بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Saudaraku terkasih, Rasulullah Muhammad SAW adalah rasul yang diutus untuk seluruh umat manusia. Bukan nabinya orang kaya saja, bukan nabinya masyarakat elite saja, bukan nabinya orang miskin saja.
Beliau diutus sebagai pembawa kabar gembira bagi orang yang mau mengikutinya, mau bertauhid dan melaksanakan konsekuensi dari ajaran itu.
Beliau juga seorang pemberi peringatan bagi orang yang memilih tidak mau percaya kepada tauhid dan ajaran yang dibawanya. Beliau juga diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, meliputi seluruh makhluk, meliputi seluruh manusia yang kafir sekalipun, sampai akhir zaman.
Nah, karena itu sentuhan rahmat Rasulullah saw. itu bisa saja sampai dan dirasakan oleh siapa pun dan melalui macam-macam cara. Salah satunya adalah melalui cara mimpi seperti pada kisah pendek berikut ini.
Ja’far ash-Sha’igh menceritakan begini. Di antara tetangga-tetangga yang tinggal berdekatan dengan kediaman Ahmad bin Hanbal ada orang yang dikenal sering berbuat maksiat dan melakukan perbuatan-perbuatan buruk.
Pada suatu hari orang itu –sebut saja namanya Zain, bukan nama sebenarnya— mendatangi majelis ta’lim Ahmad bin Hanbal dan mengucap salam. Imam Ahmad bin Hanbal tampak seperti tidak mau melayaninya dan menjawab salam pun sekenanya.
Zain kemudian bertanya, “Wahai Imam Ahmad, mengapa Anda tampak seperti menghindar dari saya? Saya sudah berubah, tidak lagi seperti dulu, setelah saya mengalami mimpi.”
Imam Ahmad bertanya, “Mimpi apa?”
“Saya mimpi bertemu Rasulullah SAW”, kata Zain.
Dalam mimpinya itu, Zain menceritakan bahwa Rasulullah SAW terlihat sedang berada di tempat yang agak tinggi, di bawahnya banyak orang yang sedang duduk. Masing-masing orang itu maju satu persatu menghadap Rasulullah SAW, meminta didoakan oleh Rasul, dan Rasulullah pun kemudian mendoakan mereka satu per satu.
Akhirnya, semua orang sudah maju dan tinggallah Zain yang belum maju menghadap Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bertanya kepada Zain, “Wahai Fulan, mengapa kamu tidak bangun dan menghadap kepadaku (seperti yang lain) dan meminta aku doakan?”
“Saya sangat malu menghadapmu, wahai Rasulullah, karena perbuatan-perbuatan buruk saya,” kata Zain.
Rasulullah berkata, “Bangunlah, kemarilah aku doakan. Kamu bukan orang yang suka mencaci maki sahabat-sahabatku.”
Zain pun bangun dari tempatnya duduk dan menghadap Rasulullah, lalu Rasulullah SAW mendoakannya.
Zain terbangun dari tidurnya dan tiba-tiba merasakan penyesalan luar biasa atas perbuatan buruknya. Ia membenci masa lalunya yang penuh maksiat.
Mendengar cerita itu, Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Ceritakanlah mimpimu itu kepada orang lain, in syaa Allah bermanfaat.”
(Dari buku Ra’aytu an-Nabiyy shallallâhu ‘alaihi wasallam: Mi’ah Qishshah Min Ru’â an-Nabiy shallallâhu ‘alaihi wasallam).