudah terjadi sebelum ini. (Pidato di depan warga Armenia, Yahudi dan Asyuri, Sahifah Nour, jilid 17, hal 80)
Peringatan Kepada Santri Muda!
Harus waspada dan jangan sampai pemikiran tentang pemisahan agama dari politik yang merupakan lembaran pemikiran yang jumud sampai kepada para santri muda.
Satu hal yang perlu digambarkan oleh para santri muda adalah bagaimana sebagian dari mereka berusaha keras agar jangan sampai dipengaruhi oleh orang-orang yang tidak mengerti dan bergaya suci. Mereka harus membela Islam, hauzah dan ulama dengan jiwa dan kehormatannya. (Pesan Imam Khomeini kepada para marji Islam dan ulama seluruh negeri, Sahifah Nour, jilid 21, hal 92)
Mewaspadai Revolusioner Palsu!
Saya mengingatkan para santri untuk mengambil pelajaran bukan saja dari ucapan ulama palsu dan bergaya suci, tapi juga dari mereka yang menganggap dirinya revolusioner. Secara lahiriah mereka tampak seperti orang paling berakal, tapi sebenarnya mereka tidak pernah berdamai dengan prinsip dan tujuan ulama. Jangan sampai melupakan pemikiran dan pengkhianatan mereka! Jangan sampai rasa simpati yang tidak pada tempatnya dan kesederhanaan kita membuat mereka kembali meraih posisi kunci dan penting yang dapat menentukan nasib negara. (Pesan Imam Khomeini kepada para marji Islam dan ulama seluruh negeri, Sahifah Nour, jilid 21, hal 95)
Melemahkan Ulama Demi Menjarah dan Membuat Negara Bergantung Pada Asing
Hendaknya kalian harus sadar! Bangsa kita harus sadar dan memperhatikan bahwa setiap pembicara yang ingin menciptakan perselisihan dan ingin melemahkan ulama, maka pada gilirannya mereka akan melemahkan kalian juga.
Mereka ingin menyerang negara ini dan menjarah kekayaannya. Pada saat yang sama tidak boleh ada seorangpun yang protes dan melawan mereka. Kalian semua tahu bahwa ketika Reza Khan berhasil melakukan kudeta dan di sini ulama berada di garis terdepan yang melakukan penentangan. Mereka menanggung penyiksaan, dipenjara dan diasingkan, tapi masyarakat tetap mengikutinya. Ketika ulama dicerabut dari masyarakat dan sebaliknya masyarakat dipisahkan dari ulama, pada waktu itu para kekuatan adidaya akan berpesta.
Terkadang ada para cendekiawan yang bukan kaki tangan kekuatan adidaya, tapi perbuatan dan ucapan yang dilakukan hasilnya sama dengan orang suruhan kekuatan adidaya. Mereka juga harus sadar dan memperhatikan bahwa sebuah negara Islam adalah negara mereka yang independen, tidak bergantung pada kekuatan manapun. Jangan sampai mereka melakukan sesuatu dimana independensi ini kembali menjadi kebergantungan. Hendaknya mereka mengajak orang lain untuk kebaikan, untuk mempersiapkan diri dan kepada budaya Islam.
Budaya Barat ini sudah kalian saksikan selama 50 tahun. Apa yang terjadi pada bangsa ini selama ini diakibatkan oleh budaya Barat ini. Setiap penyimpangan yang muncul di kalangan anak muda terjadi lewat budaya Barat ini.
Para cendekiawan harus memperhatikan dan memberikan kesempatan beberapa tahun budaya Islam juga dipraktekkan di negara ini, kemudian terserah mereka apa yang akan dilakukan terhadap budaya Islam ini. (Pidato di depan pasukan Pasdaran yang hendak dikirim ke medan tempur, Sahifah Nour, jilid 13, hal 196-197) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Membesar-besarkan Kesalahan Demi Mengeluarkan Ulama dari Kancah Politik
Kewajiban besar kita adalah di mana saja kalian berkhidmat, maka harus bekerja dengan serius, bahkan tidak boleh melakukan kesalahan. Mereka senantiasa berpikir untuk mengeluarkan kalian dari kancah politik. Salah satu caranya adalah menanti kalian berbuat salah dan pada waktu itu mereka akan membesar-besarkannya dan menyampaikannya kepada masyarakat guna menyimpangkan menyimpangkan mereka dari kalian.
Kelompok ini senantia berusaha agar masyarakat melakukan sesuatu terhadap kalian, agar ada orang yang memaki kalian. Lihatlah apa yang mereka lakukan terhadap Agha Beheshti, seorang muslim, komitmen dan mujtahid. Mereka berusaha sedemikian rupa sehingga ketika kalian naik taksi akan menyaksikan bagaimana dua orang penumpang yang lain ketika berbicara maka satu pembicaraannya adalah memakinya. Dalam sebuah pertemuan, orang-orang justru mengatai mampus kepada Ayatullah Taleghani.
Kalian menyaksikan kezaliman yang dilakukan terhadap Ayatullah Beheshti yang aktif dan seperti sebuah bangsa bagi Iran. Bagaimana mereka berusaha mengeluarkannya dari kancah politik dengan pelbagai tipu daya.
Baiklah, katakan bahwa ia telah menyingkir. Tapi mereka harus tahu bahwa dengan perginya seseorang, masalah mereka tidak bisa diselesaikan begitu saja. Masyarakat justru semakin mengetahui apa yang mereka lakukan dahulu dan apa yang akan mereka lakukan sekarang! (Pidato di depan ulama Tehran, Sahifah Nour, hal 690)
Propaganda Negatif terhadap Ulama dan Konspirasi Pemisahan Ulama dari Universitas
Saudara dan saudari yang terhormat! Kalian perlu tahu bahwa siapa yang menyebut ulama sebagai kaum terkebelakang pada akhirnya akan berjalan menelusuri jalan Shah dan Amerika. Bangsa mulia Iran dengan dukungannya kepada ulama yang orisinal dan komit, yang senantiasa melindungi negara ini, berarti telah melaksanakan kewajiban agamanya dan memotong tangan orang-orang zalim dari negara ini.
Di sisi lain, saya ingin mengatakan kepada para ulama di manapun berada bahwa sangat mungkin setan dengan boneka-bonekanya menyebarkan propagandanya terhadap para pemuda, khususnya mahasiswa. Oleh karenanya, mereka harus tahu kewajibannya untuk mempersatukan semua elemen bangsa, khususnya dua kalangan ini; akademisi dan ulama sebagai otak pemikir bangsa untuk melawan kekuasan setan dan arogan. Mereka harus berada di satu barisan untuk menyukseskan revolusi dan melindungi kemerdekaan dan kebebasan seperti menjaga jiwanya sendiri.
Rencana penjarah dunia dan bonekanya adalah memisahkan dua elemen masyarakat ini di masa kekuasaan taghut dan sangat disayangkan mereka berhasil dan merusak negara. Sekarang, rencana itu ingin diterapkan lagi dan bila kita lalai, maka kita akan menuju kepada kehancuran. (Pesan Imam Khomeini ra, bertepatan dengan tahun ajaran baru, Sahifah Nour, jilid 12, hal 24)
Wahai Penulis dan Cendekiawan! Jangan Melemahkan Ulama!
Bila mereka mengambil Islam dari tangan kalian, jangan berkhayal bahwa mereka menggantikannya dengan sebuah nasionalisme lain atau sikap nasionalisme yang disampaikan terus menerus oleh para nasionalis ini dengan menyebut, bangsa, bangsa! Bila mereka mengambil Islam dari tangan kalian dan memisahkan ulama dan rakyat, maka kalian empat orang nasionalis tidak dapat berbuat apa-apa. Bila di antara kalian dan orang-orang seperti Bakhtiari tidak ada, baru mungkin yang seperti itu terjadi.
Wahai para penulis! Jangan ciptakan perpecahan seperti ini. Wahai para cendekiawan! Kalian jangan melemahkan ulama seperti ini. Jangan menarik negara ini ke sana dan ke mari, sehingga bila terjadi dan mereka datang, maka kalian akan ditanya mengenai alasan perbuatan kalian. Hendaklah kalian bersatu. Bersiaplah! Semua elemen bangsa harus menyiapkan dirinya. (Pidato Imam Khomeini ra di depan ulama Tehran dan kota-kota lainnya, Sahifah Nour, jilid 12, hal 231-232) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber: Rouhaniyat va Siyasat az Didgah Imam Khomeini ra, Rasoul Saadatmand, Qom, Tasnim, 1378, cetakan pertama.
Sumber: Rouhaniyat va Siyasat az Didgah Imam Khomeini ra, Rasoul Saadatmand, Qom, Tasnim, 1378, cetakan pertama