Home / Agama / Improvisasi Salik / Parameter Amal Ibadah

Parameter Amal Ibadah

“Nilai sebuah amal ibadah pada dasarnya terletak pada kwalitasnya, bukan dari kuantitasnya.”

Oleh: Muhammad Arman Al Jufri*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, Allah SWT dalam banyak kesempatan melalui para utusan-Nya, memerintahkan kepada setiap hamba-Nya untuk senantiasa berbuat sesuai dengan tuntunan-Nya, baik hubungannya dengan Allah SWT, hubungannya dengan sesama manusia, maupun hubungannya dengan alam semesta.

Perintah ini tidak main-main. Sehingga Allah SWT menjanjikan kenikmatan dunia maupun akhirat atas perbuatan baik yang telah dilakukan dan kesengsaraan dunia maupun akhirat sebagai balasan atas perbuatan buruknya.

Berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjalankan perintah tersebut, setiap individu memiliki corak dan bentuknya masing-masing. Namun, terdapat hal yang harus senantiasa kita perhatikan dalam menjalankan usaha-usaha tersebut.

Lalu seperti apa sesuatu amal itu disebut sebagai amal yang dimaksud oleh Allah SWT?

Guru kami, Syaikh Ahmad ibnu ‘Athaillah as-Sakandari (w. 709 H) dalam kitabnya Al-Hikam dengan penuh kehati-hatian memberikan nasehat atas hal ini. Menurutnya:

مَا قَلَّ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ زَاهِدٍ، وَلَا كَثُرَ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ رَاغِبٍ

“Amalan yang bersumber dari hati yang zuhud tidak dapat disebut dengan sedikit. Sedangkan amalan yang bersumber dari hati yang tamak tidak dapat disebut dengan banyak”

Melalui redaksi tersebut, kiranya menjadi jelas peringatan yang telah diberikan oleh Syaikh Ahmad ibnu ‘Athaillah as-Sakandari. Bahwa parameter amal ibadah adalah hati yang zuhud atau suwung dari selain-Nya. Motivasi amal ibadahnya hanyalah keikhlasan dan mengharap Allah SWT.

Usaha-usaha untuk menaati perintah Allah SWT meskipun dijalankan dalam jumlah yang sedikit, namun dikerjakan dengan penuh rasa keikhlasan yang mendalam, jauh dari apa yang telah dilarang-Nya, itu lebih baik. Maka pada hakikatnya, jika di antara dari kita telah mengerjakan hal yang demikian, maka kita telah melakukan sesuatu yang besar. Dan tentunya, mendapatkan balasan pahala yang besar pula.

Namun sebaliknya, meskipun kita telah menjalankan usaha-usaha untuk menaati perintah-Nya dengan banyak usaha, namun tidak disertai dengan rasa keikhlasan dari dalam hati, masih terdapat unsur yang mengarah kepada hal-hal yang dilarang-Nya ataupun selain-Nya, seperti ingin dikenal sebagai orang yang ahli ibadah, dermawan, dan lain sebagainya, maka pada saat yang bersamaan, apa yang telah kita kerjakan adalah sebuah kesia-siaan belaka.

Nilai dari sebuah ibadah pada dasarnya terletak pada kwalitasnya, bukan dari kuantitasnya. Bahwa hal yang penting untuk senantiasa diperhatikan dalam usaha-usaha untuk menjalankan perintah Allah SWT adalah kondisi hati dan kesesuaiannya dengan tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Maka, berangkat dari nasehat yang diberikan oleh Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari di atas, mari senantiasa melakukan usaha-usaha perbuatan baik dalam hubungannya dengan Alla SWT, sesama manusia, maupun dengan alam sebagai bentuk ketaatan kita sebagai seorang hamba kepada Allah SWT. dan janganlah merasa telah sempurna dalam menjalankan usaha tersebut. Wallãhu A’lamu bish-Shawãb.

_____________

Source: Bincang Syari’ah

About admin

Check Also

Amalan Nisfu Sya’ban Berjama’ah

“Salah satu amalan yang sudah mentradisi di Indonesia adalah membaca Surat Yasin tiga kali pada ...